Terkam 3 Orang, Macan Tutul Diburu dengan Umpan Manusia

Editor: Madrosid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Macan tutul Afrika yang akan menjadi penghuni baru Sinka Zoo tiba di bandara Supadio, Selasa (21/11/2017).

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Di India, pihak otoritas kepolisian hutan di Gujarat, berupaya keras untuk menangkap seekor macan tutul.

Macan tutul itu diduga sudah menerkam tiga orang, dua di antaranya anak-anak, dan melukai lima orang lainnya sejak pertengahan November.

Korban terakhir teridentifikasi bernama Mathuri Ganava.

Diwartakan Newsweek Senin (3/12/2018), mereka bakal menggunakan umpan manusia yang sebelumnya sudah dikunci dalam kandang untuk memancing kucing besar tersebut datang.

Baca: Persib Bandung Melaju ke Semifinal Elite Pro Academy PSSI U16, Beckham Putra jadi Pahlawan

Baca: Keributan Gerombolan Monyet Menjadi Awal Penyelamatan Seekor Harimau yang Jatuh di Sumur

Times of India melaporkan dia diterkam ketika mengumpulkan kayu bakar pada 28 November.

Macan tutul itu menyergap Ganava dan menyeretnya ke semak-semak. 

Masyarakat menemukan potongan tubuhnya tak jauh dari tempatnya diserang. 

Kepala konservasi hutan regional SK Shrivastava menjelaskan, pihaknya sudah menggunakan kandang yang dipasangi umpan binatang.

Namun, cara itu tidak bisa menarik si macan tutul.

Karena itu, polisi hutan memutuskan menggunakan langkah ekstrem itu pekan lalu.

Baca: Pria Ini Ancam Santet Prabowo Subianto, Anda Sudah Membangunkan Harimau

Baca: Ngeri! Pawang Kebun Binatang Tewas Mengenaskan Dimakan Hidup-hidup Oleh Harimau

Tim berjumlah tiga orang ditempatkan dalam satu dari sembilan kandang yang ditempatkan di seluruh hutan, dan mereka dibiarkan di sana semalaman.

"Saya mengakui cara yang kami terapkan tak biasa. Namun, kadang sebuah percobaan perlu dilakukan," kilah Shrivastava.

Tiga itu adalah polisi hutan Vijay Bamania, pemburu terlatih bersenjatakan obat bius, serta seorang dokter hewan yang bertugas memastikan macan tutul itu pingsan.

Shrivastava menjelaskan, kandang yang digunakan biasanya dipakai untuk menjebak monyet dan menjamin keamanannya.

Baca: Vicky Prasetyo Ceritakan Saat Malam Pertama Pakai Jurus Aungan Harimau, Netizen Dibuat Geli!

Baca: BREAKING NEWS: Tersangka Narkoba Tabrak Anggota Tim Harimau, Ini yang Terjadi

" Kandang itu terkunci dengan baik. Para petugas juga bisa saling mengawasi dan memberi tahu jika macan tutul itu datang," terang Shrivastava.

Bamania berkata, dia tidak takut dan menegaskan sudah menjadi tugasnya untuk melindungi masyarakat sekitar agar tak jatuh korban lanjutan.

Dia berharap bisa menjatuhkan macan tutul itu menggunakan alat bius. 

Namun, polisi hutan bisa mengambil langkah dengan tegas dengan membunuhnya.

Masuk Pasar dan Dijebak Warga

Sementara itu, mengutip Tribunmedan.com, kisah perburuan menangkap harimau juga terjadii di Riau.

Merambahnya Harimau Sumatera ke areal perkebunan hingga memangsa hewan ternak penduduk setempat adalah kejadian yang sudah biasa kita dengar belakangan ini.

Namun bagaimana jika seekor Harimau Sumatera mendatangi pasar, yang penduduknya ramai, tentu hal ini akan membuat beragam tanda tanya.

Seperti yang terjadi di Riau, seekor harimau datang ke pasar di Pulau Burung.

Harimau ini sudah dua hari terjebak di kolong rumah toko.

Diperkirakan harimau tersebut berjalan puluhan kilometer meninggalkan habitatnya untuk mencari makan.

"Seekor harimau dewasa jantan, sehari bisa jalan 40 kilometer sementara kawasan hutan terdekat (dari pasar di Pulau Burung) kurang dari itu kalau diambil garis lurusnya," kata Suharyono, kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau kepada BBC News Indonesia, Jumat (16/11/2018) petang.

"Karena sumber makanan dan habitatnya terganggu, ia pasti keluar mencari makan, itu kan naluri," imbuh Suharyono.

Merambahnya harimau ke pasar, permukiman, atau perkebunan, sudah sering terjadi.

Akan Jalani Sidang, Pembunuh Wanita Dalam Kardus Terancam 15 Tahun Penjara

Disebut Sebagai Perusak Rumah Tangga Nafa Urbach, Manohara Kapok Foto dengan Zack Lee

Suharyono menjelaskan jika lokasi perambahan dekat wilayah hutan, pihaknya akan mengembalikkan binatang ini.

Tapi jika masuk ke pasar seperti yang terjadi di Pulau Burung, pihaknya akan melakukan evakuasi.

Menurut rencana, harimau di Pasar Burung ini akan dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Sumatera Barat, yang letaknya sekitar 15 jam dengan perjalanan darat.

BKSDA Riau mengerahkan 15 petugas di lapangan untuk mengevakuasi harimau di Pasar Burung, yang hingga Jumat sore (16/11) waktu setempat belum bisa dibius untuk dimasukkan ke kandang evakuasi.

Selama proses evakuasi berlangsung, petugas BKSDA memberikan air dan makanan berupa daging ayam dan sapi segar.

"Kami lempar (daging) ke dekat dia, dan dia masih bereaksi sehat, normal, reaktif dan agresif," kata Suharyono.

Kabar bahwa harimau terjebak di lorong ruko ini membuat warga ingin melihat binatang ini dari dekat, namun Suharyono memperingatkan tindakan warga yang ingin mendekat ini akan membuat binatang ini mengalami stres.

"Harimau ini kan nokturnal, binatang malam, di kegelapan dan tidak berinteraksi dengan manusia, pasti ia stres, meski saya tak bisa mengatakan secara pasti tingkat stres yang ia alami," jelas Suharyono.

Sementara itu Dokter hewan Erni Suyanti Musabine yang bergerak dalam penyelamatan harimau di BKSDA Bengkulu juga mengatakan hal senada.

Ia mengatakan warga yang berkumpul setiap ada harimau yang terjebak akan membuat binatang ini tambah stres.

"Kasian bila ada kasus seperti ini malah banyak ditonton orang, harimau liar pasti takut atau menghindar menghadapi manusia banyak," kata Yanti.

Petugas mengangkut harimau yang terjerat perangkap babi. 

Apa yang bisa dilakukan?

Merambahnya harimau dan binatang liar lain seperti gajah ke permukiman, selain karena habitatnya yang terus berkurang, juga disebabkan oleh tindakan pemburu binatang-binatang yang selama ini menjadi sumber makanan harimau, kata Suharyono.

"Misalnya anak babi yang banyak diburu yang membuat cadangan makanan harimau menjadi berkurang. Kalau jauh berkurang, harimau pasti akan keluar dari tempat ia hidup. Ketemu anjing ia makan anjing, ketemu ayam ia makan ayam," tambahnya.

Faktor ketiga adalah kegiatan konsensi.

Kepada para pemegang konsensi, apakah itu hutan tanaman industri atau perkebunan, diminta untuk memberi ruang hidup kepada satwa.

"Kehadiran satwa jangan selalu dianggap sebagai gangguan, karena sebenarnya kitalah yang merebut ruang hidup mereka," kata Suharyono.

Jumlah harimau sumatera di Riau, dalam pantauan BKSDA, sekitar 53 ekor.

Sunarto, wildlife ecologist WWF, mengatakan harimau sumatera baik di Riau maupun provinsi lain saat ini masih mendapat tekanan dan ancaman yang tinggi dari perburuan, kehilangan habitat dan konflik.

"Kami mencatat masih banyak pemburu aktif di Riau dan di wilayah lain. Konversi hutan dan perambahan serta tekanan fragmentaai juga masih tinggi. Konflik masih terjadi secara sporadis di berbagai wilayah," kata Sunarto.

Terkait konflik, hal itu dapat terjadi pada berbagai situasi, baik saat populasi dalam jumlah yang besar maupun kecil.

Sunarto menjelaskan, secara sederhana ada tiga faktor penentu, yaitu habitat, manusia, dan harimau itu sendiri.

"Habitat yang terfragmentasi dan terdegradasi oleh gangguan manusia cenderung meningkatkan risiko konflik," katanya.

Pengetahuan dan persepsi terhadap harimau, serta perilaku atau kebiasaan sehari-hari masyarakat di sekitar habitat harimau juga menjadi faktor yang menentukan tingkat risiko konflik

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Manusia Dijadikan Umpan untuk Menangkap Seekor Macan Tutul di India.

Berita Terkini