Ustadz Abdul Somad Spontan Angkat Sepatunya saat Tausyiah di Markas Persib Bandung! Ini yang Terjadi

Penulis: Marlen Sitinjak
Editor: Marlen Sitinjak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Abdul Somad spontan buka sepatunya untuk buktikan ia cinta produk dalam negeri.

Ustadz Abdul Somad Spontan Angkat Sepatunya saat Tausyiah di Markas Persib Bandung! Ini yang Terjadi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Pendakwah Ustaz Abdul Somad menyampaikan tausyiah yang sangat inspiratif dalam Tabligh Akbar, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung, Sabtu (26/01/2019) malam WIB.

Belasan ribu hingga puluhan ribu umat memenuhi markas Persib Bandung tersebut.

Mereka sangat antusias mengikuti Tabligh Akbar yang mengangkat tema 'Cinta Islam, Cinta NKRI, Cinta Ukhuwah'.

Baca: Link LIVE STREAMING Ceramah Ustadz Abdul Somad Tabligh Akbar di GBLA Markas Persib Bandung

Baca: MAUT Tali Layangan, Bocah SD Tewas Saat Tolong Adiknya hingga Niat Baik Agustami Berujung Kematian

Baca: Prediksi Atletico Madrid Vs Juventus Babak 16 Besar Liga Champion: Head to Head dan Fakta Menarik

Dalam tausyiahnya Ustaz Abdul Somad menyerukan sebuah pertobatan dan bagaimana cara hidup setelah tobat. 

Pertobatan yang dimaksudkan sang penceramah adalah meninggalkan hal-hal negatif dan memulai hidup baru dengan semangat berlipat.

"Jangan sampai setelah tobat lalu meninggalkan bisnisnya. Jangan! bangkitkan semangat, terus. Yang bisnis konveksi terus. Yang bisnis baju, jaket, topi terus," seru Ustaz Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad juga mengajak umat untuk mencintai produk dalam negeri. 

Ia pun mencontohkan dirinya yang cinta dan konsisten mengenakan produk dalam negeri.

Ustaz bahkan sampai membuka sepatu yang ia kenakan.

Mengangkatnya hingga sejajar dada untuk memperlihatkan tulisan di dalam sepatunya.

"Engkau kaya bukan dari bajumu yang impor, tapi pakailah poduksi dalam negeri. Cinta produk dalam negeri, itu Abdul Somad pandai ceramah saja, jangan-jangan yang ia pakai buatan luar negeri. Oke, kalau begitu kita buka sekarang," kata Ustaz Abdul Somad sambil mengangkat sepatu sebelah kanan dan membaca tulisan di dalamya. 

"Bunut, di mana Bunut itu Pak Ustaz, dekat Medan sana. Kenapa Ustaz tidak pakai Cibaduyut, sudah banyak yang mengiklankan," kata  Ustaz Abdul Somad. 

Bunut merupakan satu daerah di Kisaran Barat, Asahan, Medan Sumatera Utara (Sumut).

Baca: Ustadz Abdul Somad Terpukau Karantina Tahfiz Alquran, Ini Pesannya untuk Wujudkan 1 Rumah 1 Hafiz

Baca: Ustadz Abdul Somad Menangis di Perjalanan Menuju Gua Hira, Salahkah Kami Menapaki Tapak Kakinya?

Baca: Bacaan Niat Solat Duha, Keutamaan dan Tata Cara Salat Duha: Ustadz Abdul Somad Sampaikan Waktu Dhuha

Menurut Ustaz Abdul Somad, memakai produk dalam negeri dengan serta merta akan membangkitkan ekonomi umat.

Tabligh Akbar bertajuk 'Cinta Islam, Cinta NKRI, Cinta Ukhuwah' ini dihadiri sejumlah artis Ibu Kota.

Di antaranya Teuku Wisnu, Arie Untung, Dimas Seto, dan masih banyak lagi.

Selain itu, Wali Kota Bandung Oded M Danial. 

(Video Tausyah Ustaz Abdul Somad di Stadion GBLA Bandung Klik Di Sini.)

Dilansir dari Tribun Jabar, acara ini diinisiasi gerakan Muslim Movement Indonesia.

Sekitar 1.500 panitia gabungan, yang berasal dari berbagai anggota gerakan dakwah, majelis taklim, serta organisasi Islam se-Bandung Raya sudah melakukan berbagai persiapan sejak, Jumat kemarin.

Dalam persiapan Tabligh Akbar di stadion berdaya tampung 38.000 kursi tersebut, panitia memasang tenda panggung utama berukuran sekitar 10 x 8 meter.

Tenda dilengkapi dengan backdrop, sound system, serta beberapa lampu sorot yang terpasang di bagian atas panggung.'

Menangis di Tengah Perjalanan Menuju Gua Hira

Awal 2019 ini Ustadz Abdul Somad melakukan ibadah Umroh ke Tanah Suci.

Ustadz Abdul Somad menangis saat berbicara di tengah-tengah jemaah Umroh yang sedang menuju Gua Hira tempat Rasulullah SAW menerima wahyu.

"Hari ini kita tak pernah merencanakan bahwa akan bersama di tanah suci Makkah. Datang dari berbagai latar belakang, yang menyatukan kita satu ikatan La Ila ha Illa Allah Muhammad Rasulullah," kata Ustadz Abdul Somad.

Dari atas Jabal Nur, tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, kita dapat menyaksikan kota Makkah al Mukarromah.

"Betapa kecilnya kita di hadapan kuasa Allah SWT. Kita tak ada apa-apanya," kata Ustadz Somad.

Sekali-sekali kita perlu naik ke atas melihat ke bawah. 

"Pemetaan. Dimana kita berada akan kemana kita pergi, apa yang sudah kita siapkan," katanya.

Kebersamaan ini tak lama. Hanya sekadar malaikat maut datang mencabut nyawa.

Kalau sempat kita beramal soleh beribadah, bersama di sini, bersama karna Allah.

"Bukan karena politik, bukan karena ormas bukan karena dunia bukan karena kepentingan dan setelah inipun kita akan pergi ke tempat yang lebih kekal dan abadi," katanya.

Sekarang ini panas terik. Tak lama lagi azan Zuhur berkumandang dari tanah suci Makkah al Mukarromah.

"Tapi ada yang mendapatkan naungan nanti. Saat itu tak ada naungan kecuali naungan singgasana Allah," ujarnya.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan, mereka yang naik ke atas ini bukan karena batu-batu yang keras dan tajam.

"Kami datang ke atas ini karena dia (Rasulullah SAW) yang pernah sampai ke atas. Apa yang kami cari ke atas ini, tidak ada," katanya.

Hanya ingin sekadar merasakan apa yang dulu dia rasakan. Hanya ingin sekadar merasakan bagaimana detak jantungnya. 

Bagaimana hembusan nafasnya, bagaimana goyah kakinya, bagaimana ayunan tangannya, 1440 tahun yang lalu.

Lebih dari pada itu, bagaimana kira-kira perasaannya saat itu. Saat dia dicaci maki, disumpah serapah.

Saat dia dibenci, tidak disukai.

Rasa itu yang tidak dapat diungkapkan dari hanya sekadar membaca buku. 

Rasa itu yang tidak mungkin dirasakan orang yang hanya melihat gambar. 

"Itu sebenarnya yang ingin kami cari. Tidak ingin yang lain," tegas Ustadz Abdul Somad. 

Kami tidak dapat mendekatkan diri kepada Nabi karena kami tidak hidup di zaman Nabi SAW.

Kami tidaklah seperti Anas bin Malik yang mencium tapak tangan Nabi SAW.

Kami tidak seperti Abu Hurairoh yang hidup ikut kemana saja menghafal ucapan kata-katanya.

Kami hanyalah hamba-Mu yang hidup 14 abad setelah dia.

Kami tak melihat wajahnya, kami tak melihat rupanya. 

Salahkah kami bisa menapaki tapak-tapak kakinya?

Salahkah kami bila ingin melihat, merasakan yang pernah dia rasakan dulu?

Kami hanya ingin ketika kami mati, kalimat yang keluar dari mulut kami adalah kalimat yang dia ajarkan.

"Laa ilaha Illallah Muhammad Rasulullah," katanya. (*)

Berita Terkini