TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Pendidikan Universitas Tanjungpura (Untan), dr Aswandi menilai pembelajaran daring tidak berjalan maksimal karena keterbatasa jaringan di Wilayah Kalbar. Maka dari itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran ditengah pandemi COVID-19.
Ia mengatakan bahwa selama ini yang sering menjadi masalah adalah terhadap konten pembelajaran atau isi pembelajaran yang biasa guru siapkan ketika belajar daring.
“Tapi kalau sekarang pemerintah membantu menyiapkan bahan pelajaran dalam bentuk Flasdisk itu bagus karena memang diperlukan oleh siswa yang memang daerahnya tidak mempunyai jaringsn internet,” ujarnya kepada Tribun Pontianak, Rabu 3 Februari 2021.
• Pengamat Pendidikan Untan Sebut Masih Banyak Ditemukan Guru yang Mengajar Tidak Sesuai Keilmuannya
DR Aswandi meneriman apresiasi kepada Pemprov Kalbar yang telah melakukan terobosan inovasi dalam pembelajaran ditengah pandemi COVID-19,
“Saya kira itu bagus kita apresiasi, karena salah satu masalah ketika siswa belajar lewat daring adalah kontennya. Jadi sekarang sudah melalui flasdisk bagus, tapi yang menjadi masalah apakah terpenuhi semuanya,” ujarnya.
Ia mengatakan saat ini ada 8 prioritas pemerintah satu diantaranya adalah program digitalisasi sekolah yang melibatkan lintas departemen.
“Jadi nanti dikolaborasi misalnya dari jaringan disiapkan juga oleh Kementrian yang bersangkutan, infrastruktur juga didukung. Jadi nanti apa yang dikeluhkan oleh masyarakat bisa diatasi selama ini. Karena masih ada sekolah yang tidak punya listrik dan jaringan saat ini,” jelasnya.
Dengan adanya digitalisasi bisa terpenuhi ditambah lagi masyarakat termasuk guru dan murid sudah mulai membiasakan diri untuk belajar online. Maka semua bisa berjalan lancar.
“Dulu masih belum terbiasa akhirnya tidak efektif belajar daring atau lose learning, karena siswa kehilangan belajar bahkan tercatat hanya 30 persen saja daya tangkapnya,” ujarnya.
Dengan digitlasisasi yang sudah disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat sudah mulai biasa maka akan baik.
“Kita ini selamai ni tidak terbiasa saja, bukan hanya orang tua tapi banyak guru yang belum akrab dengan digital. Bahkan terjadi di seluruh dunia tidak hanya Indonesia,” pungkasnya. (*)