RSUD Soedarso Benarkan Over Kapasitas Akibat DBD: Tapi Tidak Benar Pasien Sampai Ngemper di Lantai

"Jadi tidak benar itu adanya bahwa pasien sampai ngemper di lantai, tetap kami lakukan pelayanan dengan baik, artinya pasien ditangani sesuai dengan S

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MUHAMMAD FIRDAUS
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD dr Soedarso, dr Eni Nuraeni Sp THT-KL saat diwawancarai di RSUD dr Soedarso, Rabu 9 Agustus 2023. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD dr Soedarso, dr Eni Nuraeni Sp THT-KL membenarkan terjadinya over kapasitas di RSUD dr Soedarso akibat kasus Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau yang biasa dikenal dengan istilah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Namun demikian dirinya membantah kabar yang menyebutkan akibat dari over kapasitas tersebut para pasien DHF ini terpaksa ngemper dan di rawat di lantai.

"Betul memang terjadi over kapasitas, namun kami mempunyai ruang khusus yang kami bisa pakai untuk menampung pasien-pasien yang over kapasitas tadi," ungkapnya saat diwawancarai di RSUD dr Soedarso, Rabu 9 Agustus 2023.

"Jadi tidak benar itu adanya bahwa pasien sampai ngemper di lantai, tetap kami lakukan pelayanan dengan baik, artinya pasien ditangani sesuai dengan SOP nya," tegasnya.

Ia mengungkapkan, Hingga saat ini terdapat 12 pasien yang mengidap DHF yang masih di rawat di RSUD dr Soedarso.

Kasus DBD Meningkatkan di Juli dan Agustus, RSUD Soedarso Over Kapasitas

Kesemuanya masih dirawat dengan intensif di ruangan HCU RSUD dr Soedarso hingga benar-benar dalam kondisi yang dirasa aman untuk dipulangkan.

"Kalau yang sekarang yang di rawat di HCU itu masih penuh ya, ada 12 tempat tidur itu DHF semua isinya, itu masih di rawat," ujarnya.

"Karena kan pasien demam berdarah itu nggak bisa dirawat sehari dua hari, jadi harus diobservasi sampai hari tertentu yang dirasa cukup aman," jelasnya.

Ia menegaskan, RSUD dr Soedarso selalu melakukan tindakan yang sesuai dengan SOP terhadap semua pasien-pasiennya, termasuk para pasien DHF.

"Pada saat pertama dinilai dari keadaan pasien ini tentunya, apakah memerlukan ruangan biasa atau memerlukan ruangan khusus yang intensif," tuturnya.

"Karena DBD ini pada fase tertentu bisa mengalami syok, karena turunnya trombosit, sehingga dia bisa mengalami syok, itu memerlukan penanganan khusus di ruangan intensif, tapi sampai saat ini kejadian pasien DBD dengan syok ini memang gak banyak, namun ada," sambungnya.

Lebih lanjut, kata Eni, pihaknya terus melakukan sejumlah persiapan dan koordinasi dengan pihak terkait jika pada Agustus ini trend pasien DHF belum juga menurun.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan terkait maupun dengan rumah sakit - rumah sakit lainnya.

Terlebih, kata Eni lagi, jika dilihat dari pasien-pasien yang datang ke RSUD dr Soedarso sebenarnya banyak kasus harusnya masih bisa ditangani di rumah sakit - rumah sakit lainnya.

"Tapi karena ada rasa ketakutan mungkin dari pasien-pasien ini jadi langsung datang ke IGD Soedarso, minta di rawa di sini," jelasnya.

"Mungkin nanti kami akan bertugas dengan rumah sakit lain, mana-mana yang memang masih bisa dirawat di rumah sakit perifer, mana-mana yang harus kami tangani di sini," pungkasnya. (*)

Ikuti Terus Berita Lainnya di Sini

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved