Usai "Setan Gundul", Andi Arief Minta Kader Demokrat Tak Reaksioner Terhadap Sikap Para Sumbu Pendek
Politisi Demokrat Andi Arief mengimbau seluruh kader Demokrat untuk tetap tenang dan tidak reaksioner terhadap sikap para "sumbu pendek" dari partai tertentu.
Hal ini disampaikan melalui cuitan akun Twitter resminya @AndiArief__ pada Kamis (09/05/2019).
"Kepada seluruh kader Demokrat untuk tetap tenang dan tidak reaksioner terhadap sikap para "sumbu pendek" dari partai tertentu," imbaunya.
Andi Arief menimpali partai Demokrat selalu memilih jalan yang benar. Menurut dia karena benar maka tantangannya banyak
Baca: Ketika Mahfud MD & Andi Arief Berjumpa di Singapura, Di Dunia Nyata, Kami Tetap Sahabat
Baca: Andi Arief Cuit Soal Setan Gundul, Benny K Harman Malah Bilang Monster Demokrasi, Genderuwo & Benalu
"Partai kita selalu memilih jalan yang benar. Karena benar itu maka tantangannya banyak. Hadapi dengan akal sehat," cuit Andi Arief.
Pada cuitan sebelumnya Jumat (03/05/2019) lalu, Andi Arief pernah mempersilakan pihak-pihak tertentu menuduh Partai Demokrat abu-abu karena pilihan jalan tengan pasca Pilpres 2014.
Menurut dia, semakin keras tuduhan maka semakin membuktikan sikap dan pilihan itu adalah benar.
"Silahkan menuduh Partai Demokrat abu-abu karena pilihan jalan tengah paska pilpres 2014. Semakin keras tuduhan semakin membuktikan sikap dan pilihan itu kami anggap benar," tulis Andi Arief.
"Dalam jangka pendek Demokrat terkena ekses elektoral, jangka panjang kami yakin Demokrat adalah solusi," timpal dia.
Bikin Cuit Kontroversial Soal Setan Gundul
Sebelumnya, Politisi Demokrat Andi Arief kembali mengeluarkan cuitan kontroversial melalui akun Twitter miliknya @AndiArief__.
Andi Arief menuding dalam Koalisi Adil Makmur yang merupakan pengusung Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno muncul elemen "setan gundul" yang tidak rasional.
Setan gundul itu muncul dalam perjalanan Koalisi Adil Makmur yang terdiri dari Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Berkarya dan rakyat .
Elemen "setan gundul" itu, kata Andi Arief, mendominasi dan celakanya Prabowo mensubordinasikan dirinya.
Andi Arief menimpali setan gundul itu memasok kesesatan Prabowo-Sandiaga Uno menang 62 persen usai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Sampai saat ini belum diketahui siapa sosok yang diinterpretasikan dan diibaratkan Andi Arief sebagai "setan gundul" tersebut.
Berikut cuitan lengkap Andi Arief :
"Dalam koalisi adil makmur ada Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya, dan rakyat. Dalam perjalanannya muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan Gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen," cuit Andi Arief.
Cuitan kontroversial Andi Arief langsung memantik komentar dari Benny K Harman.
Politikus asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu bahkan malah menyebut sosok itu bukan sebagai "setan gundul".
Benny K Harman menyebut pengibaratan lain soal sosok itu.
"Bukan setan gundul tapi monster demokrasi atau genderuwo, tangan-tangan kotor yang tidak kelihatan yang menjadi benalu demokrasi. Namanya benalu yah lama-lama makan tuannya sendiri!," cuit Benny K Harman.
Pada cuitan lainnya, Andi Arief mengatakan dampak besar gara-gara ulah "setan gundul" yang memberi info sesat bahwa 02 menang 62 persen. Akibatnya, gerakan rakyat itu hancur lebur.
"Gerakan rakyat itu hancur lebur karena setan gundul memberi info sesat 02 menang 62 persen. Tidak ada people power berbasis hoak," tulis Andi Arief, Senin (6/5/2019).
Pada postingan selanjutnya, Andi Arief menegaskan tidak mungkin akan timbul people power. Hal itu beracuan dari sejarah.
"Hoak bisa menghasilkan kemarahan dan amuk. Tapi tak mungkin timbulkan people power, setidaknya sejarah menunjukkan itu," tulis Andi Arief.
Tiga Kali Prabowo Klaim Menang 62 Persen
Dikutip dari Kompas.com, Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengklaim memenangi Pemilihan Presiden 2019 sebanyak tiga kali setelah pemungutan suara, Rabu (17/4/2019).
Prabowo mengatakan, ia dan cawapresnya, Sandiaga Uno, memenangi Pilpres 2019 dengan perolehan 62 persen.
Ia mengklaim, angka ini berasal dari penghitungan real count yang dilakukan tim suksesnya.
Klaim Prabowo ini berbanding terbalik dengan hasil hitung cepat yang dipublikasikan sejumlah lembaga survei.
Berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga, Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara di kisaran 54-55 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 44-45 persen.
Angka 62 persen yang diklaim Prabowo disebut berasal dari 320.000 tempat pemungutan suara (TPS).
Artinya, 40 persen dari jumlah seluruh TPS di Indonesia. Penghitungan real count dengan data hingga 40 persen tersebut dinilai mustahil untuk dicapai dalam waktu satu hari.
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto tiba di kediaman Kertanegara untuk mendeklarasikan kemenangannya pada Pilpres 2019 di Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). Prabowo kembali mendekalarasikan kemenangannya versi real count internal BPN sebesar 62 persen.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Setelah klaim ini, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf dan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) menantang BPN Prabowo-Sandiaga untuk membuka data penghitungan internal mereka.
Rahasiakan lokasi penghitungan suara BPN
Menjawab tantangan untuk membuka data, juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, mengatakan, pihaknya memusatkan penghitungan real count di Kantor DPP Gerindra, Jakarta.
Menurut Andre, saat ini BPN masih mengumpulkan formulir C1 di seluruh Indonesia.
"C1 kami dikumpulkan dari seluruh Indonesia di DPP Partai Gerindra. Kami yang kerja banyaklah," kata Andre, Senin (22/4/2019).
Keesokan harinya, Selasa (23/4/2019), Kompas.com mencoba meliput kegiatan penghitungan real count oleh BPN.
Ketika masuk ke dalam gedung DPP Gerindra, petugas penerima tamu menyebutkan bahwa di DPP Gerindra tidak ada sama sekali kegiatan penghitungan real count Prabowo-Sandiaga.
"Justru di Kertanegara. Di sini sama sekali enggak ada kegiatan. Semua diserahkan di sana. Semua dikawal di sana. Pak Andre Rosiade jarang banget ke sini," ujar petugas tersebut, Selasa.
Dia menambahkan, di DPP Gerindra tidak pernah ada kegiatan yang menyangkut real count seusai Pemilu 2019.
"Enggak ada kegiatan real count di sini. Mas bisa lihat sendiri kan, situasinya sepi. Relawan-relawan juga di Kertanegera. Ada juga yang ke sini, tapi kami arahkan ke sana," kata dia.
Lokasi penghitungan suara versi BPN Prabowo-Sandiaga pun menjadi "misteri". Pada malam harinya, Andre kembali mengatakan bahwa lokasi penghitungan suara memang sudah dipindah.
"Memang pertama awalnya kami kumpulin di DPP, tapi melihat kondisinya enggak kondusif dipindahin," kata Andre.
Namun, dia memastikan penghitungan real count internal terus dilakukan. Hanya, penghitungan suara itu sengaja dilakukan di lokasi yang menurutnya tak gampang diakses.
"Real count terus dilakukan oleh DPP Partai Gerindra dan BPN. Mengenai lokasi tentu kami tempatkan di lokasi yang aman dan tidak gampang diakses pihak yang tidak berkepentingan," kata Andre.
Andre beralasan, ada dokumen penting seperti C1 yang harus dijaga.
"Apalagi C1 dari seluruh wilayah Indonesia terus berdatangan dikirim oleh DPD Gerindra se-Indonesia dan relawan-relawan pendukung Pak Prabowo. Logikanya mana mungkin petugas penerima tamu tahu mengenai hal ini," kata anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra ini.
Kecurigaan TKN
TKN Jokowi-Ma'ruf menyindir sikap BPN. TKN sendiri melakukan penghitungan suara internal yang lokasinya dipusatkan di Hotel Gran Melia.
Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, menyayangkan BPN yang tidak mau transparan dengan hasil penghitungan mereka.
Padahal, Prabowo sudah mendeklarasikan kemenangan berkali-kali.
"Justru di situlah bentuk inkonsistensi mereka. Selain penjelasan ke publik selalu berbeda-beda tentang klaim perolehan kemenangan pasangan Prabowo-Sandi, mereka sangat tertutup dalam hal rekapitulasi suara versi mereka," ujar Ace.
Menurut Ace, sikap tertutup ini membuat klaim kemenangan tampak begitu sepihak.
Ace membandingkan dengan sikap TKN Jokowi-Ma'ruf yang yakin pasangan calon nomor urut 01 menang dalam Pilpres 2019.
Keyakinan itu diperkuat dengan membuka lokasi penghitungan suara internal TKN.
"Mereka tidak terbuka untuk menunjukkan bukti-bukti pengawalan C1 yang selalu mereka sampaikan. Jika benar mereka memiliki war room seperti kami, tunjukkan dengan buktinya," kata Ace.
Sementara itu, Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong, curiga BPN Prabowo-Sandiaga sebenarnya juga tidak melakukan real count itu.
"Saya kira tidak perlu ditutup-tutupi. Kalau benar terjadi dan ada, ya buka saja. Kalau tidak mau membuka, kami khawatir ternyata memang tidak ada atau kalau ada, metodenya asal-asalan," ujar Usman. (*)
Infografik: Hasil Hitung Cepat 5 Lembaga Survei Pemilihan Presiden 2019 (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)
Lebih dekat dengan kami, follow akun Instagram (IG) Tribun Pontianak :