Idul Adha
APA Hukumnya Berkurban untuk Orang yang Sudah Meninggal?
Perintah menyembelih hewan qurban terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satunya surah Al-Kautsar ayat 2. Allah SWT berfirman
TRIBNPONTIANAK.CO.ID- Hukum menyembelih hewan kurban adalah sunnah. Kesunnahan ini berlaku setiap tahun, bukan sekali seumur hidup.
Bagi yang memiliki rezeki, berkurbanlah bila perlu setiap memasuki Idul Adha.
Perintah menyembelih hewan qurban terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satunya surah Al-Kautsar ayat 2. Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka salatlah engkau karena Tuhanmu dan berkurbanlah.”
Berkaitan dengan ibadah kurban, Rasulullah SAW pernah mendapat pertanyaan dari sahabat tentang keutamaan menyembelih hewan kurban. Ini diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari sahabat Zaid bin Arqam.
قُلْتُ أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَا هَذِهِ اْلأَضَاحِيُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا مَا لَنَا مِنْهَا قَالَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ
Artinya: “Aku atau mereka bertanya: Hai Rasulullah, apakah kurban itu? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Itulah suatu sunnah ayahmu Ibrahim. Mereka bertanya (lagi): Apakah yang kita peroleh dari kurban itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Di tiap-tiap bulu kita mendapat suatu kebajikan.”
• BACAAN Niat Kurban Sendiri dan Sekeluarga 7 Orang, Amalan Sunnah di Bulan Dzulhijjah 1445 Hijriah
Sebelum melangkah lebih jauh, hukum ibadah kurban itu sendiri sebaiknya dipahami terlebih dahulu. Dihimpun dari buku Belajar Qurban Sesuai Tuntunan Nabi SAW oleh Muhammad Abduh Tuasikal, jumhur ulama menyatakan hukum kurban adalah sunnah.
Di antara dalil yang dijadikan landasan adalah hadits riwayat Muslim nomor 1977 berikut:
إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَجِّيَ فَلَا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْ
Artinya: "Jika telah masuk sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian berkeinginan untuk berqurban, maka janganlah ia menyentuh (memotong) rambut kepala dan rambut badannya (diartikan oleh sebagian ulama: kuku) sedikit pun juga."
Hukum Kurban untuk Orang yang telah Meninggal
1. Kurban untuk Mayit dengan Niat Dibarengkan Orang yang Masih Hidup
Pertama, meniatkan kurban untuk orang yang sudah meninggal bersamaan dengan niat kurban untuk orang tua atau anggota keluarga lain yang masih hidup. Hukum perbuatan ini adalah boleh dan pahalanya dapat sampai kepada si mayit.
Dalilnya adalah ucapan Nabi Muhammad SAW saat beliau menyembelih hewan kurban:
باسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد
Artinya: "Bismillah, Ya Allah, terimalah pahala kurban ini sebagai kurban dari keluarga Muhammad SAW." (HR Muslim)
Selain itu, disadur dari buku Fikih Kurban karya Hadi Ahadi, Imam Abdul Aziz bin Baaz dalam kitabnya, Majmu' Fatawa wa Maqalat, berkata:
لَهُ أَنْ يُشْرِكَ فِي ثَوَابِهَا مَنْ شَاءَ مِنَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ
Artinya: "Seseorang boleh mengikutkan siapa pun yang dia inginkan dalam hal pahala; baik orang yang masih hidup atau telah meninggal."
2. Kurban untuk Mayit karena Telah Diwasiatkan
Hukum kurban ini menjadi wajib dan pahalanya akan sampai pada mayit. Sebab, wasiat adalah amanat yang harus ditunaikan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 181 yang berbunyi:
فَمَنْ بَدَّلَه بَعْدَمَا سَمِعَه فَاِنَّمَا اِثْمُه عَلَى الَّذِيْنَ يُبَدِّلُوْنَه اِنَّ اللّ هَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: "Siapa yang mengubahnya (wasiat itu), setelah mendengarnya, sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Dirujuk dari laman NU Jawa Tengah, Imam Muhyiddin Syarf an-Nawawi dalam Kitab Minhaj ath-Thalibin berkata:
وَلَا تَضْحِيَةَ عَنْ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إذْنِهِ وَلَا عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا
Artinya: "Tidak sah berkurban untuk orang lain (yang masih hidup) dengan tanpa seijinnya, dan tidak juga untuk orang yang telah meninggal dunia apabila ia tidak berwasiat untuk dikurbani."
Kurban untuk Orang yang Telah Meninggal secara Mandiri
Sebagai contoh, seorang anak meniatkan kurban untuk ibunya yang telah wafat. Ia meniatkan kurban ini untuk ibunya saja, tidak dibarengi anggota keluarga lain, tidak pula disertai adanya wasiat dari mendiang ibu. Apakah kurbannya sah?
Ulama berbeda pendapat dalam menyikapi hal ini sebagai berikut:
- Mayoritas ulama Hambali dan jumhur ulama menyatakan kurban tipe ini pahalanya dapat sampai pada mayit. Dasarnya adalah analogi dengan sampainya pahala sedekah atas nama mayit.
- Mazhab Syafi'i berpendapat pahalanya tidak sampai.
- Mazhab Maliki menghukumi makruh.
Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkomentar:
أما أن يضحي عن الميت خاصة فهذا لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه ضح عن أحد من أمواته بخصوصه، فلم يضح عن أولاده الذين ماتوا في حياته، وهن ثلاث بنات متزوجات، وثلاثة أبناء صغار ، ولا عن زوجته خديجة وهي من أحب نسائه إليه رضي الله عنها, ولا عن عمه حمزة رضي الله عنه وهو من أعز أقاربه عنده، ولوكان هذا من الأمور المشروعة لكان الرسول صلى الله عليه وسلم يشرعه لأمته إما بقوله وإما بفعله وإما بإقراره
Artinya: "Berkurban khusus hanya untuk orang yang sudah meninggal, ini tidak ada riwayat dari Nabi SAW yang menerangkan bahwa beliau berkurban untuk salah satu kerabat beliau yang sudah meninggal secara khusus. Beliau tidak pernah berkurban untuk anak-anak beliau yang meninggal di masa beliau hidup. Beliau juga memiliki tiga putri yang sudah berkeluarga dan tiga cucu. Beliau juga tidak berkurban untuk istri beliau Khadijah. Padahal Khadijah adalah istri yang paling beliau cintai. Tidak pula untuk Hamzah, paman beliau. Padahal Hamzah adalah keluarga beliau yang paling mulia di mata beliau. Andai saja hal ini disyariatkan, tentu Rasulullah SAW mensyariatkan kepada umatnya, bisa melalui sabda, perbuatan atau persetujuan beliau." (Majmu' Fatawa Ibnu 'Utsaimin 25/112)
• Sapi Kurban Presiden Jokowi di Kalbar Berbobot 1 Ton Lebih
Penjelasan Buya Yahya tentang Berkurban untuk Orang Meninggal
“Para ulama mengatakan, kalau ingin kurban untuk orang meninggal dunia, ya boleh-boleh saja. Paling tidak jatuh jadi sedekah yang bermanfaat untuk umat Nabi Muhammad SAW,” jelas Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (10/6/2024).
Buya Yahya menegaskan bahwa kurban untuk orang yang sudah meninggal dunia tidak ada. Tidak ada bukan berarti tidak boleh.
Jika mendapat wasiat untuk berkurban, maka boleh-boleh saja dijalankan.
“Jika ada orang yang meninggalkan dunia, kita tidak perlu dikurbankan, kecuali dia berwasiat. Kalau tidak diwasiati, bagaimana hukum kurban? Dikatakan boleh-boleh saja,” tandasnya.
(*)
Informasi Terkini Tribun Pontianak Kunjungi Saluran WhatsApp
Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini disini
JAM Mulai Sholat Idul Adha di Alun Alun Kapuas Pontianak, Dihadiri Edi Kamtono dan Bahasan |
![]() |
---|
Jam Mulai Sholat Idul Adha di Masjid Raya Mujahidin Pontianak 6 Juni Lengkap Nama Imam dan Khatib |
![]() |
---|
Apa Itu Besek? Wadah yang Disarankan Walkot Pontianak Sebagai Pengganti Plastik saat Bagikan Kurban |
![]() |
---|
HUKUM Berkurban Hewan Ternak Sapi dan Kambing Betina pada Idul Adha Sampai Hari Tasyrik |
![]() |
---|
BACAAN Doa Mustajab Malam Idul adha Lengkap Keutamaan Berdoa Saat Malam Takbiran Lebaran Haji |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.