Profil

Profil Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR yang Pernah Disandera Kelompok Bersenjata Iran Saat Liputan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid memberikan pengarahan dalam rapat paripurna pengangkatan Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI baru di gedung DPR RI pada 8 November 2021

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Simak profil Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid dan cerita pernah disandera kelompok bersenjata Iran saat liputan.

Sosok Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid mencuri sorotan usai baru saja melahirkan anak pertama berjenis kelamin perempuan dari pernikahannya dengan Noer Fajriensyah pada Jumat 9 September 2022

"Alhamdulillah..Telah lahir Putri Pertama kami, hari: Jumat 9 September 2022, pukul: 11.30, di RSIA Bunda, Menteng-Jkt. Kami yang berbahagia. Noer Fajrieansyah dan Meutya Hafid," demikian pesan yang beredar dikutip dari Tribunnews pada Jumat 9 September 2022.

Kelahiran anak pertamanya itu diwarnai dengan cerita menarik.

Kabarnya, malam sebelum masuk ruang persalinan, Meutya Hafid yang juga politisi Partai Golkar itu terpantau masih aktif memimpin rapat Komisi I DPR hingga malam hari.

Profil Siapakah Bjorka, Hacker Misterius yang Ancam Akan Bocorkan Dokumen Rahasia Presiden Jokowi

"Mbak Meutya perempuan yang kuat dan tangguh," kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Nurul Arifin yang langsung menemui Meutya Hafid usai persalinan.

Sosok Meutya Hafid merupakan anggota DPR yang sering disorot media dibanding anggota DPR lain.

Pasalnya, Meutya Hafid memiliki banyak cerita menarik salah satunya saat ia masih bekerja sebagai reporter TV.

Meutya Viada Hafid merupakan politikus sekaligus mantan pembaca berita TV yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR RI dari fraksi Golkar sejak tahun 2006.

Meutya Hafid lahir pada 3 Mei 1978 di Bandung, Jawa Barat.

Sebelum terjun ke dunia politik, ia bekerja sebagai reporter hingga presenter di Metro TV.

Soal pendidikan, Meutya Hafid adalah lulusan SMA Crescent Girl's School tahun 1997, sekolah yang berada di bawah naungan Microsoft yang berlokasi di Singapura.

Ia lalu melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah di Universitas New South Wales dan lulus pada 2001.

Berselang 14 tahun, Meutya Hafid memutuskan untuk mengambil S2 di Universitas Indonesia dan lulus pada 2018.

Sebelum melanjutkan S2, Meutya Hafid menghabiskan waktunya sebagai reporter Metro TV.

Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya juru kamera Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak.

Kontak terakhir Metro TV dengan Meutya Hafid adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya.

Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005.

Profil Siapa Effendi Simbolon, Sosok yang Sentil Panglima TNI Soal Ketidakharmonisan dengan KSAD

Sebelum ke Irak, Meutya Hafid juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh.

Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini.

Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).

Pada 2010, Meutya berpasangan dengan H. Dhani Setiawan Isma S.Sos sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota Binjai periode 2010-2015, diusung Partai Golkar, Demokrat, Hanura, PAN, Patriot, P3I, PDS serta 16 partai non-fraksi DPRD Binjai.

Sayangnya, Meutya kalah.

Diduga saat itu ada kesalahan rekapitulasi penghitungan suara di Tingkat PPK Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan dan Binjai Kota. Suara Dhani-Meutya juga diduga berkurang 200, dari seharusnya 22.287 menjadi 22.087 suara.

Pada bulan Agustus 2010, ia dilantik menjadi Anggota DPR RI dari Partai Golkar menggantikan Burhanudin Napitupulu yang meninggal dunia

(*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkini