Cegah Stunting Bersama Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar dan Ketua TP PPK Kubu Raya
Tak hanya itu saja, beberapa faktor lainnya juga dapat terjadi jika ibu hamil ini mengalami anemia.
Penulis: Ferlianus Tedi Yahya | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, Romangasi Siregar dan Ketua TP PPK Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan hadir sebagai narasumber dalam acara Tribun Pontianak Podcast (Triponcast) yang secara Live di Rooftop Q, Paradis Q Waterpark (lantai 2) edisi Sabtu, 23 Desember 2023.
Stunting merupakan gagal pertumbuhan pada anak (tubuh dan otak), akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Saat ini, Pemerintah telah menargetkan prevalensi stunting di 2023 menjadi 17 persen dan pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang terbaru.
Bila target ini tercapai, maka tak menutup kemungkinan pada tahun 2024 mendatang target tersebut bisa dengan tercapai.
Pada kesempatan ini, Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, Romangasi Siregar menjelaskan apa itu stunting secara spesifikasi.
Baca juga: Cek Pengumuman Seleksi PPPK Kubu Raya Hari Ini di Link SSCSN
"Stunting itu adalah kondisi gagal tumbuh bagi seorang balita karena kekurangan gizi kronis yang terus menerus, sehingga tidak bertumbuhnya anak-anak kita. Jadi ada ketidak sesuaian antara tinggi badan dan berat badan dengan usia anak tersebut," katanya.
Dirinya juga mengatakan, ciri-ciri awal tidak dapat dilihat hanya dari kondisi badan anak tersebut, karena pendek belum tentu stunting dan stunting itu belum tentu pendek.
"Sebenarnya memang lebih kepada kondisi gizinya dan apakah berat badan dan tinggi badan anak tersebut sesuai atau tidak dengan usianya," jelasnya.
Ia juga menjelaskan, stunting ini dapat terjadi pada masa pertumbuhan anak usia 0-6 tahun dan menyebutkan sangat bergantung kepada pola asuh, lingkungan dan sumber kebutuhan gizinya.
"Pada usia emas ini anak-anak yang harus diperhatikan dengan baik yaitu bagaimana asupan gizinya, pola asuh dan lingkungannya" ungkapnya.
Berbicara tentang target pemerintah menurunkan stunting, Romangasi Siregar menjelaskan anak-anak ini nantinya akan menjadi cikal-bakal pengganti pemimpin sekarang ini. Dengan demikian maka target penurunan angka stunting menjadi sangat penting.
"Tentu ini penting, karena mereka-mereka inilah yang nantinya akan menggantikan kita-kita sekarang ini. Jangan sampai nanti orang-orang luar yang malah memimpin negara kita," tuturnya.
Di sisi lain, TP PPK Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan juga menyampaikan bahwa penyebab terjadinya stunting tidak hanya terjadi karena faktor ekonomi saja namun juga pola asuh dan sebagainya.
"Pola asuh ini tentu menjadi perhatian kita bersama karena cara orang tua ini dapat memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anak ini. Seperti pada jaman kita kecil dulu itu kita hidup bersama dalam satu rumah bahkan bersama kakek dan nenek kita, jadi jika belum makan saja kita itu selalu ditanya sudah makan atau belum," katanya.
"Kemudian sekarang ini anak-anak sekarang kebanyakan sudah tinggal bersama keluarga inti saja dan terkadang juga dibantu dengan ART dan sebagainya. Tentu pola asuh ini menjadi sangat penting," tambahnya.
Diketahui BKKBN ini juga mendapatkan tanggungjawab khusus menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting. Untuk itu BKKBN telah berkolaborasi mengajak semua orang untuk berkontribusi dalam percepatan tersebut.
Tak hanya itu saja, BKKBN juga telah melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, yang dibantu dengan sejumlah mitra seperti Dinas Kesehatan, Bappeda, bahkan komisi 9 juga turun langsung memberikan sosialisasi bagaimana anak-anak ini tidak terkena stunting.
"Selain dari mitra-mitra formal dan dinas-dinas ini kami juga membangun bapak asuh anak stunting. Seperti salah satunya juga kolaborasi kita bersama tribunpontianak.co.id yang dimana menggaungkan dua telur untuk anak-anak ini. Karena untuk mencegah itu memang sangat penting mengkonsumsi protein hewani supaya tidak terkena stunting," kata Romangasi Siregar.
Ketua TP PPK Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda Mahendrawan juga menambahkan, sejumlah edukasi dengan berkolaborasi ini tidak hanya di Generasi Berencana (GenRe) saja tapi juga kepada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
"Kalau program tentunya kita inggin turun langsung ke 9 Kecamatan. Jadi tidak hanya di Kabupaten atau Kota saja, karena mungkin informasi ini mereka dapat tapi lama. Makanya kami TP PKK turun langsung ke 9 Kecamatan ini untuk menyampaikan informasi kepada bunda-bunda," jelasnya.
Ia juga menyampaikan informasi ini menjadi sangat penting disampaikan kepada Kecamatan maupun desa karena juga menjadi ujung tombak dalam penurunan angka sunting ini.
Membahas tentang angka stunting yang terjadi pada tahun 2023, Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar menjelaskan memang baru dilakukan evaluasi pada bulan Oktober lalu dan masih belum mendapatkan hasil yang konkrit.
