Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 167 K Merdeka, Menyajikan Tanggapan secara Lisan

Soal latihan halaman 167 Kegiatan 8 berisi materi Menyajikan Tanggapan secara Lisan dengan Efektif dan Santun Bab 5 Membuka Gerbang Dunia...

Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 167 K Merdeka, Menyajikan Tanggapan secara Lisan. Adapun pada soal latihan halaman 167 Kegiatan 8 berisi materi Menyajikan Tanggapan secara Lisan dengan Efektif dan Santun Bab 5 Membuka Gerbang Dunia pada kurikulum merdeka. 

4.  Ya, saya paling menyukai kutipan dari Pak Habibie di akhir kisah, “…Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik di hidupmu, dan belajarlah menjadi pribadi yang kuat dengan hal-hal buruk di hidupmu.” Hal ini membuat saya menyadari bahwa kesulitan itu bukan halangan, tetapi justru kesempatan. 

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 148 Suasana Cerita dan Emosi Tokoh Buku Bergambar

Materi Teks

B.J. Habibie, Perpaduan Kecerdasan dan Kekuatan Tekad Siapa yang tidak kenal dengan Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih sering dipanggil dengan nama B.J. Habibie? Beliau adalah salah satu putra bangsa berprestasi yang dikenal karena kecerdasannya, tak hanya di Indonesia, namun juga di negara lain. Selain keahliannya di bidang teknologi pesawat terbang dan penemu rumus Faktor Habibie,
pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini juga pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia yang ke-3.

Sejak kanak-kanak, Habibie yang memiliki kegemaran menunggang kuda dan membaca ini memang sudah dikenal sangat cerdas. Apakah cukup kecerdasan untuk meraih sukses? Ternyata tidak. Mari kita simak perjalanan hidup Bapak Teknologi Indonesia ini lebih lanjut.

Kehilangan dan Perjuangan

Habibie tumbuh dalam keluarga besar dengan tujuh saudara. Ia adalah anak keempat. Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie, seorang ahli pertanian. Sang Ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah seorang spesialis mata.

Namun, pada usia yang masih sangat muda, yaitu 14 tahun, Habibie harus kehilangan ayahnya yang terkena serangan jantung.

Hal ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan Habibie. Tak hanya pindah ke Kota Bandung, ia pun melihat perjuangan ibunya yang harus membanting tulang untuk membiayai kehidupan mereka.

Di kota barunya, Habibie melanjutkan pendidikan di SMAK Dago. Ia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia Bandung yang saat ini dikenal dengan nama ITB, mengambil jurusan Teknik Mesin.

Berkat perjuangan ibunya dan tekad kuatnya untuk sukses, Habibie berhasil terbang ke Jerman, bersekolah di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule, mengambil jurusan Teknik Penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Pendidikan Habibie di Jerman memakan waktu hampir selama 10 tahun. Ia berjuang keras, belajar sambil bekerja praktik. Libur kuliah pun menjadi kesempatan emas bagi Habibie untuk belajar, mengikuti ujian, dan mencari uang agar bisa membeli buku.

Tahun 1960 Habibie mendapat gelar Diploma Ing dari Technische Hochschule dengan predikatnya Cum Laude atau sempurna. Nilai rata-rata yang dikantongi Habibie saat itu adalah 9,5. Tak berhenti di sana, Habibie langsung melanjutkan studi ke Technische Hochschule Die Facultaet de Fuer Maschinenwesen Aachen untuk mendapatkan gelar doktor.

Perjuangan terasa makin berat dan menantang setelah pernikahannya pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun. Habibie sering harus berjalan kaki ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat uang dan pulang malam padahal ia masih harus belajar untuk studinya.

Namun tentu saja, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Habibie akhirnya berhasil meraih gelarDoktor Ingenieur dari Technische Hochschule Die Facultaet de Fuer Maschinenwesen Aachen dengan nilai summa cumlaude atau sangat sempurna. Rata-rata nilainya yang diperolehnya adalah 10!

Pengakuan dan Penghargaan

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved