Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, TRIBUN - Anak dengan tinggi badan yang kurang atau stunting menjadi satu di antara isu strategis nasional dalam bidang kesehatan. Tak hanya peran tenaga kesehatan seperti bidan, lintas sektoral organisasi pun sangat mendukung dalam menekan angka stunting yang ada di Kota Pontianak.
Hal ini mengemuka dalam seminar gizi dan kesehatan yang diadakan oleh Persatuan Ahli Gizi dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak di Aula Hotel Kapuas Palace Pontianak, Jalan Budi Karya Ponianak, Kamis (21/2).
Seminar dalan rangka Hari Gizi Nasional Ke 59 ini menghadirkan pembicara dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Direktur Gizi Masyarakat, Ir Dody Izwardy MA. Selain itu hadir pula Konsultan ASI, dr Ndung Sri Durjati MSc.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pontianak, Multi Juto Bhatarendro mewakili Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono yang membuka seminar tersebut.
Baca: Lantunan Salawat Guz Azmi Bikin Merinding, Ribuan Jemaah Padati Depan Alun Kapuas Pontianak
Baca: Pemprov Kalbar Tegaskan Ria Norsan Lakukan Prosedur Sesuai Aturan Sebelum Kampanye
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi para masyarakat, tokoh masyarakat, kader kesehatan tentang pemenuhan gizi yang satu di antaranya mengenai stunting dan kaitannya dengan peran masyarakat dalam mencegah stunting.
"Perlu diketahui bersama, bahwa stunting ini apabila hanya diserahkan pada sektor kesehatan saja maka tidak akan banyak mengalami kemajuan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Sidiq Handanu.
Ia menyebutkan sektor kesehatan hanya mampu menurunkan atau memberikan intervensi sebesar 30 persen saja, sedangkan 70 persen lainnya dari sektor lain seperti organisasi pendamping pemkot.
Menurutnya terkait dengan gizi, maka sangat diperlukan peran lintas sektor dan organisasi sosial maupun organisasi pemerintah untuk melakukan intervensi.
Saat ini berdasarkan data yang ada, Handanu sampaikan Kota Pontianak masih menjadi yang terbaik dalam menekan angka stunting, khususnya di Kalimantan Barat.
"Stunting ini kita klasifisikan menjadi dua, untuk stunting di bawah dua tahun sudah mencapai angka standar dengan kisaran 19 persen," ucap Handanu.
Dengam angka demikian, menunjukan bahwa pelayanan kesehatan pada anak remaja, ibu hamil sampai ibu menyusui ada prestasi yang baik.
Tapi persoalannya yang ada saat ini disampaikannya ketika menginjak usia 2-5 tahun anak sudah dikenalkan dengan makanan dewasa, angka stunting di Pontianak berada di 28 persen.
"Data itu membuktikan bahwa ketika anak itu diberikan makanan, maka mungkin ada persoalan prilaku keluarga yang belum bisa memberikan makanan yang sesuai gizi yang dibutuhkan," tambahnya.
Faktor kedua adalah, lanjutnya adalah ketika anak di atas dua tahun masyarakat tidak lagi membawa anaknya di posyandu. Mereka merasa imunisainya sudah cukup dan tidak lagi membawanya, padahal dijelaskan Kadis Kesehatan Pontianak, seharusnya anak sampai usia 5 tahun setiap bulan harus dipantau berat dan tinggi badannya.
Handanu menegaskan, stunting tidak terjadi begitu saja. Melainkan, perlu diperhatikan sejak ibu hamil. Selain mencegah stunting, bidan dibutuhkan untuk permasalahan kesehatan lainnya seperti untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, gizi buruk, dan lainnya.
“Bidan, perawat, dan dokter, berada dalam satu level bekerja sama untuk keselamatan pasien,” ujar Handanu.