Pada pelayanan tugas kemanusiaan diantaranya penemuan jenazah tanpa identitas. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam pengungkapan dalam kasus seperti ini, misalnya melalui sidik jari jika memang masih ada, menggunakan tulang, tes DNA melalui rambut atau serat lainnya, serta aksesoris yang saat itu dihunakan oleh korban.
“Itu juga menjadi metode identifikasi untuk melakukan pengungkapan,” ujarnya.
Buku tersebut diselesaikannya dalam waktu hampir tiga tahun lamanya, yang dikumpulkan dari kisah-kisah pengungkapan yang dinilai menarik dari segi pengungkapannya.
Salah satunya pengungkapan kasus pembunuhan yang jenazah korbannya dikubur didalam sebuah tempayan, penemuan tengkorak jenazah di salah satu perkebunan sawit, serta kasus pembunuhan dengan modus menghilangkan barang bukti melalui pembakaran rumah yang direkayasa seolah-olah korban meninggal dikarenakan hangus terbakar.
Hingga saat ini buku-buku tersebut akan dicetak sebanyak 1000 eksemplar karena banyaknya peminat yang memesan secara pribadi kepada dirinya.
Diantara banyak kasus yang dituangkan dalam buku-buku tersebut, beberapa kisah yang mengharukan salah satunya kasus pembunuhan di daerah Beting pada tahun 2009, yang terjadi pada ibu dan anak. Setelah diungkap ternyata pembunuhan tersebut dilakukan oleh tetangganya sendiri.
Pada kasus tersebut, Agung mengaku terharu dan terusik melihat anak kecil yang meninggal dikerumuni oleh semut.
“Karena saat di olah TKP itu saya berfikir kemungkinan anak itu ikut jadi korban karena ketika ibunya dibunuh anak tersebut terbangun, karena si pelaku kalap takut ketahuan, maka anaknya ikut jadi korban, itu yang agak menarik bagi saya,” paparnya.
Sementara untuk kasus yang paling sulit dipecahkan salah satunya kasus pembunuhan berantai, dimana pelakunya diduga memiliki tuntutan ilmu hitam, menurut pihak keluarga, namun menurutnya korban masih memiliki hubungan keluarga dengan tersangka.
“Itu yang agak sulit, karena untuk menemukan si korban juga butuh kecerdikan dan ketelitian, dimana disimpan dibawah tempayan,” ungkapnya lagi.
Setiap kasus pembunuhan, menurut Agung, pelaku selalu memiliki motivasi bagaimana agar tidak terlacak, salah satunya dengan cara menghilangkan korban dan menghilangkan barang bukti.
Ia juga menuturkan cukup banyak kasus menarik yang membuatnya cukup tertantang tragedi pembunuhan di Hotel Benua Mas, dimana korbannya dibuang ke sungai, sehingga korban saat itu ditemukan dalam keadaan mulai membusuk dan tubuh yang mengembang.
Untuk mengungkap identitasnya, pihaknya harus menyuntikkan cairan pada jari korban agar sidik jarinya dapat diidentifikasi.
Dia juga mengungkapkan, karena memiliki hobi membaca buku, terutama buku detektif yang salah satunya novel berjudul “Sherlock Holmes” yang juga ditulis oleh seorang ahli forensik, yang bertugas membantu kepolisian dalam pengungkapan kasus.
Berbagai teknik penyidikan dan pengungkapan kasus serta berbagai teori juga dibenamkan dalam buku fiksi ilmiah tersebut, diantaranya teori deduksi, yang merupakan teknik penyimpulan ketika mendatangi suatu TKP dengan alat bukti yang minim. Dari TKP tersebut dapat disimpulkan darimana pelakunya.