Pernah sekali ia datang tanpa bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin.
Bunda Maria menunjuk ke sebuah ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang yang cukup untuk membeli sepatu.
Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya.
Ketika ia berumur 12 tahun, Bunda Maria memintanya agar masuk biara. Herman merasa heran karena ia masih terlalu kecil.
Namun ia patuh pada permintaan Bunda Maria. Ia lalu melamar pada Biara Premonstratensian ( Biara Norbertine ) di Steinfeld.
Dan ternyata ia diterima juga sebagai postulan dan kemudian novis.
Atas permintaan Bunda Maria, pada saat ia ditahbiskan menjadi imam ia menambah namanya menjadi “Herman Yosef”.
• Orang Kudus Katolik 6 April Beato Notker
Sebagai seorang imam dan biarawan, Herman Yosef menjalani pola hidup asketis yang keras sesuai dengan peraturan biara Nobertine.
Setiap pagi Ia rajin melatih dirinya dengan berbagai latihan rohani.
Cintanya kepada Bunda Maria dan Kanak-kanak Yesus serta rasa hormatnya pada Sakramen MahaKudus semakin meluap.
Setiap pagi saat merayakan Ekaristi matanya selalu basah dengan linangan air mata.
Setiap kali ia mengalami kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya.
Kepadanya Bunda Maria selalu berkata: “Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara karena cinta kepada Allah.”
Herman Yoseph memperoleh karunia penglihatan dan sering mengalami ekstase pada waktu mempersembahkan Kurban Misa.
Namun ia tetap rendah hati dan menjalani hidup sebagai seorang biarawan yang biasa-biasa saja.