Mulai Tergerus Zaman, Sampan Tambang Bertahan dalam Gelombang Pandemi Covid-19

Penulis: Imam Maksum
Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu penambang sampan di Sungai Sambas Kecil, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Tribun/Imam

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Jasa tambang sampan angkutan umum dan angkutan barang di Kabupaten Sambas lambat laun mulai menyusut.

Seiring kemajuan transportasi dan mudahnya akses darat jasa tambang sampan mulai tergerus.

Satu diantara warga Sambas, Jono, bekerja sehari-hari sebagai penambang sampan penyeberangan mengamini kondisi itu.

"Penumpang jasa penyeberangan sampan kian tahun mulai menurun. berawal dari jasa sampan menggunakan dayung hingga sekarang sudah mengikuti perkembangan dengan menggunakan motor air," tutur Jono, Senin 16 Mei 2022.

Raih Hasil Opini WTP Laporan Keuangan Pemda Sambas, Bakeuda Sambas Sebut Penyerahan Laporan Tercepat

Jono menyelami pekerjaan sebagai jasa tambang sampan sejak Tahun 1974. Dia bercerita, jasa penyeberangan orang selalu ramai bahkan hingga malam hari tetapi. Namun memasuki tahun 2000 an para penumpang mulai menyusut.

Sebabnya, kata dia sudah banyak orang yang berpindah dengan transportasi darat dan memiliki kendaraan pribadi.

Saat diwawancarai Jono mengungkapkan jika penumpang di sore hari sepi. Ia dan teman-temannya pindah dari kawasan dermaga Pasar Sambas ke dermaga di alun-alun Istana Al-Watzikhoebillah Kesultanan Sambas.

"Kalau sore hari sepi, dan Istana pengunjungnya ramai kami pindah ke dermaga di depan Sungai Istana Sambas," ungkapnya.

Pendapatan yang tak tentu setiap harinya, membuat Jono memutar akal untuk mengumpulkan pundi-pundi Rupiah. Ia membuka jasa pengangkut barang titipan orang dari pasar sayur hingga ke dermaga.

Jono mengatakan tarif untuk penumpang 2000 Rupiah namun jasa angkut barang tidak ia tentukan. "Satu orang yang ingin menyeberang tarifnya 2000 Rupiah per penumpang, kalau untuk jasa angkut barang tidak ditentukan. Biasanya orang memberikan 5000 Rupiah hingga 10.000 Rupiah," tuturnya.

Jono setiap hari mulai menambang sampan pukul 06.00 WIB dan pulang pukul 17.00 WIB bahkan terkadang hampir waktu maghrib.

Pandemi Covid-19, kata Jono membuat sektor pencahariannya kian terpukul. Namun begitu, saat ini ia masih bertahan bekerja sebagai jasa tambang sampan di Sungai Sambas.

"Saat di awal-awal pandemi Covid-19 seringkali kami hanya mendapatkan satu orang penumpang. Penghasilan yang minim di saat pandemi terkadang pulang membawa 2000 Rupiah yang untuk membeli 1 kg beras saja tidak cukup," tuturnya.

Beruntung, Jono memiliki anak yang telah bekerja untuk membantu agar dapur keluarga masih tetap mengepul.

"Beruntung masih ada anak saya yang dapat membantu perekonomian keluarga. Sedikit banyak dapat membantu perekonomian khususnya untuk belanja bahan dapur," katanya. (*)

(Simak berita terbaru dari Sambas)

Berita Terkini