PENTING, Yuk Cek Fakta atau Mitos Seputar Serangan Jantung

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr Chelwy Joycestio Vrixander dan Eric Herrianto Dwiputra SKed.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sebagai satu di antara penyebab kematian tertinggi di Indonesia maupun seluruh dunia, mungkin serangan jantung bukanlah hal yang asing lagi bagi sobat pembaca.

Tribun merangkum tulisan dari dua dokter muda Kalbar yakni dr Chelwy Joycestio Vrixander dan Eric Herrianto Dwiputra SKed.

Tapi, sebelum membahas mengenai fakta dan mitos serangan jantung, yuk kita bahas sedikit dasar-dasar mengenai serangan jantung.

Serangan jantung didefinisikan sebagai ketika sebagian dari sel-sel jantung sedang mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh tersumbatnya arteri koroner yang memperdarahi jantung.

Apabila sumbatan tersebut tidak dihilangkan, otomatis sel-sel jantung pun dapat mati.

Lalu, apa serangan jantung sama dengan henti jantung? Henti jantung, atau yang biasa disebut cardiac arrest diartikan sebagai berhentinya fungsi pompa jantung, yang disebabkan oleh kegagalan kelistrikan dalam sel-sel otot jantung.

Serangan jantung dapat berakhir menjadi henti jantung, namun henti jantung tidak hanya disebabkan oleh serangan jantung lho.

Masih terdapat banyak penyebab lain dari henti jantung, misalnya saja aritmia (gangguan irama jantung), gagal jantung, kardiomiopati, dan lain-lain yang kita bahas di lain kesempatan aja ya.

Waw! Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2018, dilihat dari jenis kelamin, serangan jantung lebih banyak terjadi pada perempuan (1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%) lho!

Jadi ibu-ibu, kakak-kakak, tante, amoy, harus hati-hati lho ya. Kok bisa ya? Ternyata, berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa pembuluh darah pada wanita lebih cepat menua daripada laki-laki dengan usia yang sama, dan ternyata ukuran pembuluh darah wanita juga lebih kecil pada pria dengan pria, sehingga lebih rentan mengalami gangguan jantung.

Dari sudut pandang usia juga, data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa semakin tua usianya, semakin meningkat juga prevalensi penyakit jantung.

Sebenarnya apa sih yang menyebabkan serangan jantung? Seperti yang tadi telah disebutkan, serangan jantung itu terjadi akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner.

Sumbatan itu dapat berbentuk plak, maupun trombus, yang dapat tersusun dari penumpukan kumpulan lemak, kolesterol, sel-sel peradangan, dan unsur-unsur lain.

Pembentukan plak ini disebut juga atherosclerosis. Pembentukan plak terjadi melalui rentetan proses yang rumit, panjang, dan bertahun-tahun, yang pada akhirnya semakin lama semakin menutup pembuluh darah koroner.

Bayangkan bahwa jantung kita berdetak setiap detiknya, dengan angka normal 60-100 detak/menit pada kondisi istirahat.

Suatu pekerjaan yang cukup berat, bukan? Otomatis jantung juga membutuhkan nutrisi dan oksigen yang cukup banyak agar tetap dapat berdetak setiap detiknya.

Nutrisi dan oksigen itu disalurkan oleh arteri koroner, yaitu pembuluh darah yang mengitari dinding jantung dan menyuplai nutrisi dan oksigen ke sel-sel otot jantung.

Bayangkan arteri koroner itu seperti pipa air. Apa yang akan terjadi pada ALIRANNYA bila pipa tersebut tersumbat? Alirannya akan semakin pelan bukan?

Hal yang sama juga terjadi pada arteri koroner, yang mana otomatis nutrisi dan oksigen yang disalurkan tentu saja akan semakin sedikit.

Sel-sel otot jantung yang kekurangan oksigen dan nutrisi tentu saja mengalami kerusakan, dan bila semakin lama terjadi, akan mengalami kematian sel. Nah, rentetan peristiwa inilah yang menyebabkan terjadinya serangan jantung.

Kalau begitu, semua orang nantinya akan terkena serangan jantung dong? Nope, tidak semudah itu ferguso.

Tidak semua orang akan terkena serangan jantung, meskipun sudah tua sekalipun. Namun, pada karakteristik (faktor risiko) orang tertentu, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami atherosclerosis dibandingkan orang lainnya.

Karakteristik ini meliputi

1. Kolesterol LDL (kolesterol ‘jahat’) yang tinggi

2. Memiliki riwayat kebiasaan merokok

3. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

4. Kolesterol HDL (kolesterol ‘baik’) yang rendah

5. Diabetes mellitus (kencing manis)

6. Riwayat penyakit jantung koroner/serangan jantung dalam keluarga

7. Umur (pria ≥45 tahun; wanita ≥55 tahun)

8. Obesitas (IMT ≥30 kg/m2)

9. Kurangnya aktivitas fisik

10. Diet tinggi lemak dan kolesterol; dan lain-lain

Lalu, gejala serangan jantung itu seperti apa sih? Kalau nyeri dada pasti serangan jantung dong?

Yak, keluhan paling klasik dari serangan jantung adalah nyeri dada. Nyeri dada pada serangan jantung digambarkan seperti rasa tertekan/berat di dalam dada, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, daerah antara skapula, bahu, maupun epigastrium (ulu hati).

Nyeri dada ini disebut Angina atau sering disebut angin duduk. Keluhan ini dapat berlangsung sebentar maupun hingga >20 menit, saat sedang istirahat maupun saat aktivitas.

Tapi, tidak semua nyeri dada adalah gambaran dari serangan jantung. Nyeri dada yang bukan gambaran serangan jantung adalah:

1. Nyeri dada tajam saat bernapas/batuk

2. Nyeri dada yang dapat ditunjuk dengan satu jari

3. Nyeri dada yang disebabkan oleh gerakan tubuh/perabaan

4. Nyeri dada dengan durasi beberapa detik

5. Nyeri dada yang menjalar ke tungkai

Keluhan nyeri dada di atas juga dapat disertai gejala lain, yaitu:

1. Sesak napas

2. Diaphoresis (keringat berlebihan)

3. Mual/muntah atau gangguan pencernaan

4. Nyeri perut atas

5. Rasa lemah mendadak yang tidak dapat diterangkan

Dalam mendiagnosis serangan jantung, ternyata ada beberapa pemeriksaan lho yang mungkin diminta. Pemilihan ini sangat tergantung dari keputusan dokter yang menangani. Apa aja sih yang biasa diperiksa? Yuk kita bahas sedikit.

a. Treadmill

Oke, jadi intinya tes treadmill ini fungsinya buat melihat seberapa baguskah jantung kita merespon terhadap aktivitas berat.

Jadi, caranya kita akan dipasangi monitor di badan kita untuk memonitor fungsi jantung kita. Nah, kemudian kita akan diminta berlari diatas treadmill, dimulai dari kecepatan pelan dan semakin lama semakin cepat.

Kemudian, mesin treadmill akan mencatat kerja jantung kita yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah terdapat kelainan atau tidak. Selain itu juga melihat apakah selama menjalani aktivitas menimbulkan nyeri dada atau tidak.

Wah, seperti olahraga di gym ya hehe. Hasil pembacaannya nanti akan di bagi menjadi positif dan negatif, Jika hasil tes treadmill positif, maka orang itu terdeteksi memiliki kelainan jantung.

Sebaliknya, bila hasil tes treadmill negatif, berarti orang itu tidak terdeteksi memiliki kelainan baik di fungsi jantung maupun aliran darah ke jantung.

b. Elektrokardiografi

Selanjutnya ada lagi nih, ini namanya pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG). Prinsipnya, dia mendeteksi dan merekam aktivitas listrik jantung secara akurat, sehingga dapat terlihat apakah terdapat kelainan pada aktivitas jantung seseorang.

Pemeriksaan dilakukan dengan pamasangan dipasangkan alat di dada, dan ditempel seperti sticker. Sebelum dipasang akan diberikan gel. Nah, fungsi gel itu supaya hasil pembacaan alatnya semakin baik.

Nanti dari alat yang menempel itu akan didapat hasil rekaman aktivitas jantung. Prosedur ini tidak berbahaya dan tidak sakit.

c. Hasil laboratorium

Oke, ini yang pasti udah sobat sering dengar. Ya, pemeriksaan laboratorium! Jadi, biasanya jikalau orang dicurigai mengalami serangan jantung, maka dokter akan menginstruksikan untuk memeriksakan zat yang bernama Troponin maupun CK-MB.

Nah, Troponin dan CK-MB ini merupakan salah satu tanda yang bisa dideteksi dalam darah, dan bila melewati batas normal, maka kemungkinan besar sedang mengalami serangan jantung.

Selain kedua itu, pemeriksaan lab juga berguna lho untuk memeriksa faktor risiko serangan jantung, seperti kolesterol dan gula darah. Rajin diperiksa ya sobat!

FAKTA ATAU MITOS?

A. USIA MUDA TIDAK MUNGKIN TERKENA SERANGAN JANTUNG = MITOS

Serangan Jantung tidak mengenal usia lho sobat! Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Berdasarkan penelitian, banyak juga terdapat pasien dibawah umur 50 tahun, yang bahkan masih berusia 20-30 tahun sudah terkena serangan jantung.

Berdasarkan penelitian pun, ternyata proses penumpukan lapisan lemak di dalam pembuluh darah koroner telah dimulai sejak umur 20an pada kebanyakan orang lho!4

B. SAYA AKAN TERKENA SERANGAN JANTUNG KARENA ORANGTUA SAYA PERNAH MENGALAMINYA = MITOS

Orangtua sobat pernah mengalami serangan jantung, apakah sobat pasti mengalami serangan jantung juga?

Jawabannya tidak pasti! Mungkin sobat tetap memiliki risiko untuk terkena serangan jantung, namun bukan pasti terkena lho ya!

Selama sobat bisa mengontrol faktor risiko seperti tekanan darah, kolesterol, dan gula darah sobat, maka sobat bisa terhindar dari serangan jantung tersebut.

C. STRESS BERLEBIHAN BERISIKO TERKENA SERANGAN JANTUNG = FAKTA

Oke, ternyata setelah diteliti, stress merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar lho dalam serangan jantung.

Terbukti, ketika kita merasa stres, kita akan menghasilkan hormon yang bernama hormon kortisol. Nah, ternyata hormon kortisol ini memiliki peran dalam meningkatkan kerja jantung, nah jika jantung kita bekerja terlalu keras dalam waktu yang lama, maka fungsinya bisa terganggu.

Makanya stress dan emosi sering dikaitkan dengan darah tinggi. Kalian pasti tahu dong istilah orang “berdarah tinggi”.

Ternyata benar, orang yang suka marah tekanan darahnya tinggi karena kerja jantungnya juga semakin keras dan cepat.12 Ayo, jangan sering marah-marah supaya panjang umur!

D. BADAN KURUS AMAN DARI SERANGAN JANTUNG = MITOS

Mungkin di antara sobat ada yang pernah berpikir bahwa “Ah saya kan kurus, jadi saya aman dong dari serangan jantung”.

Banyak juga yang berpikir bahwa orang kurus lebih aman untuk makan seenaknya karena aman dari serangan jantung. Nah, pemikiran seperti ini harus diubah 100%.

Memang benar bahwa orang-orang dengan kelebihan berat badan memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan jantung.

Tapi orang-orang dengan berat badan rendah (underweight) ternyata juga berisiko lho.13 Oleh karena itu, pastikan Indeks Massa Tubuh (IMT) sobat berada di angka 18,5 - 22,9 kg/m2. Cara menghitung IMT gampang kok, yaitu (Berat badan (kg))/ Tinggi badan (m) ^2

Resiko terkena serangan jantung juga bukan hanya dilihat dari kurus atau gemuknya badan sobat, tapi juga dilihat dari kadar kolesterol, gula darah, serta tekanan darah sobat.

Bisa saja orang berbadan kurus memiliki kolesterol yang tinggi, ataupun gula darah yang tinggi. Sebaliknya, bisa saja orang gemuk memiliki kolesterol dan gula darah yang rendah. Jadi, diet harus tetap dijaga dan rutin periksa ya sobat!

E. GERD DAPAT MENYEBABKAN SERANGAN JANTUNG = MITOS

Pernahkah sobat mengalami sensasi seperti terbakar pada daerah ulu hati, dada, maupun kerongkongan, terutama setelah makan kemudian berbaring?

Jika iya, mungkin sobat sedang mengalami GERD. Nah, bagi yang belum tahu, GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) digambarkan sebagai keadaan dimana asam lambung mengalir kembali naik ke atas melalui kerongkongan.

GERD paling sering disebabkan karena katup pada kerongkongan terbuka sehingga memungkinkan asam lambung naik kembali ke kerongkongan.

Naiknya asam ini menyebabkan rasa nyeri dada maupun kerongkongan seperti terbakar (heartburn).

Nah, gejala inilah yang seringkali dianggap disalah-artikan sebagai gejala nyeri dada pada serangan jantung.

Namun, apakah GERD menyebabkan serangan jantung? Naiknya asam lambung sendiri tidak berhubungan langsung dengan penyumbatan pada pembuluh darah koroner.

Terlebih lagi, lambung dan kerongkongan dengan jantung merupakan organ yang berbeda dan terpisah. Meskipun pada beberapa penelitian mengusulkan adanya ASOSIASI GERD dengan aritmia (bukan kausalitas) melalui mekanisme refleks vasovagal, tidak ada bukti bahwa GERD secara langsung menyebabkan serangan jantung.

F. BATUK SEKUAT TENAGA DAPAT MENGATASI SERANGAN JANTUNG = MITOS

Pernahkah sobat mendengar atau membaca di media sosial bahwa ketika serangan jantung, sobat disarankan untuk menarik napas yang dalam kemudian batuk sekuat mungkin untuk mengatasi serangan jantung?

Nah, sebelum membahas benar atau tidaknya, yuk kita bahas sedikit mengenai teknik yang disebut ‘cough CPR’ ini.

Pada beberapa berita mengenai teknik ini, disebutkan bahwa dengan cara menarik napas dalam dan batuk, membantu menghasilkan tekanan positif dalam rongga dada (memompa jantung), sehingga mempengaruhi aliran darah ke jantung dan berhubungan dengan sistem saraf vagus.

Hal ini dipandang dapat mempengaruhi sistem kelistrikan jantung dan dapat mengatasi artimia. Nah, cough CPR ini terkadang dipraktikkan penderita saat mengalami aritmia saat sedang menjalani kateterisasi jantung, dan (tentu saja) dilakukan saat pasien sadar.

Namun, kebanyakan serangan jantung tidak menyebabkan artimia, sehingga teknik ini tidak menghasilkan efek apapun.

Pakar Ilmu Jantung dan Kardiologi dr Agus Subagjo, Sp.JP(K)FIHA juga mengungkapkan bahwa informasi bahwa penderita serangan jantung harus batuk sekuat tenaga adalah informasi yang keliru.

Beliau juga mengungkapkan “kalau jantungnya berhenti mendadak, ya bagaimana bisa batuk”. Oleh karena itu, teknik ini bukanlah teknik yang direkomendasikan, selain karena tidak efektif, juga justru dapat menunda seseorang dalam mencari pertolongan yang tepat.

G. MENEPUK-NEPUK LENGAN DAN SIKU DAPAT MENGOBATI SERANGAN JANTUNG = MITOS

NAH! Bagi sobat yang sering baca berita atau nonton video dari broadcast WhatsApp, pastinya tidak asing lagi dengan berita ini dong?

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, serangan jantung terjadi karena adanya sumbatan dalam pembuluh darah jantung.

Menepuk-nepuk lengan dan siku sama sekali tidak membantu meredakan sumbatan pembuluh darah jantung, maupun memperlancar aliran darah jantung.

Menjawab pernyataan di atas, dapat dipastikan bahwa cara tersebut adalah hoax yang dikonfirmasi oleh Asosiasi Jantung Indonesia.

H. COVID-19 DAPAT MENYEBABKAN SERANGAN JANTUNG = FAKTA

Hem, rasanya tidak lengkap ya bila kita tidak membahas tentang isu yang sedang panas saat ini. Yup, tentang Covid-19 yang telah menjadi pandemi menginfeksi hampir seluruh dunia selama beberapa bulan ini.

Mungkin kita tidak akan membahas lagi mengenai infeksi yang terutama menyerang paru-paru ini, tapi ternyata Covid-19 dapat menyebabkan serangan jantung, lho! Lho? Kok bisa?

Ternyata berdasarkan penelitian, keadaan peradangan berat pada Covid-19 ini dapat menginfeksi otot jantung sehingga bisa menyebabkan terjadinya gangguan fungsi jantung.

Hal ini diperparah dengan adanya keadaan hipoksemia (kurang oksigen di darah) akibat infeksi di paru, dan faktor-faktor lain yang disinyalir dapat menyebabkan plak pembuluh darah lepas dan menyumbat pembuluh darah.

Hal ini bisa terjadi lho pada orang dengan maupun tanpa riwayat penyakit jantung.19–21 Cukup berbahaya ya, Yuk social distancing-nya diterapkan! #stayathome

Nah, Jika telah terdiagnosis mengalami serangan jantung, maka dokter akan memberikan beberapa obat yang kerjanya saling membantu.

Misalnya obat untuk melancarkan peredaran darah, pengencer darah, serta obat untuk mengatasi nyeri dada yang sobat alami.

Nah, obat obatan ini hanya diberikan oleh dokter di rumah sakit karena perlu pengawasan. Konsumsi obat-obat ini secara sembarangan bisa berakibat fatal lho.5

Selain obat-obatan ada lagi caranya untuk mengobati serangan jantung sobat. Nah, namanya itu PCI (Percutaneous Coronary Intervention)!

Jadi, prinsip dari PCI itu adalah melebarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat tadi akibat plak yang menempel melalui metode yang invasif.

Caranya bagaimana? Yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah jantung yang terkena melalui pembuluh darah lengan atau paha, dan mengembangkan balon/stent agar diameter pembuluh darah dapat terbuka lagi.

Prosedur ini biasa disebut juga dengan istilah pasang ring. Hal ini sangat membantu jantung untuk kembali mendapatkan aliran darah lagi, meskipun selama prosedur tetap ada risiko rendah misalnya penggumpalan darah maupun serangan jantung.5,22

Sayangnya, serangan jantung bukanlah penyakit yang ringan. Tentu saja, serangan jantung dapat menimbulkan komplikasi, paling parah ya dapat menyebabkan kematian.

Namun, tidak semua serangan jantung pasti meninggal kok, tergantung dari tingkat keparahan serangan itu sendiri. Komplikasi-komplikasi lain dari jantung itu sendiri bermacam-macam.

Yang pasti paling terpengaruh adalah fungsionalitas atau kemampuan kerja jantung itu. Jantung dengan beberapa bagian otot yang sudah mati tentu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya lagi karena akan digantikan oleh jaringan parut.

Nah, hal ini dapat menyebabkan gagal jantung (kondisi dimana kemampuan jantung sudah berkurang fungsinya untuk menopang aktivitas sehari-hari), sehingga aktivitas sehari-hari pasti akan sangat terganggu.

Belum lagi komplikasi-komplikasi lain yang lebih berbahaya lagi, yang dapat muncul, seperti aritmia, radang selaput jantung, maupun serangan jantung berulang.

Jadi, saya harus ngapain dong biar tidak kena serangan jantung? Sebenarnya banyak kok caranya dan mudah.

Salah satunya adalah berolahraga rutin. Berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebaiknya kita melakukan aktivitas fisik sebanyak 150 menit seminggu.

Terus kegiatan fisik apa dong? Kata American Heart Association, semua aktivitas yang memicu kegiatan fisik itu diperbolehkan lho sobat. Jadi tidak harus pergi ke gym, bisa berupa berenang, bersepeda, lari, dan lain sebagainya.

Pilih dong olahraga yang sobat sukai! Nah, untuk orang-orang yang punya masalah dengan kolesterol dan darah tinggi, disarankan untuk melakukan 40 menit latihan dengan intensitas sedang selama 3-4 kali dalam seminggu.

Ingat, jangan terlalu berat juga ya, karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.23 Selain itu, ingat juga untuk menghindari diet tinggi kalori, gula, dan lemak jenuh.

Bila sobat merokok, hentikan saat ini juga karena lebih sulit untuk hidup setelah serangan jantung daripada berhenti merokok.

Bagi yang memiliki penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, maupun kolesterol tinggi, silahkan kontrol ke dokter untuk mencapai tingkat seaman mungkin.

Kira-kira sekian deh fakta dan mitos mengenai serangan jantung. Rasanya tidak lengkap bila kami tidak melampirkan sumber-sumber pustaka kami. Semoga bermanfaat ya.

Berita Terkini