“Sekarang dibuat lagi. Polanya ndak pakai tiang (kayu), tapi terapun,” kata Ambresius Murjani kepada Tribun Pontianak, Minggu (8/2).
Jembatan apung, baru selesai dibuat.
Sengaja dibuat terapung, agar fleksibel ketika pasang surut air sungai.
Agar jembatan tetap terapung, puluhan drum plastik dirakit.
Menurut Murjani, jembatan darurat ini dibangun untuk memudahkan akses anak sekolah menyebrangi sungai menuju SMP 3 Sebadak yang letaknya di seberang sungai.
Sebelum ada jembatan, anak-anak yang akan pergi ke sekolah harus menyebrangi sungai menggunakan sampan mengarungu sungai selebar 120 meter ketika air pasang.
“Dulu anak sekolah perginya pakai sampai sebelum ada jembatan. Biasa pulangnya berenang,” ungkap Murjani.
Menyebrangi sungai ketungau dengan sampan bukan tanpa resiko.
Murjani menyebut, sampan yang ditumpangi pelajar pernah karam di sungai.
“Tahun lalu, sampan mereka karam, cuma mereka bisa berenang semua, karam waktu pergi sekolah, batal,” ujarnya.
Atas dasar kebutuhan dan keselamatan pelajar ini lah, warga kemudian berinisiatif membangun jembatan darurat.
“Kasian anak-anak sekolah, mereka harus menyebrangi sungai menuju sekolah yang ada di seberang kampong,” katanya.
Selain untuk memudahkan akses anak sekolah, jembatan itu menurut Murjani juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat di beberapa desa yang ada di Ketungau Hulu.
Menurutnya, jembatan tersebut dapat memangkas waktu tempuh.
“Jembatan itu bukan hanya dibuat untuk anak sekolah, karena kalau jembatan itu ada, kami yang biasa dari sintang, kalau ke hulu mangkas jarak, jadi lebih dekat,” ujar Murjani. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak