Sebanyak 80 Petani Milenial Perbatasan Ikuti Workshop Usaha Kecil Mikro, Koperasi dan Kewirausahaan

Workshop Usaha Kecil Mikro dan Koperasi dan Kewirausahaan Petani Sawit Milenal untuk petani di daerah perbatasan sudah digelar sebanyak 3 kali. Dengan

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/AGUS PUJIANTO
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR Provinsi Kalbar, YS Marjitan. Marjitan merasa khawatir, jika petani lebih memilih kerja di luar negeri sebagai buruh dibanding kerja di negara sendiri. Apalagi masyarakat yang ada di wilayah perbatasan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Sebanyak 80 petani milenial yang tersebar di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat mengikuti kegiatan Workshop Usaha Kecil Mikro dan Koperasi dan Kewirausahaan Petani Sawit Milenal di Serantung Waterpark.

Workshop yang digelar oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR Provinsi Kalbar ini diikuti petani milenial yang berada di wilayah perbatasan seperti: Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu.

Kegiatan yang digelar selama 2 hari sejak 29 sampai 30 Juli 2024 ini bertujuan untuk mengkampanyekan tentang keberadaan sawit terutama pemanfaatan produk samping dalam rangka memberikan nilai tambah agar petani milenial di wilayah perbatasan dapat memanfaatkan peluang ekonomi untuk menambah pendapatan dari usaha pokok sawit.

"Kegiatan ini penting bagi petani milenial untuk edukasi dan memperluas jaringan. Sawit tidak hanya jadi minyak goreng. Ada banyak produk turunan yang bisa dibuat inovasi. Tandan kosong dan limbahnya juga jangan hanya ditumpuk atau dibuang. Kami sebagai organisasi kelapa sawit telah memulai membina petani milenial, banyak yang jadi produk turunan yang bisa dimanfaatkan. Dan permodalan ada beberapa bank," kata YS Marjitan, Ketua Aspekpir Kalbar, Selasa 30 Juli 2024.

Kualitas Udara di Sintang Kategori Tidak Sehat, Warga Diimbau Kenakan Masker

Workshop Usaha Kecil Mikro dan Koperasi dan Kewirausahaan Petani Sawit Milenal untuk petani di daerah perbatasan sudah digelar sebanyak 3 kali. Dengan harapan, kegiatan ini mendorong agar muncul petani yang unggul dan inovatif.

Marjitan merasa khawatir, jika petani lebih memilih kerja di luar negeri sebagai buruh dibanding kerja di negara sendiri. Apalagi masyarakat yang ada di wilayah perbatasan.

"Secara umum petani di perbatasan mereka kalau punya pendidikan tinggi punya keterampilan bagus tiba-tiba direkrut oleh negara lain. Oleh karena itu kami merasa jangan diambil lah. Kalau mereka terampil mereka bisa berinovasi bisa berkontribusi di daerahnya sendiri. Itu peluang besar di luar negeri. Gaji lebih tinggi. Kita punya keterbatasan. Tapi kalau dia petani milenial yang berwirausaha saya pikir gak akan mengejar gaji," kata Marjitan.

Secara jumlah, ada 700 jumlah petani sawit milenial di Kalbar yang berada di wilayah perbatasan seperti Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu.

Marjitan berharap, para petani milenial tidak hanya menjual Buah sawit dalam bentuk TBS ke pabrik. Tapi juga berinovasi membuat produk turunan dari sawit

"Banyak, salah satu contoh binaan kami. Sudah mulai, ada biodisel, sabun, kripik jamur, kosmetik, kerajinan lain sudah ada. Kita siap mendampingi termasuk memberikan inovasi," jelas Marjitan. (*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW DI SINI

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved