Ciri-ciri utama infeksi virus corona adalah demam, batuk kering, dan sesak napas.
Namun, ada pengidap yang tidak merasakan gejala tersebut. Mereka hanya pilek. Ada juga kasus yang parah membuat paru-paru pasien meradang dan terisi cairan.
Lantas, bagaimanakah virus yang sama bisa menghasilkan gejala yang berbeda-beda?
• KONDISI Italia Memilukan, Catat Kematian 837 Jiwa dalam Sehari Akibat Corona, Tertinggi di Dunia
Peran sistem daya tahan tubuh
Melansir Elemental, dari kasus virus corona di banyak negara, sejumlah ahli menyimpulkan sistem daya tahan tubuh memengaruhi infeksi pasien positif Covid-19.
Berkaca dari banyak kasus kematian infeksi virus corona, sebagian besar di antara penderita memiliki sistem daya tahan tubuh yang tak prima.
Profesor kedokteran dari Harvard Medical School, Mandeep Mehra, MD menjelaskan, begitu terinfeksi virus seperti corona, tubuh seseorang otomatis mengeluarkan imun bawaan.
Proses ini melibatkan protein bernama interferon, yang bertugas menghambat kemampuan virus berbiak dalam sel tubuh seseorang.
Interferon juga mengomando sel daya tahan tubuh lain untuk menyerang virus agar tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Idealnya, respons awal ini membuat tubuh bisa kembali mengendalikan infeksi. Tapi, perlu diingat virus juga memiliki pertahanan untuk melepaskan diri dari protein interferon.
Respons imun bawaan ini menimbulkan gejala sakit di tubuh Anda.
Demam misalkan, berguna untuk mengingatkan tubuh ada "serangan" virus dari luar. Sedangkan batuk dan diare, bertujuan mengeluarkan virus dari tubuh.
Gejala terinfeksi virus corona bisa berbeda-beda
Gejala virus corona bisa ringan atau tanpa gejala, demam, batuk, sesak napas, diare sampai radang paru-paru akut.
"Ada periode yang membuat virus dapat berkembang," jelas Mehra.