TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson menceritakan suka dukanya menjadi garda terdepan dalam menangani virus Covid-19 di Kalbar, yang sampai saat ini belum juga usai.
Menjadi garda terdepan dalam menangani virus Covid-19 di Kalbar.
Ia tentu harus mengatur jam kerjanya maupun menjaga kesehatan dirinya sendiri agar selalu bisa memantau langsung perkembangan virus Covid-19 di Kalbar.
Ia menceritakan di masa Covid-19 dari awal bahkan sampai sekarang jam kerjanyapun menjadi ikut berubah demi untuk menangani virus Covid-19.
Namun hal tersebut tidak membuatnya mengeluh, bahkan ia mengaku senang bisa bekerjasama dan saling bahu membahu dengan instansi lain dalam memerangi kasus Covid-19 di Kalbar.
• Harisson: Pelaksanaan Pilkada 2020 harus Dengan Disiplin Protokoler Kesehatan
Selain itu dirinya juga merasa senang bisa melaporkan langsung perkembangan kasus covid-19 dilapangan kepada Gubernur Kalbar, H Sutarmidji setiap harinya melalui pesan whatsApp bahkan bisa berdiskusi langsung terkait penangan Covid-19 di Kalbar saat ini.
“Saya senang setiap saat bisa menyampaikan permasalahan di lapangan dengan Pak Gubernur dan beliau juga selalu bertanya terkait update kasus dilapangan.
Bahkan bisa langsung berdiskusi dengan beliau terkait arahan selanjutnya untuk penangan covid-19 di Kalbar,” ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa Gubernur Kalbar sangat peduli dan konsen dalam penanganan kasus covid-19 di Kalbar demi untuk menjaga agar masyarakat terhindar dari virus corona.
• VIDEO: Harisson Beberkan Kasus Konfirmasi Guru dan Pelajar di Kalbar, Ini Rinciannya
Dikatakannya tentu jam kerja sebelum adanya pandemi selalu pulang teratur mengikuti jam kerja normal, tapi karena adanya pandemi Covid-19.
Ia dan orang- orang yang juga ikut menangani covid-19 harus lembur dari pagi sampai malam bahkan sampai subuhnya lagi apabila ada hal urgent yang harus ditangani.
“Jadi kita yang terjun langsung menangani Covid-19 bisa kerja dari subuh sampai tengah malam tidak mengenal hari libur kita tetap melaksanakan tugas di kantor dan lapangan,” ujarnya saat ditemui di Ruang Kerjanya, Jumat (14/8/2020).
Ia mengatakan tak kenal waktu bahkan kadang harus turun langsung untuk mengecek dan melihat kejadian yang terjadi ditengah masyarakat seperti ada pasien yang meninggal karena Covid-19 .
Bahkan harus memantau langsung pasien yang dirawat di rumah sakit yang mempunyai masalah ketika dinyatakan kasus konfirmasi.
Tak hanya itu saja ia bahkan ikut mencari pasien yang kabur setelah dinyatakan covid-19 beberapa waktu lalu dibantu dengan berbagai pihak dari TNI Polri sampai tengah malam.
“Jadi itulah yang membuat kita harus melihat langsung dan terjun langsung ke lapangan.
Untungnya pada saat itu tugas lain yang tidak begitu penting dilaksanakan atau dapat ditunda pelaksanaanya karena ada refocusing karena harus menangani covid-19,” jelasnya.
• Delapan Guru di Melawi Terkonfirmasi Positif Covid-19, Ini Keterangan Kadinkes Kalbar
Dalam penanganan Covid-19 di Kalbar ia mengaku senang karena tidak bekerja sendirian dan dibantu TNI Polri, Dinas Perhubungan dan Satpol PP dan BPBD, serta dukungan dari kelompok masyarakat dan Perusahaan bahkan media di Kalbar (Penta Helik).
“Pada awal kasus kita sempat kekurangan bahan APD ,obat -obatan ,peralatan kesehatan dimana dipasaran semuanya menghilang dan harga melonjak.
Jadi kita punya uang tapi tak bisa beli barang karena menjadi rebutan dunia ,” jelasnya.
Ia merasa beruntung karena banyak Perusahaan ataupun Pengusaha di Kalbar yang memberi sumbangan mulai dari APD, rapid test, reagent dan alat kesehatan lainnya.
Selain itu untuk alat kesehatan yang lainnya karena harga yang mahal jadi harus membeli langsung.
Namun diakuinya saat ini harga alat kesehatan yang sempat melonjak naik kini sudah norma kembali.
“Kita juga harus menyiapkan pusat pelayanan kesehatan, puskesmas dan rumah isolasi.
Seperti di RSUD Soedarso yang awalnya kita hanya punya 4 ruang isolasi dan kini sudah ada 200 ruangan isolasi ,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa dulu Kalbar tidak mempunyai Laboratorium yang didukung dengan RT PCR.
Sehingga harus mengirim sampel swab ke Jakarta .
• Ahli Epidemiologi Sebut Strain Corona Menjadi Pengaruh Pada Keganasan Virus
“Tapi karena semua daerah mengirim sampel ke Jakarta membuat antrian panjang dan kita menjadi lama mendapatkan hasilnya,” ujarnya.
Maka dari itu, Pemprov Kalbar bekerjasama dengan Laboratorium Untan menyediakan Aat RT PCR untuk memeriksa sampel swab agar hasil bisa lebih cepat diketahui.
“Untuk saat ini sudah ada alat RT PCR di Untan yang awal nya hanya bisa memeriksa 30 sampel kini menjadi 250 sampel sehari.
Lalu beberapa kabupaten juga sudah ada alat PCR seperti Sintang bahkan akan menyusul daerah lainnya ,” jelasnya.
Ia mengatakan menyangkut masyarakat tadinya selalu diingatkan agar tidak kawatir dan harus waspada tapi kini mereka tidak terlalu khawatir, tapi sebaliknya hilangnya kekhawatiran mereka membuat mereka lengah yang bisa menjadi masalah juga.
“Sekarang Pemda harus mengingat terus.
Bila perlu akan disiapkan peraturan kepala daerah tentang sanksi kepada siapapun yang tidak menerapkan protokol kesehatan,” ungkapnya.
Ia mengatakan duka lain yang ia rasakan dalam menangani covid-19 adalah ketika ada pasien yang sudah dinyatakan kasus konfirmasi tapi menolakbahkan menyangkal bahwa dirinya positif covid-19 .
• BREAKING NEWS - Kasus Positif Covid-19 Bertambah Lima, Satu Berstatus PNS dan Tiga Orang Pelajar
Hal itulah yang membuat petugas kesehatan menjadi terkecoh karena pasien tidak mengakui pernah kemana saja dan kontak dengan siapa saja, hingga akhirnya menularkan kepada tenaga kesehatan keluarga dan masyarakat.
“Suka duka lainnya saat saya ikut mengejar orang yang kabur padahal sudah dinyatakan positif Covid-19.
Tapi saya sangat terbantu dengan kerjasama TNI Polri dan adanya media seperti kasus satu pasien dari Jombang yang lari,” jelasnya.
Selain itu duka lainnya saat harus menyiapkan ruang isolasi.
Namun kini sudah punya Rumah Isolasi Pemerintah di Upelkes dan Rusunawa khusus di Kota Pontianak.
“Jadi memang awalnya masyarakat menolak takut menularkan kepada orang lain ketika kita inging mengisolasi pasien di ruang yang dekat dengan tempat mereka.
Tapi karena sudah melakukan pendekatan dari TNI Polri dan Diskes.
Kini masyarakat sudah bisa menerima,” jelasnya.
Ia mengaku senangnya adalah ketika bisa kerjasama bahu-membahu dengan instansi lain secara pentahelik dalam memerangi covid-19.
“Dukanya kalau ada masyarakat yang menolak diisolasi ketika sudah dinyatakan positif itu sedih jak kok bisa menolak karena itu membayakan orang lain,” ujarnya.
Ia juga membagikan cerita bagaiamana ia membagi waktu dan menajag kesehatannya ketika harus disibukkan mengurus penanganan kasus covid-19 di Kalbar.
• Lembaga di Amerika Serikat Lacak Covid-19 dengan Kecerdasan Buatan
“Saya istirahat sesempat-sempatnya.
Saya ini orangnya yang penting ada tidur dua jam sudah merasa segar, tapi yang penting tidur dalam dan nyenyak,” ujarnya.
Ia juga merasa senang karena mendapat dukungan dari Gubernur Kalbar yang memang konsen terhadap kesehatan masyarakat dan petugas kesehatan, serta mempunyai pemikiran dan ide yang cerdas dalam mengatur strategi dalam penanganan covid-19.
Ia mengaku untuk menjaga kesehatannya adalah dengan banyak minum madu, makan buah- buahan setiap hari seperti makan alpukat , jeruk, pepaya yang dianjurkan oleh Gubernur Kalbar .
“Secara pribadi sudah saya buktikan menu tersebut dengan melihat pola kerja saat ini ,”ucapnya.
Ia mengatakan sering secara langsung memantau kondisi pasien positif Covid-19 dan yang penting tidak memegang barang disekitarnya, menjaga jarak dan menggunakan masker dan setelah bertemu cepat cuci tangan dan mengganti baju, serta mandi.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: