Pendidikan

JAWABAN Soal PAI Kelas 10 Kurikulum Merdeka Bab 10 Halaman 305 Semester 2 Pilihan dan Essay

Pada Bab 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia  (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa) di halaman 305.

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
Kolase / Tribunpontianak.co.id / sid / google
Pembahasan soal latihan pai kelas 10 Bab 10 Peran Tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia (Metode Dakwah Islam oleh Wali Songo di Tanah Jawa). Seluruh soal sudah dilengkapi dengan jawaban untuk melatih kemampuan dari siswa untuk persiapan hadapi ulangan / ujian semester. 

1. Mengapa para Wali Songo dalam berdakwah menggunakan pendekatan tadrij dan ‘adamul haraj? Jelaskan!

Jawaban :

Sebab, pendekatan tadrij (bertahap) dan 'adamul haraj (tanpa menyulitkan) untuk memastikan bahwa dakwah mereka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat lokal. Pendekatan bertahap ini memungkinkan perubahan tradisi yang sudah mengakar agar dilakukan secara perlahan, sehingga masyarakat tidak merasa tertekan atau dipaksa. Dengan tidak menyulitkan ('adamul haraj), para Wali menjaga dakwah mereka tetap penuh kelembutan dan damai, sehingga ajaran Islam bisa diterima tanpa resistensi yang besar.

2. Mengapa Sunan Kudus memutuskan melarang untuk menyembelih sapi pada saat pelaksanaan hari raya Idul Adha di wilayah Kudus dan sekitarnya? Jelaskan!

Jawaban :

Sunan Kudus melarang penyembelihan sapi pada Idul Adha di wilayah Kudus sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Tindakan ini merupakan strategi dakwah untuk menciptakan harmoni antara umat Islam dan Hindu, serta untuk menghindari konflik. Dengan pendekatan ini, Sunan Kudus mampu menarik hati masyarakat Hindu untuk lebih mudah menerima Islam tanpa merasa tersinggung.

3. Bagaimanakah strategi Sunan Bonang dalam melakukan upaya penyebaran Islam di wilayah pulau Jawa, khususnya wilayah Tuban dan sekitarnya? Jelaskan!

Jawaban :

Sunan Bonang menggunakan pendekatan yang kreatif dan kultural untuk menyebarkan Islam di wilayah Tuban. Salah satu strategi utamanya adalah melalui seni, khususnya seni musik dan gamelan, yang disukai oleh masyarakat setempat. Beliau menciptakan syair-syair bernuansa Islami yang disenandungkan dengan iringan musik tradisional. Dengan cara ini, ajaran Islam bisa diterima secara lebih mudah oleh masyarakat yang sudah akrab dengan budaya seni.

4. Mengapa Sunan Gresik menghapuskan sistem kastanisasi yang merupakan tradisi yang berasal dari ajaran agama Hindu sebelumnya? Jelaskan!

Jawaban : 

Sunan Gresik menghapuskan sistem kasta karena Islam mengajarkan prinsip kesetaraan di hadapan Allah Swt. Sistem kasta yang mengelompokkan manusia berdasarkan status sosial bertentangan dengan ajaran Islam yang memandang semua manusia setara, kecuali dalam ketakwaan. Sunan Gresik ingin menghilangkan diskriminasi sosial yang terjadi akibat sistem kasta, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadilan dan kesetaraan.

5. Bagaimanakah pendapatmu, terhadap cara-cara dakwah kontemporer dengan menggunakan propaganda media sosial, yang di dalamnya banyak terdapat ujaran kebencian, memaki-maki, kasar dan tidak beradab baik kepada sesama muslim maupun kepada umat lain? Jelaskan!

Jawaban :

Dakwah yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan ujaran kebencian, memaki, atau bersikap kasar, baik kepada sesama muslim maupun umat lain, adalah cara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang bijak, penuh kasih sayang, dan hikmah. Ujaran kebencian hanya akan menciptakan permusuhan dan perpecahan, yang bertentangan dengan tujuan dakwah untuk menyebarkan kedamaian, persatuan, dan kebaikan. Dakwah harus disampaikan dengan mau'idzah hasanah (nasihat yang baik) dan al-hikmah (kebijaksanaan), sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an.

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW di sini

Cek berita dan artikel menarik lainnya melalui akses Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved