Gejalanya dapat dibagi menjadi dua periode:
- Pertama, periode invasi (antara 0-5 hari) yang ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan asthenia hebat (kekurangan energi).
- Kedua, erupsi kulit yang dimulai dalam 1-3 hari setelah munculnya demam. Ruam cenderung lebih terkonsentrasi pada wajah daripada di badan.
Ruam berkembang secara berurutan dari makula (lesi dengan dasar datar) menjadi papula (lesi keras yang sedikit terangkat), vesikel (lesi berisi cairan bening), pustula (lesi berisi cairan kekuningan), dan krusta yang mengering dan rontok.
Dalam kasus yang parah, lesi dapat menyatu sampai sebagian besar kulit terkelupas.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan sifat komplikasi.
Komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, dan infeksi kornea dengan kehilangan penglihatan berikutnya.
• Apa Gejala Penyakit Kolera ? Lalu, Apa Penyebab Kolera ? Bagaimana Cara Mengobati Kolera ?
Cara Penularan Cacar Monyet
Proses penularan dari cacar monyet dapat terjadi dari kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dari hewan yang terinfeksi.
Di Afrika, bukti infeksi virus monkeypox telah ditemukan di banyak hewan termasuk tupai tali, tupai pohon, dan berbagai spesies monyet.
Hingga saat ini, reservoir alami cacar monyet belum diidentifikasi, meskipun hewan pengerat adalah yang paling mungkin.
Daging yang tidak dimasak dengan benar dan produk hewani lainnya dari hewan yang terinfeksi merupakan faktor risiko lain dari cacar monyet.
Kendati demikian, penularan sekunder atau dari manusia ke manusia relatif terbatas.
Infeksi dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekret pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru saja terkontaminasi.