Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Wahidin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Pengamat Pemerintahan yang juga Wakil Rektor III Universitas Kapuas Sintang
Kaja, S. Sos., M. Si menanggapi berkaitan dengan Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2018 memang dirasakan berbeda dari sebelumnya, terutama saat ini sudah menggunakan sistem online sistem Computer Assisted Test (CAT).
Tentu dengan sistem online tersebut, selain menjadi lebih mudah juga menghadapi berbagai persoalan.
Persoalan pertama berkaitan dengan internet yang hanya bisa jalan kalau ada sinyal.
Baca: Pelamar Minta BKPSDM Sintang Selalu Update Informasi Penerimaan CPNS Terkini
Baca: Dari 3523 Pelamar CPNS Sintang, 156 Dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat
Jika di kabupaten kota mungkin rata-rata sudah ada sinyal, tetapi tidak dapat dipungkiri juga warnet warnet yang ada di kabupaten kota juga mengalami kendala dengan banyaknya peserta.
Hal ini memungkinkan untuk orang yang mendaftar pun kerap kali gagal login. Saya pernah mendengar peserta yang melamar, rata-rata saat dikirim pendaftarannya mengalami kendala di internet dalam arti sinyal.
Oleh karena itu, bisa saja yang tidak melengkapi administrasi itu disebabkan mereka tidak punya kesempatan untuk mendaftar. Karena kita mengamati bahwa dimana di setiap warnet yang kita lihat penuh selama pendaftaran CPNS. Sehingga menuntut warnet itu buka 24 jam.
Karena orang yang ingin menggunakan juga tidak sedikit sehingga harus antri dan jarak menunggu dari orang satu orang ke lainnya memakan waktu
Belum lagi kalau orang yang pertama itu masih ada kendala sehingga harus menunggu dulu sinyal bagus dan jaringan tidak bermasalah.
Dapat dibayangkan jika dalam satu kabupaten yang melamar 3000 peserta sementara warnet yang tersedia itu cuma beberapa. Oleh karena itu yang paling penting dikaji adalah apakah sarana prasarana dan fasilitas yang kita miliki itu sudah memadai untuk digunakan.
Kemudian tes CPNS nya juga seperti itu, apakah pemerintah sudah menyiapkan dimana tempat tes dengan jumlah peserta yang tidak sedikit. Ini saya pikir perlu dikaji juga. Kita memang mau memakai hal yang serba mudah dan serba praktis tetapi sarana dan prasarana kita belum tentu mendukung.
Sebab apabila orang yang melamar itu tidak ada kesempatan dengan alasan sarana dan prasarana tidak memadai akhirnya dapat menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Lalu ada yang berpikira kemungkinan itu disengaja, ada pesanan dan lain sebagainya.
Apakah nanti kembali seperti masa lalu ataukah memang tes online terus-menerus. Tapi setidaknya sarana dan prasarana perlu ditingkatkan dan diperhatikan karena kalau tidak demikian kita akan sulit mencari pelamar yang berkualitas.
Bisa jadi orang yang berkualitas yang dicari oleh pemerintah tidak ada kesempatan karena kendala internet. Andaikan tesnya manual seperti dulu, semua orang diberikan kesempatan sehingga lebih selektif.
Akhirnya saya punya kesimpulan kalaulah tes CPNS harus pakai sistem online maka mau tidak mau atau suka tidak suka fasilitas dan sarana prasarana harus ditingkatkan. Layanan-layanan internet di seluruh kabupaten kota bahkan Kecamatan harus ada.
Bayangkan kalau di kecamatan warnetnya saja tidak punya, kalau pun ada sinyal itu pun macet, hujan sedikit macet. Tentu ini menghilangkan kesempatan orang lain.
Karena kita ini kan sifatnya sentralistik, kebijakan pusat diterapkan di daerah. Sementara kondisi di daerah belum tentu cocok di pusat. Kalimantan disamakan dengan Jawa, mana mungkin sama. Lalu perlakuan kebijakan sama, itu jelas tidak bisa dan tentu akan menjadi masalah.
Terlepas dari itu semua, bagi peserta yang sudah dinyatakan sampai tahapan verifikasi berkas. Saya meminta untuk optimis dan yakin tidak ada istilah kebocoran dan kecurangan dalam pelaksanaan tes CPNS nantinya.
Karena memang kalau terjadi kebocoran dan lain sebagainya, sementara kalau kebocoran itu tidak pasti maka akan menimbulkan keragu-raguan dan jadi ingin mundur.
Jadi menurut saya optimis saja tidak ada namanya istilah kebocoran.