Mulyadi Ajak Kader NU Kawal Esensi Dakwah Islam Wasathiyah dan Jaga Keutuhan NKRI

Penulis: Ramadhan
Editor: Hamdan Darsani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Tandfiziyah PCNU Kabupaten Mempawah, Mulyadi.

Selain itu, Islam Wasathiyah menurut Mulyadi cenderung memilih pilihan yang mudah serta tidak berlebihan dalam segala hal.

"Cara beragama semacam itu sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang beribadah tanpa kehilangan sisi manusiawi," katanya.

Menurutnya lagi, paham Islam Wasathiyah juga tidak melakukan paksaan dalam beragama. Tugas umat Islam adalah menyampaikan pesan keislaman tanpa memaksakan kehendak.

"Sayangnya, terkadang kita justru terjebak menghakimi orang lain, serta dalam beragama tidak boleh memaksa. Jangan seakan-seakan merasa Rahmat Allah tidak akan turun kepada orang lain,” tegas Mulyadi.

Untuk itu, kata Mulyadi Islam sebagai agama akhir zaman harus mampu menyesuaikan pada keadaan.

“Harus ditengah-tengah, paham kapan harus tegas dan kapan dengan pendekatan cinta,” terangnya.

Selanjutnya Mulyadi mengajak Kader NU untuk mengawal Keutuhan NKRI.

"Karena di Tahun 1945 Pancasila merupakan kalimatun sawa' (common platform) yang menyatukan keragaman etnis, ras, budaya dan agama," katanya.

Meskipun pada awal Indonesia merdeka terjadi perdebatan panjang tentang ideologi negara, namun founding fathers menemukan titik temu pada sebuah terminologi bernama Pancasila.

Pada saat itu kata Mulyadi, tokoh-tokoh kemerdekaan terbagi pada dua kelompok, yakni nasionalis Islam yang mengajukan Islam sebagai dasar negara, dan nasionalis sekuler yang mengajukan pembentukan negara yang tidak mendasarkan pada satu agama tertentu.

"Kelapangan jiwa tokoh-tokoh Islam nasionalis akhirnya disepakati bahwa Pancasila dianggap sebagai Mitsaqan ghaliza atau kesepakatan Suci dari pendiri bangaa Indonesia yang kita cintai ini," tutupnya. (*)

Berita Terkini