Aku tak pernah merasa "kehilangan" dirinya, meski ia sibuknya luar biasa.
Aku menyadari betapa ia telah mengembangkan kepribadiannya menjadi wanita matang yang hadir dalam lingkup pergaulan yang luas.
Namun, ia selalu punya waktu khusus untuk berdialog denganku.
Semasa aku bersekolah di Amerika, kedekatan kami tetap terpelihara.
Hubungan telepon, surat-menyurat, dan kunjungan semasa aku ada di perantauan tak pernah putus.
Bagiku banyak kenangan manis bersamanya yang tak bisa kuceritakan satu persatu.
Yang paling membekas di hatiku, adalah perannya sebagai seorang ibu yang semakin kuat waktu aku mengalami keterpurukan pada awal tahun 1998.
Aku di- PHK dan mempunyai seorang istri dan anak yang baru berusia sekitar satu tahun.
la menyarankan aku pulang bersama keluarga kecilku dan tinggal bersamanya.
la kenal betul watakku yang enggan dibantu.
Oleh karena itu, pada masa aku belum punya penghasilan, ia sering kali meletakkan "amplop" di dalam bukuku.
Ia ingin dompetku tidak sama sekali kosong.
Aku rasa, tanpa dukungannya, tanpa semua ajaran keras dan tegas yang diterapkan padaku dahulu, aku tak mungkin duduk di kantor ini.
Mustahil aku menempuh perjalanan karier yang panjang dan penuh tantangan.
Sampai hari ini, aku mengagumi gaya hidupnya yang serba teratur, dan sekali lagi disiplin!