Laporan Wartawan Tribun Pontianak M Wawan Gunawan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS,- Departemen Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat, PC GP Ansor Kabupaten Sambas Ali Akhbar A.R.L, S.Th.I.,M.H membuka suara terkait pembakaran Bendera Berlafadz Tauhid di Kabupaten Garut.
Menyikapi pembakaran yang di nilai sebagai bendera HTI yang bersimbol tauhid, pada Hari Santri Nasional di Garut.
Baca: Iska SMAN 1 Nanga Taman Gelar Baksos di Dusun Gandis Desa Tapang Tingang
Baca: 6 Tim Siap Berlaga di Liga Gocek Kayong Utara
Ali Akhbar mengatakan Situasi yang terjadi di garut pada 22 Oktober lalu, saat memperingati Hari Santri Nasional memang sangat mengejutkan seluruh lapisan masyarakat, karena kejadian ini baru pertama kali di Indonesia.
Sebab baru kali ini pembakaran bendera HTI diviralkan melalui video dan diviralkan diberbagai media sosial.
"Saya sangat menyayangkan Pembakaran bendera HTI yang bersimbol Tauhid oleh oknum banser, hanya dengan tindakan spontanitas semata, seharusnya bendera HTI tersebut diamankan dan dikoordinasikan kepada pihak aparat keamanan," ujarnya, Selasa (30/10/2018).
"Apalagi sudah sangat jelas, bahwa jauh sebelum terjadinya peristiwa tersebut dalam SOP (Standar Operatinal Procedure), dan Intruksi Ketua Umum PP GP Ansor sangat melarang tindakan sepihak pada bendera HTI dengan alasan apapun dan setiap penertiban atribut-atribut HTI harus diserahkan dan dikoordinasikan kepada pihak aparat kemanan (Point 6 pada Penjelasan PP GP Ansor terkait Penyusupan Bendera HTI dalam acara Hari Santri Nasional)," sambungnya.
Ia menambahkan, apalagi pembakaran bendera tersebut dinilai kurang etis sebab dipublikasikan melalui video sehingga menyulut demonstrasi.
Tapi disisi lain Akbar juga mengatakan tidak setuju dengan sikap para demonstran, karena terlihat seolah yang dipersalahkan ialah Banser bukan justru oknum Banser.
Menurutnya, Terjadinya demonstrasi tersebut beralasan membela simbol tauhid atas dugaan penistaan banser terhadap bendera yang belambangkan Tauhid.
Padahal ia menjelaskan, yang dituduh-pun seorang muslim yang baik dan tentu sangat mengamalkan Tauhid dalam tradisi mereka (seperti Tahlil, Shalat Fardhlu, Shalat Sunnah dan lain sebagainya) karena Banser secara struktural merupakan badan otonom NU.
"Tapi menurut pribadi terkait pembakaran tersebut, jika didalami lagi hal ini bukan merupakan penistaan jika tujuannya ialah untuk menjaga nilai kesakralan dan justru akan berubah menjadi penistaan jika tujuannya ialah untuk melecehkan nilai kesakralan," tambahnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Banyak sekali dalam tarikh Islam bahwa upaya pembakaran dengan tujuan menyelamatkan nilai-nilai kesakralan Islam “Hifz al-Din” tidak dilarang.
Seperti dalam Tarikh Islam, pertama tidak adanya keharaman hukum pembakaran Mushaf al-Qur’an (Mushaf Ubay Ibn Ka’ab, Abdullah Ibn Mas’ud, Zaid Ibn Tsabit, Ali Ibn Abi Thalib, dalan lain sebagianya) pada masa khalifah Utsman Ibn Affan atas perintah Utsman agar tidak terjadi keragaman bacaan yang berdampak kesalahan dalam pembacaan al-Qur’an karena keragaman bahasa pada saat itu dan akhirnya kini kita kenal sebuah bacaan al-Qur’an sebagai Rasm Utsmani.
Kedua, cara mendamaikan perang saudara pada Perang siffin antara kelompok Muawiyah dan kelompok Imam Ali ibn Abi Thalib dengan menancapkan al-Qur’an diujung pedang dan tombak sebagai simbol perdamaian. Ketiga, Pembakaran mesjid ad-Dhirar atas perintah Rasulullah hal tersebut diterangkan dalam Surah al-Taubah :107-108.
"Ini membuktikan bahwa seharusnya cara yang terbaik ialah pihak yang terlibat pembakaran dan pihak yang merasa tersakiti atas perbuatan tersebut dikumpulkan dalam sebuah ruang dan ber-tabayyun terkait permaslahan tersebut," tuturnya.
"Sehingga akan jelas seperti apa kronologi sebenarnya dan tidak menimbulkan kericuhan seperti saat ini. Akhirnya, karena masalah ini banyak aktor dan elite politik dengan segaja menunggangi demonstrasi ini atas kepentingan politik Pilpres, sehingga banyak sekali bukti dalam proses demonstrasi tersebut penampakan-penampakan slogan dan tagar “ganti presiden 2019”," beber Akhbar.
Ia mengatakan ini akan sangat merugikan dan memalukan, tapi beberapa hikmah yang dapat kita petik berasama-sama kali ini ialah, pertama dibalik kejadian ini bahwa atas kejadian ini akhirnya anggota-anggota eks-HTI mulai menampakkan jati dirinya dalam acara demonstrasi belakangan ini.
Kedua, sampai detik ini Indonesia masih mampu meng-kondusifkan kegiatan demonstrasi yang terjadi, hingga terbukti tidak ada sedikitpun sikap vandalis atas kegiatan tersebut.