Kunci Jawaban

Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 1: Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman

Menyimak teks hikayat yang dibacakan oleh orang lain untuk memahami dan menganalisis pesan dalam teks narasi berbentuk hikayat.

|
Generate by AI : ChatGPT
SOAL BAHASA INDONESIA - Foto buatan kecerdasan (AI), memperlihatkan anak-anak tengah mengerjakan ujian Bahasa Indonesia. Soal B Indo kelas 9 sebagai panduan dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian di tahun 2025. 

Jawaban    :

Ada seorang Datu yang sakti mandraguna Bernama Datu Mabrur. Ia bertapa siang-malam di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Ia bertapa memohon kepada sang pencipta agar diberi sebuah pulau yang bisa untuk bermukim oleh keturunannya.

Saat Datu sedang bertapa tiba-tiba ada seekor Raja Ikan Todak berniat untuk menyerang, para ikan sepakat untuk menyerang Datu apabila kalah maka mereka akan menyerah dan mematuhi perintah Datu. Para ikan menyerang karena saat Datu samadi membuat lautan bergelora  dan mengusik para ikan.

Ternyata ikan Todak kalah dan menyerah, ia mengakui kesaktian yang dimiliki Datu. Raja Ikan Todak meminta kepada Datu agar dilepaskan ke lautan saat terpelanting di karang. Mereka membuat kesepakatan agar mereka seiring sejalan dan seia sekata hidup berdampingan sampai ke anak cucu mereka.

Setelah Datu melepaskan raja ikan Todak ke lautan, sebelum batas pertapaan datu berakhir tiba-tiba datang suara gemuruh dari dasar laut. Ternyata para ikan bersama-sama mendorong memunculkan daratan baru sambil berteriak sa-ijaan. Datu Mabrur sangat senang karena para ikan menepati janjinya dan sekarang Datu memiliki tanah daratan baru untuk bermukim keturunannya. Daratan itu diberi nama pulau Halimun kemudian disebut pulau laut karena pulau tersebut timbul dari dasar laut dan dikelilingi lautan. Sekarang kata sa-ijaan dan ikan todak menjadi slogan dan lambang bagi pemerintah kabupaten kotabaru.

Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak

Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar.

Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak.

Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.

Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi. Demikian berulang-ulang. Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur. Pada

serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat Datu Mabrur membuka matanya.

“Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?”“Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Samadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk,” katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam.

“Jadi, itu rakyatmu?” Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang.

“Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.”

“Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku…” Raja Ikan Todak mengiba-iba. Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved