Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Hendri Chornelius
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Anggota DPRD Sanggau, Konggo Tjintalong Tjondro menegaskan, apabila memang data dan faktanya benar tentunya perlu kita apresiasi kinerja dari Dishanpang Hortikan Sanggau dan instansi terkait lainnya.
Seperti diketahui, saat ini cadangan pangan khususnya beras yang tersedia kurang lebih ada 600 ton.
Baca: Tiga Negara Tujuan Ekspor Kalbar Terbesar
Baca: Berikut 5 Nama Anggota Timsel Calon Komisioner KPU Sanggau dan Kubu Raya
“Dengan luasan cetak sawah yang sudah terlaksana harapan kita agar surplusnya semakin meningkat. Diharapkan juga agar petani tetap semangat untuk mengarap sawah yang sudah tercetak, ” katanya, Jumat (2/11/2018).
Politisi Partai Golkar Sanggau itu juga berharap agar Dishanpang Hortikan Sanggau menyiapkan program pasca pencetakan sawah sehingga hasil produksi petani terutama di bidang beras dapat dijadikan salah satu produk unggulan kabupaten Sanggau.
“Dengan memproduksi beras lokal asal Sanggau yang bisa diperjualbelikan di pasaran, ” pungkasnya.
Sebelumnya, diberitakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, John Hendri menyampaikan, saat ini cadangan pangan khususnya beras yang tersedia kurang lebih ada 600 ton.
“Kemudian kalau dikaitkan dengan jumlah penduduk konsumsi, itu cukup untuk tiga bulan kedepan. Itu kan belum termasuk yang dipetani, kenapa kita juga sudah mendata tahun 2017 bahwa produksi padi sebanyak 2004 ribu ton. Kemudian kita konfersikan lebih kurang 35 persen dari itu, sehingga kita sudah ada surplus, ” katanya, Rabu (31/10).
Surplus inilah, lanjut Hendri yang sedang dinikmati kita semua, walaupun sekarang sudah masuk musim tanam atau rendengan (tanam musim basah) dan ada yang panen.
Dan saat ini memang kebutuhan beras kita terkait dengan serapan ini cukup dan kita terus komunikasi dengan Bulog.
“Sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi sudah mulai berkembang, artinya masyarakat kita tidak lagi terpaku dengan satu kali musim tanam tapi sudah banyak yang melakukan penananam dua kali setahun, ” ujarnya.
“Sehingga ada yang tanam dan ada yang panen dan seterusnya. Ini membuktikan bahwa masyarakat kita sudah mulai tahu betapa pentingnya tentang penyediaan pangan lokal khususnya beras, ” tambahnya.
Sekarang ini, kata Hendri, padi tak semata-mata untuk kebutuhan dasar, tapi juga sudah menjadi komoditi agrobisnis. “Jadi begitu selesai panen bisa jual gabah dan bisa jual beras. Dan tentunya kita kerjsama dengan Bulog, TNI untuk melakukan serapan gabah, ” pungkasnya.