Dokter mengatakan jika saja benjolan tersebut tidak hilang, Candice bisa saja kehilangan suaranya dan kemungkinan akan meninggal dalam satu tahun.
Sebelum beralih ke buah-buahan, Candice memang sempat menjalani pengobatan radioaktif di rumah sakit untuk membersihkan sisa kanker.
Tetapi dia ngeri ketika terungkap bahwa kanker telah menyebar ke hati dan bagian belakang lehernya, dengan ada sel-sel pra-kanker juga di paru-parunya.
Candice pun meneliti melalui internet untuk mencari cara lain agar kankeryang diidapnya hilang tanpa harus kemoterapi. Akhirnya ia mengonsumsi buah nanas yang kaya enzim bromelain.
Melansir NCBI, bromelain merupakan enzim proteolitik yang terdapat di dalam nanas dan memiliki sifat terapeutik.
Bromelain juga bertindak sebagai imunomodulator, anti-metastasis, anti edematosa, anti-trombotik, dan anti-inflamasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa bromelain dapat dijadikan kandidat yang menjanjikan untuk pengembangan strategi terapi antikanker di masa depan.
Meskipun banyak penelitian telah dilakukan mengenai bromelain, ada ulasan terbatas tentang aktivitas antikanker lengkap dari enzim ini.
Fokus dari tinjauan saat ini adalah bukti untuk efek antikanker yang melibatkan penekanan langsung sel-sel kanker, serta mengevaluasi aktivitas anti-inflamasi dan modulasi fungsi sistem kekebalan tubuh.
Mark Simon, direktur Nutritional Oncology Research Institute di California yang telah membantu Candice, telah melihat hasil tesnya.
"Pada titik ini, kita dapat mengatakan ada NED (No Evidence of Disease atau tidak ada bukti penyakit) pada Candice," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan gaya hidup memiliki peran besar dalam penyembuhan kanker.
“Diet memainkan peran utama bersama dengan olahraga teratur, sikap positif, dan bahkan kerohanian."
"Buah-buahan seperti nanas mengandung campuran enzim proteolitik seperti bromelain yang diketahui memiliki aktivitas anti kanker.
Sains tidak memberikan semua jawaban dan kita tetap terbuka untuk kekuatan di luar pemahaman dan pemahaman kita," katanya.