Fenomena Krisis Adab pada Siswa, Kepala SMAN 1 Sambas Sebut Perlu Mapel Pendidikan Moral Pancasila

fenomena yang kerap terjadi di sekolah dimana siswa krisis adab misalnya berani menantang gurunya.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
KEBIJAKAN MATA PELAJARAN - Ilustrasi sekolah. Tanggapan pihak sekolah terkait wacana pengembalian jurusan IPA, IPS dan bahasa di sekolah SMA. Kepala SMAN 1 Sambas Syafarudin menyebut kebijakan ini dinilai bagus, Minggu 20 April 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sambas, Kalimantan Barat, Syafarudin menanggapi kebijakan pengembalian mata jurusan IPA, IPS dan bahasa di sekolah, Minggu 20 April 2025.

Syafarudin menyebutkan, wacana pemerintah mengembalikan jurusan tersebut dinilai baik. Sehingga kedepan tidak perlu adanya P5 atau P7 di sekolah.

"Pengembalian jurusan itu tetap bagus, tidak perlu ada P5 atau P7," ucap Syafarudin, dikonfirmasi Minggu 20 April 2025.

Syafarudin mengungkapkan, kendati tidak perlu ada P5 atau P7 namun perlu pengembalian mata pelajaran (mapel) pendidikan moral Pancasila.

"Namun perlu pengembalian mata pelajaran pendidikan moral Pancasila atau setidaknya boleh diintegrasikan ke mapel PKn," ungkap Syafarudin.

Dia menilai, urgensi pengembalian mapel pendidikan moral Pancasila karena anak-anak atau pemuda dianggap krisis adab dan norma.

"Saat ini sudah banyak yang kurang adab di kehidupan sehari-hari baik di sekolah dan masyarakat," ujarnya.

Ia menegaskan, fenomena yang kerap terjadi di sekolah dimana siswa krisis adab misalnya berani menantang gurunya. Dia bilang, beberapa murid saat ini cenderung sulit menerima nasehat.

Baca juga: Siswa di Sambas Tanggapi Kembalinya Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di Sekolah

"Sering terjadi siswa yg kurang adab, berani melawan gurunya, tidak bisa ditegur baik-baik, malah mudah menantang guru," ucapnya.

Dia menambahkan, dampak dari lemahnya pendidikan moral Pancasila membuat guru di sekolah jadi serba-salah untuk menghadapi siswa yang berani menantang guru.

"Apalagi ada istilah hak perlindungan anak dan hak asasi manusia. Anak merasa terlindungi dan orang tua pun mudah protes ke sekolah jika anaknya didik dengan agak keras," ucapnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved