Buka Seminar PISA, Mendikbud Tekankan Pentingnya Standar Internasional dalam Pendidikan di Indonesia

Penulis: Anggita Putri
Editor: Ishak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buka Seminar PISA, Mendikbud Tekankan Pentingnya Standar Internasional dalam Pendidikan di Indonesia

Buka Seminar PISA, Mendikbud Tekankan Pentingnya Standar Internasional dalam Pendidikan di Indonesia

JAKARTA - Sejalan dengan upaya percepatan pembangunan pendidikan Indonesia, dibutuhkan sebuah standar yang berlaku nasional.

Standar yang dikeluarkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan yang dipakai oleh berbagai negara.

Dalam rangka memberikan pemahaman kepada publik dan pemangku kebijakan mengenai pentingnya studi mengenai PISA, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) menyelenggarakan Seminar on PISA: Assessing 21st Century Skills.

“Saya berharap seminar ini bisa membawa manfaat yang banyak untuk para guru yang hadir agar memiliki pemahaman yang utuh tentang PISA karena di media massa terutama, selama ini kalau kita bicara tentang PISA di masyarakat, Indonesia berada di posisi paling bawah dibanding negara-negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam. Hal itu menebar perasaan pesimis terhadap masa depan pendidikan Indonesia,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat memberikan sambutan pada pembukaan Seminar PISA di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, pada Senin (8/5/2019).

Baca: Tutup OSN, Mendikbud Ajak Alumni Majukan Indonesia Melalui Sains

Baca: Sutarmidji Kritisi Sistem Zonasi Mendikbud

Diakui Mendikbud, hasil PISA yang diperoleh Indonesia memang masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun, hal ini diakibatkan oleh adanya disparitas antara Indonesia dengan negara lain tersebut sehingga harus ada perbedaan pendekatan yang diambil.

“Kualitas hasil dari tes PISA di antara negara-negara yang populasi siswanya yang kecil dibanding indonesia yang populasinya besar, yang paling kontras itu perbandingan dengan Singapura yang berada pada papan yang paling tinggi, sedangkan kita di papan yang hampir paling bawah. Orang indonesia yang awam hanya tahu itu saja. Mereka tidak tahu kalau Singapura jumlah siswanya tidak sampai 2 juta sementara kita punya 51 juta siswa. Ini yang diambil adalah sampel. Singapura merupakan negara yang bentuknya hanya kota saja sedangkan Indonesia merupakan negara kepulauan yang luar biasa, dimana disparitasnya juga luar biasa baik secara spasial maupun struktural. Spasial itu artinya karena wilayah, struktural karena kebijakan. Pemerintah juga hanya bisa melakukan intervensi pada batas-batas yang sangat tidak memungkinkan untuk meliputi ke semua yang ada,” jelas Mendikbud.

Dilanjutkan Mendikbud, pendidikan Indonesia harus memiliki standar dan salah satu standar yang diharapkan adalah standar internasional. Oleh karena itu, jika Indonesia ingin menetapkan strategi internasional tidak mungkin tanpa memutuskan lembaga mana yang akan dijadikan mitra sebagai patokan.

Baca: Sutarmidji Lawan Kebijakan Mendikbud Masalah Penerimaan Murid dan Sekolah Unggulan

Baca: Mendikbud Tambah Kuota Jalur Prestasi, Hari Ini Mulai Penerimaan Siswa Baru

“Kita sudah memutuskan bahwa PISA kita anggap cukup kredibel karena telah mendapat pengakuan yang sangat luas di dunia, maka kita menggunakan PISA untuk standarisasi internasional kita. Ujian Nasional kedepannya menggunakan standar internasional yaitu standar PISA. Kita bisa saja mengabaikan standar internasional tetapi nanti kita tidak tahu posisi kita dalam masyarakat internasional. Itulah manfaat dari kita bermitra dengan lembaga internasional yaitu untuk membangun indonesia kedepan,” tutur Mendikbud.

Sementara itu, salah seorang pembicara dalam seminar ini sekaligus Direktur Pendidikan OECD, Andreas Schleicher, dalam paparannya mengatakan bahwa PISA lebih memperhatikan aspek kognitif serta keterampilan sosio-emosional apa yang dibutuhkan kaum muda untuk menjadi sukses.

“Alasan mengapa semakin banyak negara tertarik adalah untuk mengambil bagian dalam PISA yaitu tentang apa yang seharusnya kita ajarkan dan bagaimana kita dapat mengajarkannya dengan cara terbaik,” ujar Andreas.

Dijelaskan Andreas, PISA telah melihat lebih dari sekedar perubahan keanggotaan dalam beberapa tahun terakhir. “Tes ini juga telah berkembang untuk mengukur serangkaian keterampilan dan kompetensi yang lebih luas di luar standar literasi, matematika, dan sains. Tidak lupa juga ketika membuat kurikulum harus berorientasi kepada pelajar dan apa yang mereka butuhkan,” terangnya.

Baca: Kemendikbud Dorong Hasil UN Jadi Landasan Perbaikan Pembelajaran

Baca: Kemendikbud Dorong Hasil UN Jadi Landasan Perbaikan Pembelajaran

Usai membuka seminar, dalam pernyataannya kepada awak media, Mendikbud mengatakan bahwa sekarang dalam sistem pendidikan di Indonesia sudah mulai dikenalkan standar PISA. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pertanyaan yang bersifat High Order Thinking Skills (HOTS). Selain itu, Mendikbud juga menyampaikan yaitu akan ada tes yang berkaitan dengan karakter atau disebut dengan social skill.

“OECD menyampaikan apresiasi, program pendidikan karakter yang kita selenggarakan dan sekarang menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan oleh mereka untuk nanti masuk ke dalam bagian dari tes PISA,” tutur Mendikbud.

Mengenai hasil tes PISA terdahulu dimana Indonesia masuk dalam papan bawah, Mendikbud menjelaskan bahwa hasil tes tersebut ditunjukkan pada tahun 2015 sedangkan PISA yang akan datang, belum diketahui hasilnya.

Halaman
12

Berita Terkini