Sejarah Berdirinya Vihara Bhodisatva Karaniya Metta, Kelenteng Tiga Dewa Dewi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketua Pengurus Yayasan Vihara Bhodisatva Karaniya Metta, Nyonya Mariana (Can Heng Ngo) menceritakan sejarah lengkap renovasi keempat Vihara Bhodisatva Karaniya Metta (Kelenteng Tiga Dewa Dewi) di Jl Sultan Muhammad, Pontianak, Senin (4/2/2019) pagi.
Menurut catatan sejarah kata dia, sejak tahun 1673, pot sembahyang "Langit Bumi" tempat gaharu sudah ada di Pontianak, Kalimantan Barat, dan tahun 1978 Lonceng Kam Tian Tai Tie (Tua Pek Kong) juga sudah ada di Pontianak.
Kelenteng Tiga Dewa Dewi (Sa Sin Keng) didirikan tahun 1906. "Sebelum Kelenteng Tiga Dewa Dewi dibangun, Kelenteng Dewi Samudera (Macou) dan Kelenteng Putera Naga (Tai Ce Ya) masih berada di Jalan Teng Seng Hie dan Kam Tian Tai Tie (Tua Pek Kong) berada di Parit Pekong," tuturnya.
Baca: TERPOPULER- Reaksi 94 dan 95 Liner BTS di GDA 2019, SNMPTN 2019, Hingga Kisah 24 Pelajar Bengkayang
Baca: VIDEO: Mengusung Tema Anniversary Flafours, Hotel Golden Tulip Pontianak Sajikan Menu Spesial
Baca: Warganet Keluhkan Situs SNMPTN Tak Bisa Diakses, LTMPT Sebut Sudah Diperbaiki
Kemudian tahun 1983 baru berbentuk yayasan dengan nama "Vihara Bodhisatva Karaniya Metta".
Tahun 1990 Vihara ini pertama kali direnovasi oleh Yayasan Bakti Suci dibawah pimpinan Ang Cui Bu (Abu Hasan). "Semula masih berlantai papan diganti lantai keramik dan dinding yang masih berbahan kayu diganti semen dengan ukiran timbul (relief)," tutur Mariana.
Kemudian tahun 1992 direnovasi lagi oleh nyonya Mariana (Cang Heng Ngo) sampai selesai.
Pada tanggal 24 September 2012, di bawah pimpinan nyonya Mariana, Vihara Bhodisatva Karaniya Metta melakukan renovasi yang keempat.
"Renovasi keempat didukung juga oleh Ir. Tio Cun Meng, Lian Kuang Seng, Kwee Lai Hok, Kow Tek Kwe, Lie Kwe Kiat, Lie Kin Phin (Jakarta), The Tong Lie/Toni (Jakarta), Hiu Tian Nyan (Jakarta) dan segala pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu," papar Mariana.
Melalui renovasi kali ini kata dia, bangunan Vihara memiliki struktur yang baru dengan konsep Keempat Penjuru Langit dan Bumi Abadi Selamanya, Kelenteng dibelakang lebih tinggi dari Kelenteng di depannya.
"Pertama diatas Sumur Naga dan Sumur Harimau yang terletak di kedua sisi Kelenteng ini dibuat Atap Langit (atap terbuka yang terletak diatas Sumur Naga dan Sumur Harimau), sehingga sinar matahari yang masuk melalui Atap Langit dapat menyinari bagian dalam Kelenteng dengan pencahayaan alami," tutur Mariana.
Kedua lanjutnya, bangunan bagian belakang kelenteng Tiga Dewa Dewi ditinggikan, sehingga dari samping terlihat bagian belakang lebih tinggi dari bagian depan.
Sejarah Tiga Dewa Dewi berada di Kalbar hingga sekarang telah melewati perjalanan waktu lebih dari 340 tahun. Sejarah ini turut berkembang seiring dengan perjalanan leluhur yang datang dari Tiongkok ke Kalbar, tanah yang begitu indah dan permai.
"Begitu banyak masyarakat Tionghoa Kalbar yang berjuang mati-matian demi keberlangsungan Kelenteng kuno ini, dengan harapan dapat terus diwariskan turun temurun generasi demi generasi," ungkap Mariana.
Melalui renovasi demi renovasi, Kelenteng Tiga Dewa Dewi ini menjadi semakin indah dan megah.
"Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada para donatur dan pendukung yang telah berjasa dalam mengembangan Kelenteng Tiga Dewa Dewi ini," tandasnya.