Guru Besar IAIN Pontianak Sampaikan Urgensi Membangun Paham-Sikap Inklusif dan Moderasi Beragama

Penulis: Muhammad Rokib
Editor: Faiz Iqbal Maulid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Guru Besar Bidang Ilmu Hadis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Dr. KH. Wajidi Sayadi, M.Ag membacakan orasi ilmiahnya berjudul “METODE MAQASHID AL-HADITS: (Membangun Paham-Sikap Inklusif dan Moderat dalam Beragama) saat acara Pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Hadits di Aula Syeikh A. Rani Mahmud IAIN Pontianak pada Senin 19 Desember 2022.

TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Guru Besar Bidang Ilmu Hadits Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Prof. Dr. KH. Wajidi Sayadi menjelaskan tentang “Metode Maqashid Al-Hadits" atau bagaimana "Membangun Paham-Sikap Inklusif dan Moderat dalam Beragama".

Dalam penuturannya, untuk memahami Hadist Nabi Muhammad SAW perspektif ilmu hadis merupakan lahan besar yang terbuka luas untuk terus dikaji dan digali.

Hal ini karena Dalam studi hadis, obyek kajiannya mengarah pada otentisitas dan orisinalitas hadis, pemahaman makna hadis, dan living hadis berupa resepsi masyarakat dalam memahami hadis melalui bentuk tradisi yang hidup di masyarakat.

Selama ini, Kajian tentang otentisitas dan orisinalitas hadis merupakan kajian tahap awal untuk memastikan kebenaran hadis bersumber dari Nabi SAW atau tidak.

“Hadis Nabi Muhammad SAW. secara kuantitas tidak pernah bertambah dan kualitasnya sudah jelas, akan tetapi persoalan pemahaman makna yang terkandung dalam hadis itu masih sangat dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan, dan problem zaman yang dihadapi manusia. (an-nushush mutanahiyyah wa al-waqa’i gairu mutanahiyyah),” jelas Guru Besar Ilmu Hadits IAIN Pontianak yang baru-baru ini dikukuhkan.

Komsan IAIN Pontianak Kobarkan Semangat Anti Korupsi Lewat Seni Monolog Teaterikal Puisi dan Tari

KH Wajidi Sayadi mengatakan, bahwa dalam perkembangan studi hadits, seringkali yang menjadi pemicu konflik adalah persoalan pemahaman makna hadis (fahm ma’ani al-hadits), walaupun hadisnya sudah disepakati kesahihannya. 

“Kompleksitas pemahaman hadis dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain karena hadis ini meliputi ucapan, perbuatan, takrir, sifat dan kondisi fisik Nabi SAW. sehingga pemahamannya sangat erat kaitannya dengan psikologi, sosiologi, fungsi, dan kedudukan Nabi SAW. dalam kehidupannya di tengah-tengah sosial masyarakat yang pluralitas,” imbuhnya.

Wajidi Sayadi yang juga sebagai Wakil Ketua Umum MUI Kalbar juga mengungkapkan dari sekian banyaknya metode yang digunakan para ulama dalam memahami hadis terdapat satu metode yang disebut maqashid al-hadits. Atau maqashid as-sunnah. Sebagaimana dalam kajian metodologi tafsir al-Qur’an dikenal dengan metode Tafsir Maqashidiy. Sebuah metode untuk menguak tujuan al-Qur’an baik secara general (kullih) maupun parsial (juz’iyyah) dalam rangka merealisasikan kemaslahatan umat manusia.  

“Metode maqashid ini pada prinsipnya tidak hanya sekedar membaca dan menghafal teks hadis, akan tetapi lebih dari itu dengan mengetahui pesan, maksud, dan tujuan yang dikehendaki Rasulullah SAW. secara umum diharapkan akan tercipta kemaslahatan umat manusia dan terhindar dari segala macam kemudaratan. Dengan demikian, hadis-hadis dapat dibumikan dalam kehidupan realitas sosial kemanusiaan. Sebuah pemahaman makna hadis dengan mempertimbangkan pada tujuan pokok dan subtansi serta secara holistik. Metode pemahaman hadis seperti ini dapat mengantarkan pada pemahaman dan sikap inklusif dan moderat,” sampai beliau.

Ia mencontohkan salah satu praktik penggunaan metode maqashid al-hadits dalam memahami hadis adalah salah satunya pada hadis mengenai pengobatan: 

Nabi Muhammad SAW bersabda: 

عَلَيْكُمْ بِهَذِهِ الحَبَّةِ السَّوْدَاءِ فَإِنَّ فِيهَا شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا السَّامَ" وَالسَّامُ المَوْتُ

Artinya: "Berobatlah dengan jintan hitam ini, sebab ia merupakan obat bagi segala penyakit kecuali kematian" (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah). 

إِنَّ أَفْضَلَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الْحِجَامَةُ وَالْقُسْطُ الْبَحْرِيُّ

Sesungguhnya yang sangat utama pengobatan kalian adalah bekam dan al-qusth al-bahr (sejenis kayu-kayuan dari laut). (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 

Halaman
12

Berita Terkini