PLTU Sintang Nyalakan Listrik 100 Persen Gunakan Bahan Bakar Cangkang Sawit dan Wood Chip

PLTU yang berada di Sungai Ringin, Kabupaten Sintang ini menjadi pioner PLTU di Indonesia yang melaksanakan Firing 100 persen.

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/PLTU Sintang
PLTU Sintang Nyalakan Listrik 100 Persen Gunakan Bahan Bakar Cangkang Sawit dan Wood Chip. 

PLN EPI akan memasok kebutuhan biomassa dari cangkang sawit dan woodchip. PLN EPI menyediakan stock 1000 ton cangkang sawit dan woodchip sebesar 250 ton.

"PLN EPI sebagai Sub Holding Penyediaan Energi Primer mensupport pelaksanaan Firing Biomassa 100 persen ini dengan menyediakan pasokan harian cangkang sawit sebesar 150 ton dan woodchip sebesar 15 ton," kata Iwan dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun Pontianak.

Pelaksanan firing biomassa ini membutuhkan total 180 ton biomassa per hari. Dengan volume penyediaan dan stok biomassa yang tersedia maka implementasi firing biomassa 100 persen direncanakan selama 20 hari atau sampai dengan tanggal 2 Januari 2024.

"PLN EPI akan mendukung Program Transisi Energi PLN Grup melalui program Co-firing PLTU PLN dengan penyediaan pasokan bahan bakar biomassa dengan kualitas dan volume yang cukup," kata Iwan.

Cangkang Sawit Bersaing dengan Harga Ekspor

Erfan julianto, VP Pelaksana Pengadaan, Pengendalian Kontrak Dan Logistik Biomassa PLN Energi Primer Indonesia merasa optimis potensi cangkang sawit yang ada di seluruh Indonesia, khususnya di Kalimantan, dapat membantu program PLN dalam melakukan transisi energy.

Namun, belum adanya regulasi yang mengatur harga cangkang sawit membuat PLN EPI harus bersaing dengan pasar ekspor untuk keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa.

“Kita harus bersaing dengan pasar ekspor karena belum ada regulasi yang mengatur terkait dengan harga cangkang sawit ini,” kata Erfan di Sintang.

Khusus batubara, pemerintah menetapkan aturan penjualan untuk kepentingan dalam negeri melalui Domestick Market Obligations (DMO). Namun, cangkang sawit belum ada regulasinya. Sehingga, perusahan swasta akan lebih melirik pasar ekspor karena harga yang cenderung lebih tinggi.

“Sawit ini industrinya sebagian besar swasta dan mereka tentunya orientasi ke bisnis. Jadi cangkang sawit ini sebagian besar dijadikan komoditi ekspor untuk juga sebagai bahan bakar pembakit PLTU di luar negeri, seperti di Jepang, Korea, Thailand dan Vietnam,” ujar Erfan.

Untuk memastikan ketersediaan pasokan suplai energi biomassa, PLN EPI kata Erfan tidak hanya melirik cangkang sawit. Masih ada Wood chip, tandan kosong (Tankos) kelapa sawit dan pellet sampah.

Woodchip atau serbuk kayu, Erfan melirik kebun karet yang tak lagi produktif di Sintang. Potensi ini, bisa dijadikan firing untuk biomassa di PLTU Sintang. “Kebetulan di sintang ada beberapa perkebunan karet yang memang tidak produktif. Dan ini tanaman ini akan dilakukan replanting atau diganti tanaman baru,” katanya.

PLN EPI juga melirik pellet tankos. Bahkan, pihaknya sudah bekerjasama dengan mitra untuk menyediakannya untuk memenuhi kebutuhan Co-Firing PLTU di Kabupaten Bengkayang.

“Pellet tankos juga memiliki potensi sebagai bahan bakar biomassa, yang selama ini di PKS ditumpuk di pinggir jalan atau juga ada yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTBM mereka, karena sebagian besar PKS ada PLTBM untuk kebutuhan mereka menggunakan limbah turunan kelapa sawit,” beber Erfan.

Biomassa dan Ekonomi Kerakyatan

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved