Berita Viral
Api "Gerbang Neraka" Padam, Wisatawan Kecewa Jadi Dilema Turkmenistan
Lubang selebar 70 meter di tengah Gurun Karakum itu dulunya menyemburkan api dan gas metana, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Setelah lebih dari 50 tahun menyala, kobaran api di Kawah Darvaza, Turkmenistan yang dikenal dunia dengan julukan “Gerbang Neraka” kini nyaris padam.
Lubang selebar 70 meter di tengah Gurun Karakum itu dulunya menyemburkan api dan gas metana, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berani menembus medan ekstrem.
Namun kini, hanya titik-titik api kecil yang tersisa, mengecewakan pengunjung yang terlanjur terpesona oleh foto-foto masa lalu di internet.
“Saya sedikit kecewa,” kata Irina (35), wisatawan dari Ashgabat yang menempuh lima jam perjalanan darat demi menyaksikan api abadi itu.
Pemerintah sengaja memadamkan api sebagai bagian dari komitmen lingkungan, mengingat Darvaza menyumbang emisi metana yang signifikan.
Meski dianggap penting untuk masa depan bumi, langkah ini memunculkan kekhawatiran baru, terutama dari pelaku wisata lokal yang bergantung pada popularitas kawah tersebut.
Kini, Turkmenistan berdiri di persimpangan jalan: antara menjaga komitmen iklim atau menyelamatkan industri pariwisata yang langka namun bernilai.
• “Kami Lapar di Negeri Kaya Minyak”: Teriakan Rakyat Angola yang Terpinggirkan oleh Ketimpangan
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Apa Alasan Pemerintah Turkmenistan Memadamkan Api Darvaza?
Keputusan memadamkan kobaran api bukan tanpa alasan.
Pemerintah Turkmenistan menilai bahwa keberadaan api yang telah menyala sejak 1971 ini membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan ekonomi negara.
Apa Dampaknya bagi Lingkungan?
Menurut mantan Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov, kawah ini menghasilkan emisi gas metana dalam jumlah besar gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dari karbon dioksida.
Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), Turkmenistan termasuk salah satu penyumbang emisi metana terbesar di dunia akibat kebocoran gas.
“Kawah ini berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya,” kata Berdymukhamedov.
“Sumber daya alam yang berharga sedang hilang, yang ekspornya seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat kita.”
Turkmenistan juga telah bergabung dalam Perjanjian Metana Global, yang menargetkan pengurangan emisi metana dunia sebesar 30 persen pada tahun 2030.
Pemadaman api Darvaza menjadi simbol komitmen negara tersebut dalam menghadapi perubahan iklim.
• Perempuan Kazakstan Jadi Korban Sindikat Ibu Pengganti, Ketika Harapan Berubah Menjadi Ketakutan
Bagaimana Dampaknya terhadap Industri Wisata?
Langkah ini menuai kekhawatiran dari para pelaku industri pariwisata.
Kawah Darvaza merupakan satu dari sedikit daya tarik wisata di negara yang dikenal tertutup tersebut.
“Jika Darvaza berhenti terbakar sepenuhnya, banyak perusahaan wisata akan kehilangan pendapatan,” kata Ovez Muradov (43), pegawai agen tur di Ashgabat.
“Saya bukan ahli, tapi saya rasa kawah yang padam tidak akan berdampak banyak pada lingkungan. Namun, industri pariwisata akan kehilangan sebagian besar pendapatannya.”
Bagaimana Akses Menuju Kawah Darvaza?
Apakah Perjalanan ke "Gerbang Neraka" Berbahaya?
Lokasi Darvaza yang terpencil di tengah Gurun Karakum menyulitkan akses wisatawan.
Jalan menuju kawah penuh dengan retakan, lubang, dan bukit pasir yang berisiko tinggi bagi pengemudi.
“Anda harus memutar balik melewati lubang dan bukit pasir, mempertaruhkan nyawa,” ujar Aman (28), sopir lokal yang biasa mengantar wisatawan ke lokasi.
Gurun Karakum sendiri menutupi hampir 80% wilayah Turkmenistan, dengan kondisi iklim ekstrem: suhu bisa mencapai lebih dari 50°C di musim panas, dan turun hingga -20°C saat musim dingin.
Bagaimana Asal Usul Kawah Darvaza?
Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Tahun 1971?
Kawah Darvaza terbentuk akibat kecelakaan pengeboran yang dilakukan oleh ilmuwan Uni Soviet.
Tanpa sengaja, mereka mengebor kantong gas bawah tanah yang kemudian runtuh dan menciptakan lubang besar.
Untuk mencegah penyebaran gas beracun ke permukiman sekitar, mereka memutuskan untuk membakarnya dengan harapan api segera padam.
“Ada bahaya meracuni penduduk dan hewan ternak, sehingga para ahli geologi memutuskan untuk membakarnya,” jelas Anatoly Bushmakin, ahli geologi yang meneliti peristiwa itu.
“Namun, nyatanya kawah itu terus menyala.”
Api itu bertahan hingga lebih dari 50 tahun, menjadi fenomena unik yang tidak hanya dikenal oleh penduduk lokal, tapi juga oleh dunia.
Apakah Masih Ada Harapan bagi Wisatawan?
Meski kobaran api telah jauh berkurang, sejumlah wisatawan tetap berdatangan.
Mereka berharap melihat sisa-sisa percikan api terakhir yang masih menyala dari dasar kawah.
“Sebelumnya, cahaya besar dari kobaran api terlihat dari jarak beberapa kilometer,” ujar Irina Luryeva, Direktur perusahaan energi negara, Turkmengaz, dalam konferensi pada Juni lalu.
“Kini hanya tersisa sedikit sumber api.”
Untuk mengurangi aliran gas, beberapa sumur tambahan telah dibor di sekitar kawah.
Turkmenistan kini menghadapi dilema: mempertahankan komitmen iklim atau menjaga industri pariwisata yang terbatas namun bernilai tinggi.
Kawah Darvaza mungkin telah kehilangan api yang membuatnya dijuluki Gerbang Neraka, namun kisah di baliknya tetap menyala: tentang pertarungan antara konservasi lingkungan dan ekonomi lokal, serta tentang manusia yang terus mencari keajaiban, bahkan di tengah gurun yang sunyi.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Gerbang Neraka" Mulai Padam, Penduduk Cemas Kehilangan Pendapatan
• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Gerbang Neraka Turkmenistan
Kawah Darvaza padam
api abadi Turkmenistan
wisata Darvaza
penyebab Gerbang Neraka padam
Gurun Karakum Turkmenistan
emisi metana Turkmenistan
api Kawah Darvaza 202
turis kecewa Gerbang Neraka
“Kami Lapar di Negeri Kaya Minyak”: Teriakan Rakyat Angola yang Terpinggirkan oleh Ketimpangan |
![]() |
---|
AKALI Sistem Judi Online 5 Tersangka Terancam Hukuman 10 Tahun dan Denda Rp 10 Miliar |
![]() |
---|
Pendakian Gunung Saat 17 Agustus 2025, Ada Jalur yang Tutup dan Ada yang Tetap Buka |
![]() |
---|
Perempuan Kazakstan Jadi Korban Sindikat Ibu Pengganti, Ketika Harapan Berubah Menjadi Ketakutan |
![]() |
---|
Video 3 Kreator Konten Malaysia yang “Beramal” dengan Tulang Ayam Picu Amarah Publik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.