"Tentunya nanti baru akan kita dapatkan pada awal tahun 2024, tapi pada tahun 2022 Kalimantan Barat ini masih di angka 27,8 persen, artinya masih sangat tinggi dan yang sangat memprihatinkan itu adalah, masih ada Kabupaten/Kota itu yang berada di atas 35 persen. Diantaranya yaitu Kabupaten Melawi yakni dengan 44 persen, Kapuas Hulu 35 persen dan Sambar 30 persen," jelasnya.
Kendati demikian ia mengungkapkan kandungan terpenting diantaranya itu ada 3 kandungan terpenting yaitu karbohidrat, protein hewani dan lemak.
"Sebenarnya ketiga itu saja dulu, kalau masalah buah dan sebagainya itu nanti, karena jika seratnya tinggi maka serapan untuk anak-anak dibawah usia 1 tahun kalau bisa jangan dulu lah mengkonsumsi sayur atau buah. Cukup kepada karbohidrat, protein hewani dan lemak. Itu saja dulu," ungkapnya.
Dalam perjalanan menuntaskan permasalahan stunting ini bukan tanpa cerita ataupun kisah-kisah menarik yang dialami saat turun langsung kelapangan.
Menanggapi hal itu, Rosalina Muda Mahendrawan yang juga sebagai Bunda GenRe Kabupaten Kubu Raya menceritakan kisahnya saat turun langsung ke berbagai Kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya.
"Yang paling menarik di Kubu Raya ini adalah ibu-ibunya itu sangat semangat. Semangatnya luar biasa, dimana pada saat kita datang itu mereka menyambut kita dengan baik kemudian mereka yang dari pelosok desa ini datang dan mau belajar. Jadi semangat mereka ini yang menurut saya sangat menarik, kemudian dari anak-anak hingga orang tuanya itu berusaha untuk mau tampil, ini yang menarik," jelasnya.
Tak hanya itu saja, dirinya juga mengaku terus berupaya memberikan motivasi kepada semua bunda-bunda GenRe yang ada di seluruh Kecamatan di Kubu Raya.
Tingginya angka kasus menikah muda juga menjadi salah satu faktor dimana angka stunting ini selalu bersanding dengan status angka menikah muda.
"Ini masih banyak terjadi di Kalimantan Barat, kemudian yang kedua ternyata berdasarkan penelitian itu masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, kemudian pola asuh dengan masih ditemukannya orang tua yang merokok. Jadi ketahanan tubuh anak ini juga menjadi sangat penting," ungkap Romangasi Siregar.
Berfokus kepada Tadak Kawen Mude, Rosalina Muda juga menyampaikan bahwa usia ideal menikah tersebut haruslah peda usia 21 dan 25.
"Jadi kalau jaman dulu itu kan anak-anak kita di Kubu Raya ini untuk menempuh pendidikan itu jaraknya jauh-jauh. Jadi dulu itu anak-anak ini jika sudah tamat SD mereka ini akhirnya dinikahkan muda sama orang tuanya dan yang kita sampaikan ini memang untuk mencegah terjadinya stunting ini tidak menikah di usia muda, karena kesiapan mental, kondisi fisik tubuh ini harus dipersiapkan terlebih kepada anak-anak wanita. Karena jika melahirkan mereka sudah siap dan matang," jelasnya.
"Jadi, pada saat mereka nanti akan mengasuh anak maka kesiapan mental dan cara mengasuh anak ini juga kan menjadi sangat penting untuk anak-anak ini," tambahnya.
Selain itu, kader posyandu Kubu Raya sendiri juga setiap tahunnya selalu melakukan peningkatan dengan berbagai kegiatan seperti diadakannya lomba kepada kader posyandu dan tim keluarga pendamping.
Tak hanya itu saja, beberapa faktor lainnya juga dapat terjadi jika ibu hamil ini mengalami anemia dan pada saat hamil juga HB nya harus diatas angka 11.
Dengan semua capaian yang sudah diraih saat ini, pemerintah Kalimantan Barat akan berfokus kepada kolaborasi bersama dalam menurunkan angka stunting yang saat ini mulai menunjukan adanya penurunan kasus.
"Kita berharap dengan adanya kolaborasi yang telah kita bangun pada tahun 2023 ini dapat terus kita kembangkan dan kita jaga, agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai penurunan angka yang baik pula dengan angka 5 persen. Jangan sampai stuk diangka 2 persen yang selama ini terjadi," ungkap Romangasi Siregar
"Semangat-semangat yang sudah ada harus terus ditingkatkan, kemudian para orang tua bagaimana menyampaikan edukasi kepada anak-anaknya kita juga para pelaku organisasi pemerintah untuk melakukan kepong bakol dan jangan sampai lengah," kata Rosalina Muda.
Menutup acara tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat, Romangasi Siregar juga menyampaikan harapannya agar kolaborasi yang terjalin agar terus terjaga kekompakannya dan kebersamaannya.
"Yang sudah baik, tetaplah menjadi yang terbaik," tutup Romangasi Siregar. (*)
Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini
MENANG MUTLAK Akhmad Munir Nahkodai PWI Pusat dalam Kongres Persatuan Wartawan Indonesia di Jabar |
![]() |
---|
Bupati Romi Wijaya Sambangi Asrama Kayong Utara di Pontianak |
![]() |
---|
Kapolresta Pontianak Ungkap Ada Penyusup Bawa Molotov di Aksi Mahasiswa Mapolda Kalbar |
![]() |
---|
Bulog Kalbar Pastikan Stok Beras Aman hingga Enam Bulan ke Depan |
![]() |
---|
AKSI 30 Agustus di Mapolda Kalbar, Kapolresta Pontianak Turun Langsung Duduk Bersila Penuh Dialog |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.