Di sinilah Sunan Ampel bertemu dengan wali songo lainnya, antara lain Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.
Pertemuan ini berujung pada kesepakatan dan tugas dakwah yang dibebankan kepadanya di Cirebon.
Cirebon merupakan daerah pertama di Jawa Barat yang penduduknya beragama Islam.
• Biografi Sunan Muria, Wali Songo yang Memilih Tinggal di Pegunungan dan Jauh dari Keramaian Kota
Nama Cirebon muncul setelah Pangeran Cakrabumi bersama Ki Gedheng Alang-Alang membuka perkampungan di daerah Lemah Wungkuk.
Desa ini berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi pedagang-pedagang asing dari berbagai daerah dan dari luar seperti Cina, Arab, Persia, Mesir, dan India.
Mengawali dakwahnya, Syarif Hidayatullah berperan sebagai guru agama menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung.
Kemudian melanjutkan dakwahnya ke Banten.
Usaha dakwahnya cukup berhasil di dua daerah ini, berada dekat dengan masyarakat pedesaan karena itu dengan mudah mempelajari karakter masyarakat sebelum tampil sebagai penguasa di pusat pemerintahan.
Di Cirebon, Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati, putri Pangeran Cakrabuana, penguasa Cirebon.
• Bukti-bukti Sejarah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Setelah Pangeran Cakrabuana mangkat, kekuasaan atas negeri Cirebon diserahkan kepada menantunya Sunan Gunung Jati.
Selain sebagai ulama yang menguasai ilmu syariat dan taswuf, posisinya sebagai waliyyul amri atau penguasa Cirebon yang secara ekonomi dan politik punya daya tarik
terhadap pengembangan Islam di Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan Jawa Barat.
Sebagai kepala negara, Sunan Gunung Jati berperan penting dalam perluasan kekuasaan politik dan agama Islam di Cirebon.
Selama memerintah, Sunan Gunung Jati membangun sarana dan prasarana, seperti pembangunan sarana ibadah di seluruh wilayah kekuasaannya atau transportasi sebagai penunjang pelabuhan dan sungai.
Itu dilakukan untuk memudahkan penyebaran agama Islam.
Sunan Gunung Jati mempelopori Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 1489 sebagai pusat dakwah.