Tentang Warna Liturgi Untuk Pakaian Merayakan Tri Hari Suci : Sabtu Suci Menurut Keuskupan Agung

Penulis: Madrosid
Editor: Madrosid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Kanan) The Vatican Media menunjukkan perawat Ukraina Irina (kiri), yang bekerja di Pusat Perawatan Paliatif Bersama untuk penyembuhan dari Yayasan Poliklinik Universitas Opus Dei, dan perawat Rusia Albina (kanan) , seorang mahasiswa tahun ketiga dalam kursus keperawatan di Kampus Universitas Bio-Medico di Roma, memegang salib selama Perhentian Salib ke-13, sebagai bagian dari Jalan Salib yang dipimpin oleh Paus pada Jumat Agung di Roma.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Terkait warna baju dalam perayaan Tri Hari Suci menjelang paskah, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) melalui laman resminya memberikan tanggapannya.

Dilansir dari kaj.or.id, Ketua Komisi Liturgi KAJ, Rm. Hieronymus Sridanto Aribowo Pr menuliskan tiga pernyataan resmi Komisi Liturgi KAJ.

Pertama, Komisi Liturgi KAJ tidak pernah menetapkan warna liturgi untuk pakaian umat beriman yang datang merayakan Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung, Paskah Vigili dan Hari Raya Paskah).

Dua, Komisi Liturgi hanya mengatur busana liturgi untuk para pelayan liturgi dan selama ini sudah berlangsung dengan baik di paroki-paroki.

Dan, tiga, mempersilahkan kepada umat yang hadir merayakan Tri Hari Suci dengan pakaian bebas, pantas, sopan, rapi, dan bermartabat.

Hari ini merupakan hari Sabtu 16 April 2022, merupakan Sabtu Suci merupakan bagian dari serangkaian acara sebelum Paskah bagi umat Kristen.

Ucapan Merayakan Paskah 2022 Cocok untuk Status Media Sosial

Sabtu suci juga bisa disebut dengan masa pra paskah, rangkainnya juga ada pada Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih, dan Jumat Agung.

Berdasarkan fakta sejarah, masa prapaskah pertama kali dilakukan sejak abad keenam yang sekaligus namanya warna liturgi atau warna yang digunakan dalam acara-acara tertentu dalam Kristen.

Warna liturgi adalah bentuk atau sombil yang digunakan dalam ajaran Kristen.

Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai salah satu penanda kegiatan atau peristiwa gerejawi.

Warna liturgi ini dapat digunakan dalam bentuk aksesoris atau pakaian imam maupun paduan suara yang mengiringi, stola ataupun taplak altar.

Tata warna sendiri didasarkan pada Paus Pius V tahun 1969, dimana terdapat lima warna dasar yang digunakan dalam tata warna liturgi yaitu putih, merah, hijau, ungu, dan hitam.

Warna Liturgi

Hijau : warna alam dan pepohonan, ia menyerupai warna tunas-tunas muda yang menyembul pada awal musim semi diartikan sebagai warna yang melambangkan kehidupan dan harapan baru selain itu juga melambangkan harapan yang ada pada diri kita setelah dicurahkannya Roh kudus pada hari Pentakosta.

Merah : Melambangkan warna darah yang menjadi simbol pengorbanan Kristus dan para martirnya. Melalui warna merah kita diingatkan akan darah Kudus yang telah tercurah bagi kita di kayu salib.

Kuning atau Putih : Melambangkan suka cita dan kemenangan, kekudusan dan kemurnian biasa dikenakan saat natal atau masa paskah.

Ungu : Melambangkan pertobatan dan kerendahan hati. Dipakai pada Masa Adven, Masa Prapaskah, dan liturgi kematian.

Hitam : Digunakan saat peringatan arwah semua orang beriman atau misa arwah yang melambangkan kesedihan.

 

Berita Terkini