Wala antum 'abiduuna ma a'bud, Wala ana 'abidun ma 'abattum, Wala antum 'abiduuna ma a'bud, Lakum diinukum waliya diin (aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku)."
Menurut UAS, saat ini banyak yang tak bisa membedakan mana toleransi mana telor asin.
"Harus bisa dibedakan, jangan karena toleransi mengorbankan keyakinan, akidah anak-anak kita, nauzdubillah. Dan orang-orang yang pernah di pesantren pun, ketika menonton itu 'ini bukan anak pesantren' anak pesantren tak begitu," tutupnya.
5. Wakil Gubernur Jawa Barat
Tanggapan juga datang dari Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum.
Uu yang juga menjadi Panglima Santri Jawa Barat ini menyayangkan sekaligus keberatan terhadap cerita film tersebut.
"Saya melihat trailer film (The) Santri di youtube, saya merasa keberatan," kata Uu di Bandung, Selasa (17/9/2019) dikutip dari Tribun Jabar.
Uu menilai, sejumlah adegan dalam trailer film tersebut tak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya di pesantren.
Termasuk adegan kedekatan antara laki-laki dan perempuan.
"Santri tidak seperti di film itu, pacaran, begitu dekat antara laki dan perempuan,"
Lebih lanjut, Uu menilai sikap toleransi dalam film The Santri yang menurutnya kebablasan.
Orang nomor 2 di Jawa Barat tersebut khawatir apabila film tersebut dibiarkan, masyarakat awam akan memiliki penilaian yang berbeda tentang kehidupan santri.
"Saya takut, oh ternyata santri itu begitu. Sekalipun saya sebagai orang pesantren belum melaksanakan sebagai santri teladan, tetapi santri tidak seperti di film itu," katanya.
Uu juga khawatir jika nantinya orang-orang justru menjadikan film tersebut sebagai tuntunan.
Terlebih lagi, menurutnya santri yang merupakan calon ulama seharunya menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam.