Ustadz Abdul Somad

Ustadz Abdul Somad Tak Mau Salat Istisqa (Solat Minta Hujan), Ternyata Ini Alasan UAS Sesungguhnya

Penulis: Nasaruddin
Editor: Nasaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salat Istisqo akhir-akhir ini banyak dilakukan di berbagai tempat, mulai dari kantor pemerintah hingga sekolah.

Solat dengan maksud meminta agar hujan segera turun ini dilaksanakan setelah polusi asap atau kabut asap terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Meski banyak yang melaksanakan, ternyata Ustadz Abdul Somad, dai asal Riau, tak pernah melaksanakannya.

Menurut UAS, sudah banyak yang mengajak dirinya untuk melaksanakan Istisqa.

Namun sampai saat ini belum pernah dirinya melaksanakan.

"Saya seumur-umur hidup tak pernah salat Istisqa. Tak pernah. Sekalipun tak pernah," kata UAS saat menyampaikan kajian di Masjid Raya Nur Ilahi, Tanjung Pinang.

Baca: Alasan Ustadz Abdul Somad Menolak Solat Istisqa (Minta Hujan), UAS: Bebuih Mulut Orang Minta, Ndak!

Baca: Ustadz Abdul Somad Mengaku Sudah Tonton Trailer Film The Santri, UAS Soroti Adegan Anak Yusuf Mansur

Ustadz Abdul Somad mengatakan, sampai berbuih mulut orang memintanya, dirinya tetap tidak mau.

Apa asalan Ustadz Abdul Somad tak mau ikut dalam Salat Istisqa? UAS menyampaikan alasannya di depan jemaah.

"Bebuih mulut orang minta saya salat Istisqa, ndak. Karena saya tahu ini bukan kebakaran, dibakar. Ini kejahatan. Mendoakan orang jahat kok didoakan," kata UAS. 

Dirinya menegaskan, mereka yang sudah membakar hutan dan lahan harusnya mendapat hukuman setimpal.

"Pembakar-pembakar ini musti digantung di Monas. Ditembak," kata UAS. 

Ustadz Abdul Somad kemudian melayangkan pertanyaan ke jemaah.

"Setujukah bapak ibu pengedar sabut ditembak mati?," kata UAS.

"Setuju," jawab jamaah.

Lalu ustadz abdul Somad kembali mengajukan pertanyaan.

"Mana yang lebih berbahaya, pengedar sabu-sabu apa pembakar hutan?," katanya.

"Pembakar hutan," kata jemaah, kompak.

"Nah itulah jawabannya," kata UAS. 

Kalau pengedar sabu-sabu, yang mati, yang sakaw hanya orang beli sabu-sabu. 

"Tapi yang membakar hutan, bayi-bayi kena ISPA. Tadi di berita masuk ke FB orang utan pun jadi korban. Ular sama anak, sama cucu ular mati. Bayangkan itu, Ini kejahatan luar biasa," katanya.

UAS menegaskan, pelaku pembakar lahan bukan perorangan.

Sebab dari dulu nenek moyang kita kalau mau nanam padi memang bakar hutan.

"Tapi kenapa tak ada berasap zaman dulu? Karena ini pembakarnya adalah corporate korporasi. orang orang yang memang jahatnya luar biasa," katanya.

"Tak bisa dilawan dengan Istisqa. Harus dilawan dengan penegakan hukum yang tegas," pungkasnya.

Korban Kabut Asap

Ustadz Abdul Somad termasuk satu di antara warga Indonesia yang menjadi korban kabut asap.

Bukan hanya harus menghirup udara yang berpolusi, kabut asap juga membuat Ustadz Abdul Somad batal mengisi kajian di Anambas, Kepulauan Riau.

Hal itu disampaikan UAS melalui akun Instagram resminya, Ustadz Abdul Somad Official.

Sembari mengunggah foto dirinya dengan latar belakang pesawat, Ustadz Abdul Somad menyampaikan bahwa batalnya terbang dari Batam ke Anambas, karena jarak pandang di Letung.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
.
.
Sahabat UAS
.
Batal terbang dari Batam ke Anambas, karena jarak pandang di Letung. Pelajaran, tahun depan bulan-bulan segini jadwal tausiyah yang bisa ditempuh sepeda motor aja. Tapi untuk lebih konkritnya, semoga para pembakar hutan ngasi jadwal pembakaran hutan.

Demikian tulis UAS menyertai foto yang diunggahnya.

Penjelasan mengenai hal ini juga disampaikan District Manager Lion Air Group Batam M Zaini Bire.

Menurut Bire, kondisi alam menjadi penyebab pesawat tak bisa berangkat.

"Kondisi alam. Jadi (karena) asap inim jarak pandang untuk penerbangan kita untuk landing dan take off cuma 1500. Jadi bukit dah tak keliatan lagi," kata Bire.

"Kita perlu 5000 meter (jarak pandang) untuk landing kesana. Tapi ini sampai tiga jam ke depan menurut BMKG itu nggak akan bisa berubah. Minta maaf banget ini Pak Ustadz," katanya.

Melansir Tribun Batam, penerbangan menuju Batam-Letung, Letung - Batam, memang masih terganggu sejak kemarin Selasa (17/9/2019) hingga Rabu (18/9/2019) siang.

Kabut asap dengan intensitas tinggi tersebut, menyebabkan pesawat gagal terbang.

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Tarempa, Dudi Juhadinata.

Saat tribunbatam.id mengonfirmasi melalui sambungan seluler, Dudi mengatakan, jarak pandang hanya mencapai 500 meter saja.

"Betul, kabut asap sekarang cukup tinggi, memungkinkan pesawat di Bandara Letung tidak bisa turun lagi sama dengan Bandara di Matak," ujar Dudi Juhadinata.

Kepala Stasiun BMKG Dudi Juhadinata menginfokan bahwa temperatur 27.6 RH 79, angin berhembus dari arah Tenggara, dengan kecepatan 5 Km/jam.

Saat ditanyai mengenai perkiraan hujan apakah akan turun dalam waktu dekat di Kepulauan Anambas, Dudi belum dapat memastikan, yang bisa memastikan bisa dikonfirmasi langsung di Stasiun BMKG Batam.

Tak hanya itu para penumpang yang telah menuju ke Letung, terpaksa menginap sampai pesawat dipastikan aman untuk terbang.

Berita Terkini