Human Interest Story

Akibat Corona, Siswi di Sintang yang Mahir Bahasa Jepang Ini Harus Sabar Tunggu Pengumuman Beasiswa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Friscila Jesica Goeye, siswi SMAN 3 Sintang fasih berbahasa Jepang.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Friscila Jesica Goeye, baru saja menamatkan pendidikan di SMAN 3 Sintang.

Seharusnya, momen kelulusan semakin memantapkannya menpaki jenjang pendidikan selanjutnya untuk menempuh perguruan tinggi, sesuai bakat dan minatnya.

Akibat pandemi corona, Sella harus sabar menunggu informasi terbaru penerimaan beasiswa di Jepang.

“Belum mikir yang pasti mau ke mana dulu, karena masih pandemi (corona) dan takutnya susah untuk keluar,” kata gadis yang fasih berbahasa jepang dengan modal ototidak ini menonton anime dan lagu jepang.

68 Penumpang Pesawat Wings Air Harus Diisolasi Gara-gara Satu Pemudik Berstatus OTG Positif Covid-19

Sella—sapaan akrabnya—sangat ingin melanjutkan kuliah di Jepang.

Bahkan sebelum corona mewabah hampir di seluruh penjuru dunia, gadis yang saat ini mempelajari bahasa Spanyol ini sudah melakukan riset kecil-kecilan di internet melalui website Kedutaan Besar Jepang di Indonesia untuk melamar beasiswa pendidikan di Jepang.

“Inilah yang takutnya ada perubahan. Harusnya kan sekarang udah buka, tapi karena pandemi, malah diundur. Katanya paling cepat buka bulan Juni,” ungkap Sella.

Berdasarkan pengumuman terkait pendaftaran beasiswa Monbukagakusho 2020 yang Tribun Akses di website https://www.id.emb-japan.go.jp/itprtop_id/index.html, panitia terpaksa menunda pendaftaran seleksi beasiswa MEXT yang harusnya setiap tahun dibuka sekitar pertengahan bulan April.

“Untuk tahun ini masih kami pertimbangkan waktu yang tepat untuk pendaftarannya."

"Kedutaan Besar Jepang akan menginformasikan kembali informasi pendaftaran beasiswa MEXT, paling cepat pada bulan Juni 2020 melalui website ini,” demikian bunyi pengumuman tersebut.

Meski hasil Surat Keterangan Hasil Ujian (SKHU) SMAN 3 Sintang nilai ujian sekolahnya rata-rata 82,36.

Nilainya di atas nilai ujian sekolah, namun dia mengaku takut jika persyaratan seleksi beasiswa berubah.

“Kemarin standar 80. Tapi takutnya persayaratan nampaknya diubah lagi, karena kemarin diambil dari rata-rata UN, nah sekarang UN terpaksa ditiadakan,” ungkapnya.

Sella tetap optimis melanjutkan pendidikan.

Sambil menunggu pandemi berlalu, dia mempersiapkan diri dan persyaratan lainnya supaya bisa memperoleh beasiswa ke negara yang diimpikannya. (*)

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkini