Kisah Bung Hatta dan Sepatu Bally Impiannya yang Tak Pernah Terwujud

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karena harganya yang sangat mahal, Bung Hatta menabung untuk bisa membeli sepatu impiannya tersebut.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Menjelang Kemerdekaan Indonesia, banyak tokoh inspiratif yang menjadi sosok utama dalam melawan penjajah dan kini tetap dikenang sebagai pahlawan Indonesia.

Satu diantaranya adalah Bung Hatta. Tak hanya dikenal sebagai Bapak Proklamator Indonesia, Mohammad Hatta juga Bakap Koperasi, Bapak Kedaulatan Rakyat, Bapak Perumahan Nasional, dan Bapak Hak Asasi Manusia.

Kisah Bung Hatta kini kembali viral dengan keinginannya terdahulu yang belum sempat terpenuhi, yakni ingin membeli sepatu Bally.

Semasa hidupnya, keinginan tersebut sangat besar untuk menampilkan citra diri pemimpin yang baik dan sosok elegan di mata penjajah.

Sepatu Bally merupakan merek sepatu bermutu tinggi pada tahun 1950-an. Dikutip dari Indonesia Dalam Sejarah, Bung Hatta bahkan menyimpan iklan yang memuat alamat penjualnya.

Mengenang Mohammad Hatta, Sang Pahlawan Nasional Pernah Dipenjara di Belanda Hingga Diasingkan

Karena harganya yang sangat mahal, Bung Hatta menabung untuk bisa membeli sepatu impiannya tersebut.

Namun, dibalik kisah dimasa hidupnya, perjuangan Bung Hatta ternyata masih lebih sulit.

Banyak keinginan yang terkubur dan belum sempat untuk terealisasikan demi memperjuangkan negara Indonesia Merdeka.

Uang yang ia tabung tersebut tidak pernah cukup karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau membantu kerabat dan akwan yang datang kepadanya untuk meminjam uang an pertolongan.

Hingga akhir hayatnya tersebut, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.

Pihak keluarga kemudian menemukan iklan sepatu Bally itu tersimpan di dalam dompet Bung Hatta dan menjadi kenangan untuk kita demi memperjuangkan bangsa Indonesia.

Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 Halaman 97 98 99 Kapan dan di Manakah Soekarno & M Hatta Dilahirkan?

Berikut Profil Bung Hatta

Lahir di Bukittinggi

Dalam buku Kumpulan Pahlawan Indonesia (2012) karya Mirnawati, Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902.

Memiliki nama asli dari orangtuanya, Mohammad Athar. Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau.

Semasa kecil, Hatta menempuk pendidikan dasar di Sekolah Melayu Fort de Kock, kemudian melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang.

Semasa sekolah, Hatta terkenal sebagai anak yang cerdas. Meski lulus ujian masuk ke HBS di Batavia, Hatta harus mengurungkan niatnya karena permintaan ibunya untuk tetap di Padang.

Akhirnya Hatta melanjutkan sekolah ke MULO di Padang. Keaktivan pada organisasi sudah ditunjukkan Hatta ketika berusia 15 tahun.

30 Kata Bijak Soekarno - Hatta Bikin Semangat untuk Ucapan HUT RI 17 Agustus 2021

Berbagai organisasi sudah diikutinya, salah satunya Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Ilmu politiknya semakin berkembang karena sering datang ke pertemuan-pertemuan politik.

Salah satu tokoh politik idola Hatta adalah Abdul Muis. Setelah lulus dari MULO, beliau melanjutkan pendidikan ke Batavia di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada tahun 1919.

Lulus dari Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada 1921, Hatta pergi ke Rotterdam untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda.

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hatta tinggal di Belanda selama 11 tahun.

Di sana, Hatta aktif bergabung dalam organisasi pergerakan dan tergabung dalam Perhimpunan Indonesia. Salah satu dampak aktivitasnya dalam organisasi menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda.

Namun, kemudian dibebaskan karena Hatta melakukan pidato pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free.

10 Ucapan HUT ke-77 RI yang Cocok Dibagikan di Sosial Media Instagram Story, WhatsApp dan Twitter

Gemar membaca

Dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya (2015) oleh Meutia Farida Hatta, Bung Hatta merupakan orang Indonesia yang mengoleksi buku sejak bnerusia 16 tahun.

Dari situ, koleksi bukunya semakin bertambah. Bahkan selama 11 tahun tinggal di Belanda, Hatta merupakan mahasiswa yang memiliki koleksi buku terbanyak di antara mahasiswa yang lainnya.

Koleksi buku-buku Bung Hatta mulai dari ilmu ekonomi, hukum, tata negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, dan sastra.

Bahkan ketika akan kembali ke Indonesia dariBelanda, Hatta yang dibantu rekan-rekannya, harus mengemas 14 peti berukuran 1x1x1 meter untuk buku-bukunya. Kecintaan Bung Hatta akan membaca buku, mengantarnya sebagai orang penting di Indonesia.

Buku-buku Hatta selalu tertata rapi dan tampak seperti baru. Karena Hatta selalu memperlakukan buku-bukunya dengan baik. Ketika Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, Hatta memiliki ruangan perpustakaan yang jauh lebih besar dibandingkan ketika menjabat.

Sampai-sampai Hatta memiliki seorang ahli perpustakaan yang membantunya menata buku-buku sesuai subyejknya. Dia adalah Gustav Apituley, seorang ambon.

Akhir hayat

Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Kemudian dikebumikan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta diberikan gelar Pahlawan Proklamator pada 23 Oktober 1986 bersama dengan Bung Karno, melalui Keppres No 81/TK/1986.

Kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada Bung Hatta pada 7 November 2012. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkini