Bahkan, calon penerima yang berasal dari keluarga yatim piatu disarankan membawa bukti akta kematian dan menyampaikan kondisi wali yang merawat mereka saat ini.
“Wawancara akan mengecek kebenaran data isian yang sudah diunggah di sistem KIP Kuliah. Jadi jangan sampai jawaban berbeda dari data yang kalian tulis,” tegasnya.
Salah satu hal yang paling disoroti adalah kesesuaian antara pengakuan kondisi ekonomi dengan bukti fisik.
Misalnya, rumah yang terlihat cukup bagus padahal keluarga sedang dalam kondisi ekonomi sulit.
Dalam kasus seperti ini, peserta disarankan untuk jujur dan memberikan penjelasan, misalnya rumah warisan atau hasil dari masa lalu sebelum bangkrut.
Selain itu, peserta juga diminta menunjukkan bukti prestasi akademik, sertifikat kegiatan, hingga pengalaman organisasi.
Pertanyaan terkait alasan memilih jurusan, rencana studi, dan komitmen untuk lulus tepat waktu juga menjadi penilaian penting bagi pewawancara.
“Jangan ragu menyampaikan semua kondisi riil, termasuk bila orang tua sedang tidak bekerja, mengidap penyakit, atau memiliki banyak tanggungan,” tambahnya.
Jika nantinya peserta tidak lolos KIP Kuliah, narator menyarankan untuk tetap semangat dan mencari program bantuan lain di kampus.
“Saya optimis, kalau tidak lolos KIP, saya akan cari alternatif lain dan mohon keringanan UKT,” begitu kutipan salah satu contoh jawaban dalam wawancara.
Dengan memahami alur wawancara dan menyiapkan jawaban yang tepat, peluang diterima sebagai penerima KIP Kuliah 2025 tentu semakin besar.
Para calon mahasiswa dari keluarga kurang mampu pun diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk meraih pendidikan tinggi tanpa beban biaya.
• Teks MC Acara Resmi dan Semi Resmi: Cocok untuk Kegiatan Islami dan Perpisahan Sekolah
Apa yang Ditanyakan Saat Wawancara?
Selama wawancara, peserta diharapkan dapat menjawab dengan jujur, tenang, dan meyakinkan. Beberapa hal yang biasanya ditanyakan meliputi:
Kondisi ekonomi keluarga (penghasilan orang tua, pekerjaan, jumlah tanggungan)