Karena kita sudah lama bertetangga.
"Apalagi orang Tanjung Pinang. Seandainya orang Tanjung Pinang ini ekstrim, takkan ada orang Tionghoa di Tanjung Pinang," paparnya.
"Kita semuanya bisa menerima. Siapapun yang datang semua bertetangga berkawan, bersahabat," kata Ustadz Abdul Somad.
Tapi kalau sudah dalam masalah ibadah ritual tidak ada tawar-menawar, kata UAS seraya mengutip surat Al Ikhlas.
"Sekarang banyak yang tak bisa membedakan, kebablasan. Tidak bisa membedakan mana toleransi, mana telor asin. Harus bisa dibedakan. Jangan karena toleransi mengorbankan keyakinan, akidah, anak-anak kita. Naudzubillah
"Dan orang-orang yang pernah di pesantren pun, ketika menonton itu mengatakan ini bukan anak pesantren. Anak pesantren tak begitu," pungkas UAS.
Film The Santri menjadi film produksi PBNU dengan menggandeng sutradara yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan, Livi Zheng.
Film yang menceritakan tentang kehidupan para santri tersebut diperankan oleh Guz Azmi, Veve Zulfikar, Wirda Mansur dan Emil Dardak.
Meski belum diproduksi, rupanya trailer film The Santri sudah dilempar ke publik.
Sejak dipublish tanggal 9 September 2019 di kanal Youtube NU Channel, trailer film The Santri sudah dilihat 1,2 juta kali.
Sejak itu pula berbagai kritik pedas dan kontroversi muncul.
Kritik pedas misalnya disampaikan Ustaz Maaher At-Thuwailibi.
Melalui akun Instagramnya @ustadzmaaher.atthuwailibi, ia melayangkan kritikan pedas terhadap Wirda Mansur selaku pemeran dalam film tersebut.
Ustaz Maaher mengunggah sebuah kolase foto Wirda Mansur beserta sebuah tulisan berisikan kritikannya.
Ia mempertanyakan soal adegan dalam trailer tersebut apakah menjadi cerminan kehidupan santri.