Namun sekarang, dia sudah pindah ke Gresini dengan motor GP23 yang sejauh ini baik baik saja untuk pembalap lain.
Akan tetapi, mengapa titel raja crash masih dia pegang?
Mungkinkah Marquez terlalu mendorong batas dirinya sendiri demi mempertahankan daya persaingan?
Si Semut dari Cervera sebenarnya juga menyayangkan karena crash adalah sesuatu yang tidak ingin dialaminya terlalu sering. Apalagi di usia dia sekarang dan dengan kondisi fisik yang butuh lebih bugar.
Namun, Marquez berusaha tidak terlalu mempedulikannya.
"Tentu saja saya tidak ingin sering jatuh," kata kata Marc Marquez dikutip dari Paddock-GP.
"Tetapi, statistik soal angka kecelakaan adalah angka-angka yang tidak menarik bagi saya," katanya tak acuh.
Di satu sisi, Marquez merasa bahwa jumlah kecelakaan yang sering dialaminya bukan murni akibat kesalahan dia.
Memang betul beberapa di antaranya ada yang memang jadi kesalahan dia.
Namun, sebagian yang lain pun dia tidak mengerti apa alasannya dan masih dianalisis oleh timnya di Gresini.
"Benar di paruh pertama musim ini, seperti di Portimao dan Austin misalnya, saya sering mengalami kecalakaan. Tapi itu bukan kesalahan saya," kata Marquez.
"Saya pernah terjatuh tapi saya pun tidak begitu mengerti penyebabnya. Dan itu tidak dipungkiri telah berdampak negatif pada kepercayaan diri saya," ujarnya.
"Kami harus mencoba menemukan batasnya dengan cara yang benar. (Tapi) aspek yang paling 'positif' (nilainya tinggi) adalah saya paling banyak crash di sesi latihan," kata Marquez menambahkan.
Terlepas dari itu, seringnya Marquez terjatuh ada yang mengaitkannya dengan kondisi kebugaran sang pembalap sejak insiden Jerez 2020 yang cukup fatal hingga membuat sang megabintang MotoGP itu naik meja operasi bolak-balik sampai 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan.
Seperti yang pernah diutarakan Jorge Lorenzo.