Berita Viral

Dampak Nyata Kenaikan Harga Beras dan Cabai Meroket Jelang Ramadhan 2024

Inilah dampak nyata kenaikan harga beras dan cabai yang terus meroket menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 2024.

Editor: Rizky Zulham
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Dampak Nyata Kenaikan Harga Beras dan Cabai Jelang Ramadhan 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Inilah dampak nyata kenaikan harga beras dan cabai yang terus meroket menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 2024.

Akhir-akhir ini, seperti diketahui bersama harga beras dan cabai terus mengalami kenaikan.

Menyikapi hal itu, Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto pun buka suara.

Ia mengatakan, inflasi bisa mengalami kenaikan akibat meningkatnya harga beras hingga cabai belakangan ini.

“Inflasi bisa terjadi, karena saat ini ada kenaikan haga seperti beras hingga cabai. Tapi, dari bulan Januari itu masih relatif stabil sebenarnya dan arahnya sudah menurun,” kata Rully di Jakarta, Selasa 20 Februari 2024.

Sementara itu, core inflation yang menjadi fokus dari Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah berada di bawah 2 persen, dan ini menunjukkan demand di dalam negeri sedang lemah.

Harga Resmi Gas Elpiji Terbaru Per 1 Maret di Agen Pangkalan Pertamina Seluruh Indonesia Cek Disini

“Kalau kita lihat trennya terjadi penurunan core inflasi ketika ekonomi cenderung berada di dalam perlambatan. Kemarin di bawah 2 persen, dan terjadi resesi yang disebabkan oleh pandemi,” ujarnya.

“Kalau kita lihat yang menjadi perhatian itu adalah harga bahan makanan, beras sudah di kisaran Rp 15.400 bahkan. Sementara ada kenaikan kembali dari cabai merah, sementara lainnya relatif tidak mengalami kenaikan,” lanjutnya.

Rully bilang, hal pertama yang menjadi perhatian adalah harga beras yang mengalami kenaikan.

Ini terjadi karena adanya ganguan dari sisi distribusi, produksi, karena ada El Nino.

“Tapi kalau kita rasakan dalam beberapa waktu terakhir curah hujan sudah agak membaik. Ini perlu diperhatikan dan perkembangan harga makanan ini di luar kendali dari Bank Indonesia,” ungkap dia.

Dia menambhkan, BI lebih memfokuskan pada core inflation dari harga makanan dan bahan bakar. Kalau di Indonesia, BI juga ikut terlibat untuk mengatasi inflasi pangan. “Jadi Indonesia memang agak sedikit berbeda di mana bank sentralnya ikut berkontribusi dalam mengandalikan inflasi dari sisi supply,” ujar dia.

Menurut Rully, dengan melihat core inflation yang sangat rendah seharusnya Bank Indonesia memiliki ruang bagi penurunan suku bunga. Tapi, balik lagi salah satu pertimbangan Bank Indonesia adalah nilai tukar rupiah.

“Kalau dari keseimbangan eksternalnya, data 2023, di periode sebelumnya ketika harga komoditas mengalami penurunan kita terjun ke arah defisit dari sisi neraca perdagangan,” ungkap Rully.

Sebagai informasi, mengutip laman resmi panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Senin (19/2/2023), harga beras premium naik sebesar Rp 170 per kilogram (kg) menjadi Rp 16.190 per kg dibandingkan harga sebelumnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved