TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Angka perceraian di Kalimantan Barat tercatat cukup tinggi. Salah satu daerah dengan tingkat perceraian tertinggi adalah Kabupaten Sambas.
Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Negeri Sambas, tercatat sebanyak 1.034 perkara cerai gugat sepanjang tahun 2024. Sementara itu, perkara cerai talak tercatat sebanyak 137 kasus. Data tersebut disampaikan pada Senin, 28 April 2025.
Menanggapi tingginya angka perceraian tersebut, Psikolog dari Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak, Agus Handini, memberikan pandangannya. Ia menyebut bahwa faktor hubungan jarak jauh menjadi salah satu penyebab utama.
“Daerah Sambas dekat dengan perbatasan Malaysia. Banyak perempuan yang menjadi TKW dan bekerja di Malaysia. Hubungan jarak jauh ini kerap menimbulkan ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga,” ujar Agus kepada Tribun Pontianak.
Ia menjelaskan, perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga karena bekerja di luar negeri kerap mengalami komunikasi yang kurang efektif dengan pasangan, sehingga memicu konflik hingga berujung pada perceraian.
“Permasalahan komunikasi yang tidak terbuka, tidak efektif, jadi pemicu utama. Komitmen dalam rumah tangga sulit berdiri tegak kalau komunikasinya tidak berjalan baik,” tambahnya.
Menurut Agus, perceraian disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Namun, ia menegaskan bahwa faktor ekonomi dan psikologis menjadi penyumbang terbesar.
“Masalah ekonomi seringkali jadi alasan utama. Tapi ini sebenarnya bisa dipersiapkan sejak awal jika pernikahan tidak dilakukan secara terburu-buru. Pendidikan juga sangat penting agar pasangan bisa mandiri secara finansial dan berpikir lebih matang,” jelasnya.
Baca juga: Ria Norsan ke Gerindra, Pengamat : Langkah Cerdas Sinergikan Pembangunan di Pusat dan Daerah
Ia juga menyoroti kasus kekerasan verbal dan fisik yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka perceraian di Kalbar.
“Banyak pasangan tidak menyadari kekerasan verbal yang terjadi. Itu bisa menimbulkan trauma, rasa terlukai, dan akhirnya menjauh dari pasangan yang dianggap toxic,” katanya.
Agus menegaskan bahwa dalam mempertahankan pernikahan, tidak bisa hanya satu pihak yang berjuang.
“Kalau hanya satu orang yang berusaha, sulit. Pernikahan itu harus dijaga dua pihak. Harus ada komitmen dan komunikasi yang seimbang,” pungkasnya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!