TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sambas melakukan rapat Pembentukan Tim percepatan penurunan stunting (TPPS) Kabupaten Sambas Tahun 2022, Kamis 10 Maret 2022.
Kepala Dinas P3AP2KB Sambas, Hendry Wijaya mengatakan kerugian akibat stunting dapat mempengaruhi secara ekonomi. Kerusakan yang terjadi dalam stunting adalah pada otak. Terdapat perbedaan otak anak yang terkena stunting dengan yang tidak stunting.
“Orang stunting pasti pendek, orang pendek belum tentu stunting. Perlu akselerasi zero penambahan kasus stunting di Kabupaten Sambas,” ucapnya saat memberikan sambutan.
Dia mengatakan posisi Kalbar peringkat delapan secara nasional, dengan angka 31,6 persen. Sementara itu, Kabupaten Sambas trendnya menurun. Dia berujar diperlukan upaya secara bersama sama di Tahun 2022 ini untuk menurunkan ke angka 14 persen.
• Kadiskes Kayong Utara Sebut Peran Remaja Bisa Turut Andil Upaya Pencegahan Stunting
“Strategi penurunan stunting ini dalam rangka mencapai generasi emas tahun 2030. Secara nasional akan dibentuk tim penangan stunting di tingkat nasional diketuai Wakil Presiden,” katanya.
Dia mengatakan, sementara itu tim percepatan TPPS ditingkat kabupaten, bupati dan forkopimda sebagai tim pengarah. Bahkan hingga ke tingkat kecamatan dan desa akan dibentuk tim TPPS.
“Kemudian akselerasi percepatan penurunan stunting ini dengan berbagai pendekatan, diantaranya pendekatan gizi terpadu, pendekatan keluarga beresiko, dan menggunakan pendekatan pentahelix, sinergi berbabagai pihak,” tuturnya.
Dia menyebutkan data di Kabupaten Sambas masih memiliki 4,40 persen ibu hamil terlalu muda, 19 persen ibu hamil terlalu tua, dan 14 persen lebih banyak punya anak. Kemudian beberapa persen angka kelahiran yang jaraknya terlalu dekat.
“Serta data angka keikutsertaan keluarga berencana juga yang masih rendah. Pola asuh ibu kepada anak dipengaruhi lingkungan. Kemudian rumah yang tak layak huni menyebabkan kesehatan anak terganggu,” katanya.
Dia mengatakan angka penyebab diare terbesar pada anak adalah air minum. Masih besar angka anak yang mengkonsumsi air tidak layak minum.
Dia menyebutkan di Kabupaten Sambas akan ada sebanyak 1515 tim TPPS yang terbagi di 19 kecamatan dan 193 desa.
“Kemudian tim ini berjumlah 1515 terbagi dalam 19 kecamatan dan 193 desa. Mudahan Sambas Berkemajuan, Sambas bebas dari stunting menuju generasi unggul akan segera tercapai,” katanya. (*)
(Simak berita terbaru dari Sambas)