Berita Viral
Kakek 60 Tahun Halusinasi Parah setelah Ikuti Saran Diet ChatGPT
Kakek 60 tahun alami halusinasi parah usai ikuti saran diet ChatGPT. Simak kisah lengkapnya dan risiko diet ekstrem berbasis AI.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Diet ChatGPT kini jadi sorotan setelah seorang kakek berusia 60 tahun di Amerika Serikat mengalami halusinasi parah akibat mengikuti saran pola makan dari chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) tersebut.
Kasus ini terungkap dalam studi kasus yang diterbitkan di Annals of Internal Medicine pada 5 Agustus 2025.
Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa sang kakek, yang identitasnya tidak diungkapkan, awalnya hanya ingin menjalani hidup lebih sehat dengan mengurangi garam.
Namun niat sederhana itu berubah menjadi tragedi setelah ia meminta saran pengganti garam kepada ChatGPT.
Jawaban yang diberikan AI malah membuatnya terjebak dalam kondisi medis serius hingga harus dirawat di ruang psikiatri.
Kata kunci diet ChatGPT pun ramai dibicarakan, karena kasus ini memperlihatkan sisi berbahaya dari mengandalkan kecerdasan buatan tanpa panduan medis profesional.
Dalam tujuh kalimat pembuka ini, sudah tergambar bagaimana pola makan ekstrem, saran AI, hingga risiko kesehatan mental bisa bertemu dalam sebuah kisah nyata yang mengundang keprihatinan sekaligus kewaspadaan.
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Bagaimana Kisah Itu Bermula
Awalnya, sang kakek memutuskan untuk menghilangkan garam dari pola makannya.
Ia lalu meminta ChatGPT memberikan alternatif.
ChatGPT kemudian menyarankan natrium bromida, senyawa kimia yang dulu digunakan di bidang farmasi dan industri.
Tanpa curiga, pria itu membeli zat tersebut dan menggunakannya sebagai pengganti garam meja selama tiga bulan.
Tak lama kemudian, ia mulai menunjukkan gejala aneh.
Ia mengalami delusi paranoid, mendengar suara-suara, dan bahkan menuduh tetangganya meracuninya.
Kondisinya memburuk hingga harus dibawa ke unit gawat darurat.
Padahal, ia tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya.
“Pasien bahkan menolak minum air dari rumah sakit karena yakin itu telah diracuni,” tulis para peneliti.
Apa Itu Bromisme?
Dokter akhirnya menemukan bahwa sang kakek menderita keracunan bromida, atau dikenal juga dengan istilah bromisme.
Gejala Bromisme
- Delusi dan halusinasi
- Haus berlebihan (polidipsia)
- Kelelahan dan insomnia
- Jerawat dan benjolan kulit (angioma ceri)
- Ataksia ringan (gerakan canggung)
Selain itu, bromisme juga dapat memicu mual, muntah, diare, kejang, sakit kepala, penurunan berat badan drastis, kerusakan ginjal, hingga koma.
Pada masa lalu, bromisme lebih sering terjadi karena garam bromida banyak ditemukan dalam produk sehari-hari.
Kini, meski jarang, kasus masih bisa muncul karena penggunaan obat tertentu atau, seperti pada kasus ini, diet salah kaprah.
Perawatan dan Pemulihan
Sang kakek akhirnya harus menjalani perawatan intensif selama tiga minggu di rumah sakit.
Gejalanya berangsur membaik, tetapi ia sempat ditempatkan di ruang psikiatri setelah mencoba kabur karena paranoia.
Tim peneliti menegaskan, kasus ini adalah contoh nyata risiko besar dari penggunaan AI tanpa pemahaman medis.
OpenAI sendiri menanggapi laporan ini dengan menegaskan kembali kebijakan mereka:
“ChatGPT tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan kondisi kesehatan apa pun, dan bukan pengganti nasihat profesional,” tegas pihak OpenAI.
Mereka juga menyebut telah memiliki tim keamanan yang bekerja untuk mengurangi risiko kesalahan informasi.
Namun, studi ini menunjukkan bagaimana AI dapat memberikan saran yang terdengar masuk akal, tetapi berbahaya jika dijalankan tanpa konteks medis.
Kasus Diet Ekstrem Lain: Hanya Makan Keju dan Daging
Kisah kakek ini bukan satu-satunya peringatan keras soal pola makan ekstrem.
Kasus lain datang dari Florida, Amerika Serikat, di mana seorang pria berusia 40 tahun menjalani diet karnivora selama delapan bulan.
Pola Makan Tidak Seimbang
Pria itu hanya mengonsumsi daging, keju, mentega, dan telur dalam jumlah besar.
Ia bahkan bisa menghabiskan empat kilogram keju dan satu batang mentega dalam sehari.
Awalnya ia merasa penuh energi dan berat badannya turun drastis.
Namun tubuhnya memberi sinyal bahaya: muncul benjolan kuning di tangan, kaki, dan siku yang ternyata merupakan xanthelasma, tanda adanya kolesterol tinggi di bawah kulit.
Hasil Pemeriksaan Medis
Tes laboratorium menunjukkan kadar kolesterol pria itu mencapai lebih dari 1.000 mg/dL, jauh di atas ambang aman yang hanya 200 mg/dL.
Kondisi ini meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga pankreatitis akut.
Ironisnya, meski tubuhnya memberi peringatan, pria itu tetap yakin kesehatannya membaik.
Barulah setelah dirawat, ia menyadari bahaya dari pola makan ekstrem tersebut.
Risiko Diet Ekstrem dan AI
Baik pada kasus diet ChatGPT maupun diet karnivora ekstrem, benang merahnya jelas: mengandalkan pola makan radikal tanpa pengawasan dokter bisa berakibat fatal.
Mengapa Diet Ekstrem Berbahaya?
- Ketidakseimbangan nutrisi – tubuh kekurangan mikronutrien penting.
- Efek samping tak terduga – dari gangguan metabolisme hingga keracunan zat kimia.
- Ilusi kesehatan – berat badan turun, tetapi organ dalam rusak.
- Risiko psikologis – seperti halusinasi, paranoia, atau kecemasan.
Para ahli gizi menekankan bahwa diet sehat seharusnya mempertahankan keseimbangan antara protein, lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral.
Menghilangkan salah satu unsur vital bisa menimbulkan efek domino pada kesehatan.
Pelajaran Penting dari Kasus Ini
Kisah kakek 60 tahun yang terjebak dalam diet ChatGPT menjadi alarm keras bagi masyarakat.
Di era teknologi yang semakin canggih, akses informasi memang mudah, tetapi tidak semua informasi bisa langsung dipraktikkan.
AI seperti ChatGPT dapat menjadi teman belajar, asisten kerja, atau sumber ide.
Namun ketika menyangkut kesehatan dan diet, keputusan tetap harus ditentukan bersama tenaga medis profesional.
Bukan hanya soal benar atau salah, tetapi soal konteks, dosis, kondisi tubuh, dan faktor medis lainnya yang tidak bisa ditangkap oleh algoritma AI.
Kakek 60 tahun itu beruntung masih bisa selamat setelah melewati pengalaman traumatis dengan halusinasi dan delusi akibat saran diet dari AI.
Sementara pria di Florida kini harus menata ulang gaya hidupnya setelah kolesterol melonjak tajam karena diet karnivora ekstrem.
Kedua kisah nyata ini memberi pesan yang sama: jangan pernah bermain-main dengan diet ekstrem tanpa pengawasan dokter.
Apalagi jika bersumber dari teknologi yang belum tentu memahami kebutuhan tubuh manusia secara utuh.
Pada akhirnya, kesehatan adalah investasi jangka panjang yang butuh keseimbangan, bukan eksperimen berisiko tinggi.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kakek 60 Tahun Halusinasi Parah setelah Ikut Saran Diet ChatGPT, Tuduh Tetangga Meracuninya
* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
diet ChatGPT
diet ekstrem berbahaya
halusinasi karena diet
kasus keracunan bromida
diet karnivora
risiko AI dalam kesehatan
pola makan ekstrem
bahaya diet tanpa dokter
kasus diet salah kaprah
Terbaru Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok Parah Per Agustus 2025, Diskon hingga Ratusan Juta |
![]() |
---|
Selisih Harga Token Pulsa Listrik PLN per kWh Terbaru Agustus dan September 2025 Semua Pelanggan PLN |
![]() |
---|
Resmi Turun Rp 300 Harga BBM Terbaru Besok 19 Agustus 2025 di SPBU Pertamina Seluruh Indonesia |
![]() |
---|
RESMI Turun Rp 10 Ribu, Harga Bright Gas Terbaru Agustus-November 2025 Berlaku Untuk Semua Tabung |
![]() |
---|
Resmi Berubah Tarif Listrik Terbaru Besok 19 Agustus 2025 Berlaku untuk Semua Golongan Pelanggan PLN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.