Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Berdasarkan catatan literatur dari Pontianak Heritage yang ditulis Ahmad Azma, dan Pontinesia yang ditulis Adhitya Teguh Nugraha, tugu berbentuk sebelas tonggak bambu runcing yang dikenal dengan Tugu Digulis pernah mengalami beberapa kali pemugaran pada bagian warna tugu.
Mulanya Tugu Digulis yang diresmikan tahun 1987 memiliki warna kuning polos, namun pada tahun 1995 dicat ulang dengan warna merah putih, menegaskan warna bendera Indonesia.
Pada tahun 2006 pengecatan dilakukan kembali hingga Tugu Digulis tampak seperti sekarang.
Bertepatan dengan hari jadi ke- 242 Kota Pontianak, Pemerintah Kota Pontianak meresmikan renovasi dan pembangunan kawasan Tugu Digulis.
(Baca: Banyak Belum Tahu, Ini Sejarah Berdirinya Tugu Digulis, Ceritanya Bikin Haru )
Tugu dibuat cantik dengan air mancur dan tambahan bunga yang mengelilinginya, tidak hanya itu dibangun pula taman untuk mempercantik Tugu Digulis.
Taman Digulis diresmikan oleh Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, tepat pada malam pergantian tahun 2017.
Kini Tugu Digulis menjadi semakin menarik dengan kehadiran Taman Digulis yang juga memiliki jogging track sehingga aktivitas di sana sangat beragam.
Seorang pengunjung taman, Erfy Fitriani (22) yang datang bersama adiknya ke Taman Digulis mengaku tidak tahu pasti mengenai sejarah Tugu Digulis, namun kehadirannya di tengah bundaran menuju Universitas Tanjungpura memang memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi semenjak Taman Digulis dibangun.
“Kalau dulu Tugu Digulis sepertinya hanya dimiliki oleh kalangan mahasiswa yang demo, atau komunitas tertentu yang mengadakan acara, tapi semenjak dibangunnya Taman Digulis saya pribadi merasa bahwa Tugu Digulis ini memiliki suatu daya tarik yang tidak hanya dimaknai oleh sekelompok orang tapi untuk saya sendiri, meskipun saya tidak tahu secara detail sejarahnya tapi setelah beberapa kali ke sini saya diceritakan oleh teman mengenai sejarahnya, sekarang yang saya rasakan kalau duduk di taman ini dan memandang Tugu Digulis saya merasa bahwa saya sedang menikmati wajah lain dari Pontianak,” jelasnya.
Sementara seorang aktivis mahasiswa, Firdaus Darkatni (23) yang juga pernah menulis mengenai Tugu Digulis mengakui tugu ini memiliki hubungan yang erat dengan pergerakan mahasiswa di Kalimantan Barat.
Tugu ini menjadi panggung orasi di setiap aksi kritis para mahasiswa, menurutnya Tugu Digulis bukan hanya mengukir sejarah masa lalu, tapi akan tetap jadi penghantar untuk sejarah yang akan datang.
Pembangunan yang dilakukan di sekitar tugu menurutnya tidak berpengaruh pada aktivitas mahasiswa yang sering dilakukan di sana.
"Tugu ini sudah jadi tempat aksi nahasiswa dari generasi ke generasi, tahun 1998-1999 Tugu Digulis menjadi tempat mahasiswa menuntut aksi penurunan Soeharto, termasuk pula Gubernur Kalbar Aspar Aswin. Sampai sekarang masih menjadi tempat di mana kelompok pemuda Kalbar menyuarakan aspirasi," pungkasnya.