Ustadz Abdul Somad dalam ceramahnya dalam program Jelang Berbuka di TVOne menceritakan kisah dahsyatnya doa orang yang teraniaya.
Suatu hari, ada seorang nelayan, anaknya dalam keadaan lapar, menangis meneteskan air mata karena tidak makan.
Nelayan itu kemudian mengambil jaring dan pergi ke tengah laut.
"Dia lalu pasang jaring. Alhamdulillah usahanya dikabulkan Allah SWT. Senang hati melihat seekor ikan besar. Lalu nelayan itu membawa ikan pulang," cerita Ustadz Abdul Somad.
Saat di perjalanan, terbayang anaknya akan menyuap ikan yang segar.
Hilang letih, hilang lelah, tetes peluh keringat dan air mata karena nanti anak akan makan nyaman.
Perut akan kenyang, anak akan tidur. Hilang lelah melihat senyum anak tertidur pulas.
Tapi itu ternyata hanya mimpi belaka. Apa yang dibayangkan nelayan itu sirna di tengah perjalanan.
"Karena di tengah perjalanan saat dia menenteng ikan, ada seorang raja, penguasa yang ternyata suka melihat ikan ini," kata Ustadz Abdul Somad.
Raja itu langsung memerintahkan ke pengawal untuk mengambil ikan yang dibawa sang nelayan.
"Owh tuan raja, ini untuk anakku yang sedang lapar," kata nelayan.
Ternyata orang-orang yang punya kuasa ini merasa nikmat saat merampas ikan itu dari orang yang lemah.
"Nampak kezolimannya. Menunjukkan kuasa terhadap orang yang hina. Ternyata ada kenikmatan tersendiri bagi mereka," kata UAS.
Raja tetap memerintahkan untuk mengambil ikan milik nelayan.
Sang nelayan tak mampu membayangkan ketika pulang ke rumah, anaknya dalam keadaan lapar, menangis meratap.
Tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi.
Ikan milik nelayan kemudian diberikan ke istri raja.
Ratu senang melihat ikan besar. Ikan menggelepar, takdir berkata taring ikan mengena ke ujung jari raja,.
Kemudian ikan itu menggelepar dan menggigit jari raja.
Tiba-tiba raja merasakan sakit yang luar biasa.
Dipanggillah tabib, dokter, untuk melihat apa yang terjadi.
Ternyata racun dari ikan sudah masuk ke darah dan sudah mulai terasa.
Lama kesembuhan tak juga tiba.
"Bagaimana ini tabib, bagaimana ini dokter," kata Ustadz menirukan ucapan sang raja.
"Nampaknya jari tangan tuan raja harus diamputasi," kata sang dokter.
Akhirnya jari harus hilang karena tak ada jalan lain.
Setelah jari putus, ternyata nyerinya tidak juga hilang. Akhirnya dipotong sampai ke pergelangan.
Setelah dipotong, rasa sakit itu masih tetap tidak hilang. Kemudian dipotong lagi sampai ke siku.
"Apa boleh buat. Itu satu-satunya solusi," katanya.
Akhirnya rasa nyeri itu hilang. Namun perasaan gundah gulana tetap ada.
Raja masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Hingga akhirnya dipanggil lah ahli hikmah.
Raja kemudian menceritakan kisah ikan yang diambilnya dari nelayan.
Ahli hikmah itu mengatakan, ada orang yang teraniaya, hatinya tersinggung.
Akhirnya nelayan itu dipanggil ke istana.
Lalu kemudian ditanyakan kepadanya, apakah sudi memaafkan raja dan berdamai.
Nelayan itu dengan lapang hati memaafkan.
Begitu rupanya mereka yang susah.
Tidak sulit bagi mereka untuk membukakan pintu maaf kepada orang-orang yang punya kuasa.
"Aku sudah lama melupakan hal ini tuan raja," kata UAS.
Setelah itu Raja bertanya kepada nelayan itu, "Apa yang sebenarnya yang engkau doakan. Apa sebenarnya yang engkau katakan, apa sebenarnya munajat yang kau panjatkan kepada Allah SWT?"
Nelayan itu menjawab, dirinya mengatakan "Ya Allah, Raja sudah menunjukkan kuasanya, maka tunjukkanlah kuasa-MU," tutur UAS.
Bergetar hati raja. Ternyata dia tidak mengadu kepada penguasa. Tidak meminta kepada manusia.
Dia tidak berharap kepada hamba. Tapi dia mengadu kepada pemilik hamba.
Begitulah Allah membalas.
"Hati-hati. Waspada terhadap doa orang yang teraniaya," pungkas Ustadz Abdul Somad.