TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk terus mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kalbar untuk memperluas pasar ke kancah internasional. Pemimpin Operasional BNI Kantor Cabang Pontianak, Rika Ariesti Tobing mengatakan upaya BNI Cabang Pontianak dengan memfasilitasi pelaku usaha melalui produk BNI yaitu Later of Credit atau LC.
LC sendiri lazim digunakan dalam perdagangan internasional. LC atau surat kredit adalah sebuah cara pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan keluar negeri kepada importir.
Instrumen ini merupakan solusi bagi penjual dan pembeli yang mengalami perbedaan jarak dan geografis dalam hal penagihan. Di sisi lain, LC menjadi sumber yang dapat dipercaya antara penjual dan pembeli sesuai kesepakatan dalam hal penagihan atau pembayaran.
"Untuk meminimalisir kerugian pelaku usaha, makanya dari itu kita ada produk yang namanya LC untuk mitigasi risiko. Daripada ketemu buyer baru kita belum percaya malah nggak jadi kirim ke sana kan malah mengurangi pasar," ujar Rika saat melakukan pertemuan dengan tiga UMKM go internasional, Kamis 9 Maret 2023.
Rika menegaskan melalui LC, produk-produk yang diekspor UMKM semuanya pembayarannya dijamin oleh bank dan bank akan melakukan pembayaran.
• 1 Juta Formasi CPNS dan PPPK 2023 se-Indonesia, Pemkot Pontianak Lakukan Perhitungan Kebutuhan Kuota
"Karena bank to bank, bukan pribadi sehingga tingkat kepercayaan tidak diragukan. Makanya melalui LC akan sangat membantu," ujarnya.
BNI melalui berbagai program yang ada mendorong UMKM naik kelas serta memiliki kemampuan untuk menjadi pelaku usaha yang berkapasitas global.
Apalagi BNI memiliki kantor cabang di negara Singapura misalnya.
"Itu lebih aman tapi bukan berarti tidak ada BNI tidak aman, tapi LC itu ada covernya, ujarnya.
Dukungan kepada UMKM juga direalisasikan melalui program BNI Xpora bagi UMKM mendapatkan dukungan berupa peningkatan kapasitas dan kualitas produksi, edukasi penyusunan laporan keuangan, serta dukungan akses pemasaran produk ke luar negeri melalui business matchmaking dengan buyer di pasar global.
Tantangan UMKM
Kendala yang dihadapi UMKM diakui mitra binaan BNI, Erwan dari Azman Songket tak lain adalah sisi pembayaran.
Ia mengaku di negara luar produk kerajinan tangan khas Kalbar mendapat perhatian besar.
Namun saat memproduksi kain songket Sambas pihaknya pernah mengalami kerugian besar.
"Tahun 2019 lalu kita dapat klien dari Arab yang kita ketemu di pameran. Mereka minta kirim songket satu kontainer. Dan kita berusaha dalam waktu singkat memproduksi sebanyak itu. Tetapi ternyata batal dan kami belum meminta komitmen di muka juga," sebutnya.
Selama ini, Erwan sudah terbiasa dengan ekspor songket terutama ke Brunei Darussalam. Namun ia ingin pasarnya kian luas. Selama ini Erwan mengaku untuk negara tetangga owner Azman songket yang langsung pergi mengantar produk.
Peminat sebenarnya kata Erwan cukup tinggi diantaranya Amerika dan Malaysia.
"Kain kami sudah dipakai artis. Kami tetap lebih murah karena tangan pertama. Kedepannya harapan kami, pengrajin fokus membuat produk dan BNI bisa membantu memperluas pemasaran," harapnya.
Pemilik Brand Anjabyl, Wati produsen kerajinan tangan berbahan kulit kayu kepuak mengeluhkan kendala pengiriman produk ke luar negeri yang selama ini melalui kurasi.
"Kadang bingung ngurus karantina dan pengirimannya. Jadi untuk customer Jerman harus menunggu lama karena saya bawa pas ke Swiss. Karena di beberapa negara Eropa, kayu kepuak termasuk dilindungi," jelasnya.
Ia mengaku selama ini, untuk transaksi luar negeri ia selalu difasilitasi oleh Dekranasda, BNI, dan Bank Indonesia.
"Harapannya dengan adanya BNI yang memfasilitasi, kami tidak ragu mengirim produk. Sehingga kami fokus membuat produk," pungkasnya.
Owner Philip Chocholate Kubu Raya, Philip Martanto mengatakan tujuan jangka panjang memang untuk ekspor, apalagi produk coklat mengangkat kearifan lokal tapi punya orientasi global.
"Penyuka coklat banyak di dunia meskipun di Indonesia masih sedikit. Itu yang saya bidik. Coklat sebagai kotak pesan, lewat coklat saya bisa gandeng lidah buaya, kopi dan sebagainya.
Ia pernah mendapatkan pesanan dari luar tetapi ragu penipuan. Kendala lain, kepercayaan untuk pembayaran antara dua pihak.
"Kita tidak mungkin kirim kalau belum full, minimal DP. Jadi ekspor masih sebatas trial, dibeli orang luar sudah biasa tapi bukan dalam skala yang banyak misalnya saat pameran di Turki, Singapore, Malaysia. Namun untuk kontinyu belum," ungkapnya. (*)
Ikuti Terus Berita Lainnya di Sini