Kunci Jawaban

Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara

Inilah rangkuman materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 8 SMP / MTs sederajat Unit 3 Apresiasi..

Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara. Pada masa pasca pleistosen di Indonesia berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat, yaitu tradisi serpih jikah, tradisi alat tulang dan tradisi kapak genggam Sumatra. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID -  Berikut ini adalah rangkuman materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 8 SMP / MTs sederajat Unit 3 Apresiasi.

Adapun garis besar materi yang dibahas adalah tentang Subunit 3.1: Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara.

Siswa dapat memanfaatkan rangkuman materi Seni Rupa sebagai bahan belajar di sekolah dan di rumah.

Berikut ada juga link download materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 8 SMP / MTs semester 1 hingga 2.

Inilah rangkuman materi Seni Rupa Kurikulum Merdeka untuk Kelas 8 SMP / MTs sederajat Unit 3 Apresiasi:

Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, Membuat Mock Up

Subunit 3.1 : Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara

Pada masa pasca pleistosen di Indonesia berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat, yaitu tradisi serpih jikah, tradisi alat tulang dan tradisi kapak genggam Sumatra. Temuan peninggalan seni lukis terjadi 1950 oleh C. H. M. Heeren-Palm di gua Leang Pattae (Sulawesi Selatan), Gua Burung (oleh van Heekeren), di Gua Jarie (oleh C.J.H. Franssen), di Maluku, Muna, dan masih banyak lagi.

Keberadaan tradisi seni terapan dijelaskan dengan temuan benda gerabah dikenal manusia ketika manusia mulai mengenal kebudayaan bercocok tanam. Budaya seni gerabah tersebar di beberapa daerah seperti Kendenglembu (Banyuwangi), Kelapa Dua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), Danau Bandung, Paso (Minahasa) dan daerah lainnya.

A.N.J. Th. A. Th. Van Der Hoop dalam bukunya Indonesische Siermotieven (Ragam-ragam Perhiasan Indonesia, 1949) mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari provinsi Yunan (Tiongkok Selatan) yang bermigrasi pada 1500 SM.

Pada 500-300 SM kebudayaan perunggu memengaruhi pesatnya perkembangan motif hias. Di antaranya kebudayaan Dong Son yang datang dari Tiongkok, dengan ragam hias pilin, swastika maupun meander (Jawa: banji).

Kalau kita lihat ragam-ragam hias, kesenian, berbagai bangsa , berbagai suku bangsa, dari waktu ke waktu banyak yang mengalami kemiripan (kesamaan) dapat kita jelaskan melalui sejarah diffusi (penyebaran) penduduk. Namun begitu, dari sisi ilmu jiwa dapat dijelaskan bahwa jiwa manusia di mana pun pada dasarnya sama. Adolf Bastian (1826-1905), seorang ahli bangsa-bangsa dari Jerman, mengatakan kesamaan seperti itu dengan istilah elementargedanken.

Ragam seni rupa nusantara disebut sebagai ragam hias tradisional karena hidup dan dikembangkan secara turuntemurun sebagai tradisi, baik bentuk maupun nilai-nilai filosofisnya. Ragam hias (ornamen) tradisional nusantara biasanya berfungsi untuk menghias (memperindah) benda-benda pakai (fungsional).

Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, Mendesain Ragam Hias Daerah

Motif ragam hias tradisional nusantara dikelompokkan menjadi:

1. Motif geometris

a. Pilin

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved